Happy reading
"Asekk kakak ipar jemput lagi tuh"
"Mama lagi di luar kota jadi beberapa hari ke depan gua nginap di rumahnya kak Lea" ucap Ayyara menjelaskan.
"Sekalian aja Pak Nathan yang jemput lo tiap hari biar kita bisa liat pak Nathan terus" usul Lintang tersenyum manis pada Ayyara, senyum yang menurut Ayyara minta di tampol.
"Gak!" sentak Ayyara. Ia tak akan biarkan hal itu terjadi.
"Enak aja, kalian malah keenakan, kak Nathan udah punya istri" lanjutnya penuh penekenan.
"Pelit amat lo, kita hanya bisa melihat tanpa bisa memiliki jadi lo santai aja" cibir Lintang, menurutnya Ayyara sangat berlebihan.
"Bodo" Ayyara melenggang pergi meninggal kedua sahabatnya.
Ayyara menghampiri Nathan yang sepertinya baru saja tiba.
"Kak Nathan ngapain sih ke sini lagi? Lihat tuh temen-temen Ayyara pada liahtin kak Nathan" Ayyara mengeluarkan kekesalannya pada Nathan yang tidak tahu apa-apa.
"Itu urusan mereka. Saya ke sini hanya untuk menjemput mu pulang sesuai ucapan mama Arun" jawab Nathan tidak peduli tatapan-tatapan siswi-siswi yang masih berkeliaran di sekolah.
"Tau ah, Ayyara kesel" Ayyara memasuki mobil Nathan.
Nathan melakukan hal sama, memasuki mobilnya di kursi pengemudi di samping Ayyara yang tiba-tiba kesal padanya. Gadis itu membuang muka ke samping, bersidekap dada dengan mulut maju beberapa senti kedepan.
Bukan saatnya memuji kegemesan gadis itu, saatnya berpikir dimana letak kesalahannya. Nathan memilih melajukan mobilnya, Lea pasti sudah menunggu.
*****
Mata Ayyara berbinar melihat kehadiran kakaknya berdiri di depan pintu utama rumahnya. Lea pasti menunggu kepulangannya.
"KAK LEA! AYYARA KANGEN!" Ayyara berlari memuju Lea yang berdiri beberapa meter darinya.
"Jangan lari Ay, nanti ka-------"
Bruk
Apa yang akan Lea katakan benar terjadi, Ayyara mencium tanah dengan posisi tengkurap. Lea rasanya ingin tertawa, tapi kasihan melihat wajah kesakitan adiknya.
"Aduh sakitt" ringis Ayyara dan berusaha untuk bangun.
Nathan datang lebih dulu dan membantu gadis itu untuk duduk. Darah segar keluar dari kedua lutut gadis itu, tidak terlalu parah tetapi membuat si empunya ingin meledakkan tangisnya.
"Gak papa, hanya luka kecil. Jangan nangis" ucap Lea setelah berjongkok di hadapan Ayyara.
"Tapi sakit!" rengek Ayyara dengan mata berkaca-kaca. Menatap lututnya semakin mengeluarkan darah.
"Kita obatin di dalam biar sakitnya mereda" ujar Lea khawatir.
"Jalannya gimana? Kaki Ayyara sakit nih"
Lea menatap suaminya "Mas kamu bisa kan gendong Ayyara masuk?" tanya Lea hati-hati pada Nathan, takut suaminya merasa di repotkan.
"Bisa"
"Gak usah, Ayyara bisa jalan sendiri" Ayyara berubah pikiran setelah tahu yang akan menggendongnya adalah Nathan.
"Kamu gimana sih, katanya gak bisa jalan terus sekarang mau jalan sendiri. Udah, biar mas Nathan aja yang gendong kamu, kakak gak yakin kamu bisa jalan sendiri" putus Lea.
"Tapi----"
"Jangan keras kepala Ay" potong Lea.
Ayyara pasrah, tidak ada alasan lagi ia menolak, kakinya benar-benar sakit dan susah untuk berjalan. Benar kan? Jantungnya tidak bisa di ajak kompromi ketika jarak dirinya dan Nathan begitu dekat. Detak jantung itu semakin menggila ketika Nathan menggendongnya ala bridel style memasuki rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR (On Going)
Romantizm[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cinta memang buta dan takdir tidak ada yang tahu. Seperti Novella Ayyara Khanzatama, gadis cantik nan mungil di butakan dengan cintanya. Ayyara tidak pernah tahu bahwa takdirnya serumit ini, mencintai seseorang yang be...