Chapter 4

9.4K 211 2
                                    

Happy reading


Winston Company, sebuah perusahaan terbaru yang namanya melekit tinggi beberapa tahun belakangan ini. Tidak hanya di indonesia, Winston Company juga terkenal sampai ke berbagai negara. Karena kehebatannya, banyak perusahaan dalam maupun luar negeri meminta kerja sama agar meraih keuntungan lebih besar.

Pemilik perusahaan pun tak luput dari pembicaraan, namanya juga ikut terkenal sampai ke penjuru dunia. Menjadi perbincangan berita dunia karena ketampanannya dan kehebatannya di dunia bisnis.  

Siapa yang tidak tergoda dengan pesona anak tunggal Winston itu, parasnya nyaris di bilang sempuarna, hartanya yang melimpah, tentu hidup akan terjamin jika menjadi istri soerang Nathaniel Winston.

Lelaki yang sudah melepas masa lajang itu tengah fokus menatap laptop di hadapannya. Jemarinya menari lincah di atas keyboard, ditemani kertas yang berserakan di depannya. Meski sudah menjadi CEO, jiwa pekerja keras Nathan tidak akan hilang. Sifat ini turun dari sang ayah.

Namun suara nada dering ponsel harus menghentikan kegiatan lelaki itu. Mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya.
Nama mama mertuanya tertera di sana, Nathan segera mengangkatnya.

"Halo Nathan"

"Iya, ada apa ma?"

"Apa kamu sibuk? Mama pengen minta tolong"

"Kebetulan Nathan tidak sibuk, mama ingin minta tolong apa?"

"Ayyara bikin masalah di sekolah dan mama di panggil untuk kesana tapi mama gak bisa, sebentar lagi mama ada meeting penting. Apa kamu bisa menggantikan mama?" tutur Arun sebrang sana.

Sejenak Nathan terdiam, memikirkan masalah apa yang sedang adik iparnya itu perbuat.

"Nathan kamu bisa kan?" tanya Arun sekali lagi.

"Bisa, Nathan akan ke sana sekarang"

"Makasih ya nak Nathan. Maaf udah repotin kamu. Ayyara memang suka bandel, susah di bilangi. Kalo dia ngelawan sama kamu, marahin aja atau terserah kamu deh biar anak itu jera sekalian"

"Sama sekali tidak merepotkan" jawab Nathan. Jika menyangkut adik iparnya Nathan merasa bersemangat. Entah karena apa.

"Yaudah mama tutup dulu ya teleponnya"

"Iya ma"

*****

Nathan memasuki ruang bimbingan konseling bersama pak Danu, kepala sekolah itu sudah menjelaskan masalah apa yang di perbuat ketiga gadis itu. Nathan tidak menyangkah jika adik iparnya yang cerewet itu berniat kabur dari sekolah. Ternyata gadis itu nakal juga. Pantas saja mertuanya kadang di buat pusing dengan tingkah Ayyara yang susah di tebak.

Nathan dapat melihat ekspresi terkejut dari Ayyara dan kedua temannya, namun Nathan hanya fokus pada Ayyara.

"Silahkan duduk pak Nathan" Bu Amarah mempersilahkan Nathan duduk di sofa yang tersedia di ruangan itu. Nathan menduduki dirinya di sofa single tepat di depan ketiga gadis yang menjadi alasannya berada di sini, lebih tepatnya hanya Ayyara.

"Begini pak Nathan, ketiga gadis ini------"

"Saya sudah tahu" potong Nathan sebelum ibu Amarah menyelesaikan ucapannya.

"Lalu hukuman apa yang ingin kamu lakukan pada mereka?" tanya Nathan pada ibu Amarah dengan wajah datarnya.

"Karena mereka baru melakukannya pertama kali, saya tidak ingin memberinya hukuman berat. Saya hanya ingin orang tua mereka tahu perbuatannya, setelah itu urusan mereka"

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang