Chapter 37

3.7K 179 30
                                    

Happy reading


Sudah seminggu Ayyara bekerja dan selama itu Ayyara sangat menikmati pekerjaannya sebagai waitress di cafe yang bernama The Bintang cafe tersebut. Semuanya berjalan lancar bahkan Ayyara mendapat pujian karena kinerjanya yang bagus.

Meja nomor 12 adalah tujuan Ayyara untuk membawakan pesanan orang yang berada di meja yang letaknya di ujung itu.

"Permisi, ini pesanannya" Ayyara meletakkan dua cangkir kopi dan satu jus alpukat di meja tersebut.

"Selamat menikmati" ucap Ayyara kemudian dengan senyum manis tercetak jelas di wajahnya.

"Terimakasih" ucap satu-satunya perempuan di meja itu, di balas Ayyara dengan anggukan dan membalikkan badannya berniat pergi.

Seseorang yang tengah sibuk dengan ponselnya mengangkat kepalanya.

"Tunggu! saya minta air putih" pintahnya.

Ayyara kembali membalikkan badannya berniat membalas pelanggannya itu, namun ia malah di buat mematung melihat seseorang yang baru saja memesan air putih. Tidak jauh berbeda dengan seseorang itu yang juga tak kalah terkejutnya melihat Ayyara.

Entah ini takdir atau hanya kebetulan saja tapi pertemuan tak terduga ini sangat mengagetkan keduanya. Saat itu juga waktu seolah berhenti, kenangan-kenangan di masa lalu berputar cepat di kepala mereka, mengingatkan mereka tentang betapa jahatnya mereka saat itu, secara bersamaan penyesalan kembali hadir dan menimbulkan sakit di dada yang berusaha mereka sembuhkan.
 
Ayyara bekerja di sini jadi bagaimana pun keadaan hatinya sekarang ia harus tetap profesional meskipun ia berusaha menahan air matanya.

"Mohon di tunggu" ucapnya dan segera pergi.

*****

Shafa yang tak lain adalah sekretaris Nathan di buat bingung dengan perubahan tingkah bosnya itu. Lelaki itu mendadak diam membisu dengan tatapan kosong, namun matanya tak bisa bohong jika bosnya itu sedang memikirkan sesuatu semenjak lelaki itu bertemu dengan salah satu waitress di cafe ini. Sebenarnya Shafa juga terkejut melihat adik dari mendiang istri bosnya bekerja di cafe ini alias mantan adik iparnya.

Shafa tak tahu betul apa yang sebenarnya terjadi tapi ia tahu ada sesuatu yang pernah terjadi di antara mereka. Kerena hal itu juga Nathan mengakhiri pertemuan dengan kolega bisnisnya. Shafa tahu bosnya itu sudah tidak bisa fokus lagi makanya ia melakukan itu.

"Maaf pak, apa sebaiknya kita kembali ke kantor saja?" sahut Shafa dengan hati-hati.

"Kamu duluan saja, saya masih ingin di sini" jawab Nathan, lalu menyeruput kopinya.

Shafa mengangguk, ia tahu bosnya itu butuh waktu untuk mencerna apa yang barusan terjadi "Baik pak. Kalo gitu saya permisi"

Nathan hanya mengangguk dan kembali termenung. Lelaki itu kemudian mengedarkan pandangannya mencari sosok yang berhasil menghilangkan konsentrasinya. Sosok itu tidak terlihat lagi, sosok yang ia rindukan dan ia benci sekaligus.

Nathan melirik segelas air putih di hadapannya, bahkan air putih yang ia pesan tadi bukan dia yang membawanya.

*****

Jari-jari lentik milik Ayyara membuka laci yang terletak di sebelah kasurnya lalu mengambil sebuah kotak berukuran kecil di sana. Kotak yang ia temukan dulu di kamar rumah lamanya setalah kematian kakaknya.

Kotak yang berisikan surat yang entah sudah berapa kali gadis itu membacanya. Dan sekarang Ayyara kembali membacanya.

To : Ayyara adikku tersayang

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang