Chapter 22

5.7K 138 7
                                    

Happy reading


Sudah hari ke lima Ayyara di keluarkan dari sekolah, gadis itu juga tidak ingin mencari sekolah baru atau pindah sekolah. Ayyara masih teguh dengan pendiriannya ingin sekolah di sekolah lamanya dan terus berusaha membujuk Nathan untuk membantunya. Namun, lima hari ini juga Ayyara jarang sekali bertemu dengan laki-laki itu semenjak kejadian di dapur.

Untuk kedua orang tuanya, Mereka sudah mengetahuinya. Arun sangat syok mendengar Ayyara mencelakai orang lain hingga koma. Untungnya Lea menjelaskan bahwa Ayyara tidak sengaja melakukan itu dan mengatakan jika Angel lah yang memulai duluan, akhirnya wanita itu sedikit tenang. Arun sangat takut jika anak bungsunya itu di laporkan ke polisi.

Sementara Ervan, sang ayah memaklumi dan hal itu biasa terjadi di masa-masa sekolah. Ervan juga mendukung Ayyara pindah sekolah agar menjauhkan anaknya itu dari orang-orang jahat seperti Angel. Namun Ayyara menolak dan tetap ingin sekolah di Winston high school.

Ayyara berjalan keluar dari dapur dengan membawah cemilan di tanganya. Begini lah kegiatan Ayyara selama di keluarkan dari sekolah, tidur, makan, membaca, tidur, makan, membaca begitu seterusnya hingga Ayyara merasa jenuh. Sesekali Ayyara keluar jika kedua sahabatnya mengajaknya, namun tetap saja Ayyara merasa tidak bebas.

Ayyara menyalakan televisi untuk menghilangkan kegabutannya. Ayyara mendengus, tidak ada acara yang menarik, penuh dengan berita.
Ayyara menghembuskan nafasnya bersamaan datangnya seseorang dari luar.

Ayyara terdiam melihat Nathan melewatinya begitu saja. Sekarang mereka seperti orang asing yang tidak pernah kenal. Karena tidak suka berada di situasi seperti ini, Ayyara mengumpulkan keyakinannya mengikuti Nathan menaiki tangga.

Ayyara mempercepat langkahnya ketika Nathan ingin menutup pintu kamarnya. Dengan gerakan cepat Ayyara menahan pintu itu.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Nathan dengan alis terangkat satu.

"Nahan pintu" jawab Ayyara dengan polosnya membuat Nathan berdecak.

"Minggir, saya mau nutup pintunya"

"Gak mau, Ayyara mau ngomong sama kak Nathan"

"Saya sibuk" jawab Nathan seraya mencoba menutup pintu kamarnya kembali.

Rasanya Nathan ingin mendorongnya kuat, tetapi jika ia melakukan itu bisa di pastikan Ayyara akan terlempar. Mana mungkin ia melakukan itu pada Ayyara.

"Minggir Ayyara" Ucap Nathan berusaha bersabar.

"Gak mau" Ayyara menggelengkan kepalanya dengan terus menahan pintu menggunakan tangannya.

"Oke, saya kasih kesempatan kamu ngomong sekarang. Cepat, saya gak punya banyak waktu" ucap Nathan mengalah.

"Kak Nathan masih gak mau bantuin Ayyara?" tanya Ayyara dengan suara pelan takut jika Nathan malah marah jika ia menanyakan hal itu lagi itu lagi.

"Tidak"

Ayyara mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Nathan tanpa pikir panjang.

"Kenapa? Kak Nathan gak kasihan sama Ayyara?" tanya Ayyara sedih.

"Ayyara cuma minta bantuan kak Nathan ngomong sama pak danu, gak susah kok" lanjutnya.

Nathan menghela nafas berat, sudah menduga Ayyara akan membicarakan hal ini. Nathan memasuki kamarnya meninggalkan Ayyara yang kesal karena di tinggal sendiri. Gadis itu ikut masuk ke dalam kamar Nathan.

"Ayyara harus apa biar kak Nathan bantuin Ayyara?" tanya Ayyara frustrasi.

"Ayyara siap lakuin apapun supaya kak Nathan bantuin Ayyara"

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang