Chapter 41

3.5K 170 18
                                    

Happy reading

Melihat kehadiran Nathan di cafe, sontak Ayyara sembunyi di balik tembok. Ia harus menghindar dan menghilang dari hadapan lelaki itu. Kemarin Ayyara merasa bebas karena Nathan tidak terlihat di cafe tapi tidak bisa di pungkiri jika ia juga khawatir dengan lelaki itu. Sekarang Ayyara sedikit bernafas lega karena lelaki itu baik-baik saja.

Tampak Nathan mengobrol dengan kepala pelayan. Dan beberapa menit kemudian Nathan akhirnya pergi menaiki lantai atas, Ayyara bisa tebak jika lelaki itu menuju ruangannya.

Ting

Terdengar suara notifikasi ponsel Ayyara, gadis itu lalu mengambil ponsel di saku bajunya. Ayyara terdiam melihat nama pengirim pesan tersebut. Papah, nama itu yang tertulis.

"Malam ini datang ke rumah. Papah ingin bicara sama kamu"

Ia pikir papahnya akan menanyakan kabarnya, tapi ternyata tidak. Ayyara sangat berharap papahnya merindukannya atau sekedar ingin tahu bagaimana kabarnya sekarang. Ia pasti akan sangat senang.

Ayyara tersenyum miris, hati kecil perih lagi "Sekarang kita asing ya pah?"

Satu tetes air matanya jatuh saat Ayyara mengedipkan mata.

"Ayyara rindu papah sama mamah"

"Sekarang Ayyara udah mandiri pah, mah. Ayyara tinggal sendiri dan cari uang sendiri"

Ayyara terisak. Ia lemah jika sudah bersangkutan dengan kedua orang tua nya. Ayyara begitu menyayangi mereka tetapi sekarang mereka membencinya bahkan mamahnya tidak ingin melihatnya lagi.

Ayyara tetap lah anak yang membutuhkan sosok orang tua. Ia tidak sekuat sahabatnya kira. Ia lemah dan rapuh. Kehilangan keluarga dan orang kita cinta sekaligus sangat menyakitkan.

Senyum dan tawanya selama ini hanya tipuan belaka.

*****

Kini Ayyara berdiri di depan rumah orang tuanya. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Sungguh ia sangat merindukan rumah masa kecil nya ini.

Jujur saja ada rasa semangat mendatangi rumah ini karena dengan begitu ia dapat bertemu orang tuanya, khususnya mamahnya. Ayyara berjalan menuju pintu dengan senyum yang terpatri di wajahnya, namun ia juga tidak bisa bohong jika ia takut, gelisah dan was-was dengan alasan papahnya memanggilnya ke sini.

Setelah menarik nafas dalam-dalam, tangan Ayyara terangkat memencet bell. Tak butuh waktu lama pintu terbuka dan menampakkan sosok Bibi yang sedari dulu merawatnya.

"Non Ayyara" kaget Bi Bintang sekaligus senang melihat nyonya mudahnya itu.

"Bibi" Ayyara berhembur memeluk Bi Bintang di balas wanita itu tak kalah erat.

"Ya ampun non Ayyara. Bibi kangen banget sama non Ayyara"

"Ayyara juga kangen Bi" balas Ayyara lalu melepaskan pelukannya.

"Bibi, apa kabar?"

"Bibi baik, tapi bibi gak pernah berhenti mikirin kamu. Kamu baik-baik aja kan?"

Ayyara mengangguk antusias "Ayyara baik. Bibi gak perlu khawatirin Ayyara. Ayyara kuat kok"

"Bibi percaya sama kamu, kamu anak kuat" Ujar Bi bintang seraya mengelus kepala Ayyara. Ayyara mengangguk, ia terharu mendapat kasih sayang dari wanita itu.

"Bi, mamah sama papah mana?" tanya Ayyara.

"Nyonya sama tuan adalah di dalam. Ayo masuk. Kamu pasti kangen mereka kan?"

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang