Chapter 39

3.7K 172 28
                                    

Happy reading


Ayyara duduk di kursi tunggu seraya menunggu Nathan yang tengah di tangani oleh dokter. Pak Beno dan sopir Nathan juga masih ada di sana menunggu lelaki itu sadar. Ayyara bergerak gelisah di tempatnya, khawatir akan keadaan Nathan sekarang. Ada apa dengan lelaki itu, pasalnya lelaki itu baik-baik saja sebelum ia pergi membeli makanan.

Suara langkah kaki membuyarkan lamunan Ayyara, gadis itu menoleh dan terlihat sosok yang sangat ia kenal berjalan tergesa-gesa ke arahnya. Sontak Ayyara berdiri dari duduknya.

"Mamah Wulan"

Iya dia adalah mama Nathan, wanita itu menatap Ayyara dengan ekspresi terkejut, sementara Ayyara tersenyum pada Wulan namun yang ia dapatkan hanya sikap acuh dari wanita itu. Kemudian seorang dokter keluar ruangan di mana Nathan di rawat. Dia adalah dokter Casandra. Masih ingat dengan dokter itu? Dokter yang dulu merawat Ayyara saat maagnya kambuh.

"Bagaimana keadaan Nathan dok?" Wulan bertanya dengan nada khawatir.

"Ibu Wulan tidak perlu khawatir, sekarang pak Nathan baik-baik saja. Untung saja pak Nathan di bawa ke rumah sakit tepat waktu kalau tidak serangan jantung ringan yang di alami pak Nathan akan semakin parah jika tidak di tangani dengan cepat"

Ayyara yang mendengar serangan jantung yang di alami Nathan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Pantas saja lelaki itu terlihat sangat kesakitan. Beda halnya dengan Wulan yang tidak terkejut sama sekali dan seolah biasa mendengar Nathan mengalami hal tersebut. Hal itu membuat Ayyara heran.

"Saya ingin melihat anak saya dok"

"Silahkan" dokter Sandra mempersilahkan. Sebelum pergi, dokter itu memberi senyuman kepada Ayyara.

Ayyara ikut masuk dalam ruangan Nathan. Gadis itu berjalan mendekati brankar Nathan di mana Wulan berdiri di samping brankar lelaki itu.

"Ngapain kamu ke sini?"

Perkataan itu sontak membuat langkah Ayyara berhenti. Wulan membalikkan badannya menghadap Ayyara.

"Belum puas kamu sakitin anak saya? Kamu tahu, Nathan seperti sekarang itu karena kamu!" tukas Wulan.

"Maksud mama Wulan apa?" Tanya Ayyara kebingungan dengan ucapan wanita itu.

"Jangan panggil saya mama. Saya bukan mama kamu!"

Jangan tanyakan Ayyara bagaimana keadaan hatinya sekarang mendengar kalimat menyakitkan itu.

"Jangan temuin Nathan lagi, dan pergi jauh-jauh dari hidup anak saya. Kalau perlu pergi aja seperti dulu kamu meninggalkan Nathan"

"Pergi sekarang!" usir Wulan.

Ayyara menggeleng pelan dengan mata berkaca-kaca. Ternyata bukan hanya kedua orang tuanya saja yang membencinya tetapi orang tua Nathan yang ia anggap sebagai orang tua sendiri juga membencinya.

"Pergi!"

Ayyara tersentak kaget, gadis itu lalu berjalan keluar dengan menahan air matanya. Namun hanya bertahan sebentar, di luar tangis gadis itu pecah sejadi-jadinya. Rasanya sangat menyakitkan di benci oleh orang yang ia anggap orang tua sendiri. Ia jadi teringat kebencian yang ia dapat dari orang tuanya sendiri. Kini penderitaanya sudah lengkap. 

*****

Perlahan Nathan yang sudah sadar membuka matanya. Lelaki itu mengerjabkan matanya berulang kali menyesuaikan cahaya yang masuk. Nathan tidak asing lagi dengan ruangan ini, ruangan yang belakangan ini menjadi tempatnya tidur, istrirahat dan berobat. Dan sang mama yang selalu setia menemaninya seperti sekarang ini.

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang