Chapter 45

2.9K 141 12
                                    

Happy reading


Keadaan Nathan kembali drop, suhu tubuh lelaki itu pun sangat panas. Dokter mengatakan untuk saat ini jangan biarkan Nathan banyak berpikir apalagi sesuatu yang membuatnya cemas, karena hal itu tidak baik untuk kesehatannya.

Nathan terbaring sendiri di ruangannya, ia tidak ingin seseorang masuk termasuk mamanya sendiri. Kecuali seseorang yang sejak tadi ia tunggu, siapa lagi kalau bukan Ayyara yang sampai saat ini masih tak terlihat, padahal hari sudah sore tapi gadis itu tidak datang juga.

Nathan mulai kesal, pikiran-pikiran negatif mulai bersarang di kepalanya. Jangan-jangan Ayyara tidak akan kembali lagi dan gadis itu akan meninggalkannya. Tidak, jangan sampai itu terjadi. Ia tidak tahu bagaimana hidupnya jika tidak ada Ayyara di sampingnya.

Nathan bergerak gelisah di tempat tidurnya, kepalanya terasa sangat sakit, ia juga merasa kedinginan padahal suhu AC sudah di turunkan, terlebih lagi pikirannya yang kemana-mana membuat Nathan rasanya ingin berteriak. Sakit ini sungguh menyiksanya.

"Ay--yara"

Nathan menarik selimut dan membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut, tapi tetap saja tidak membuat rasa dingin itu hilang. Nathan semakin gelisah, lelaki itu bergerak tidak beraturan bahkan Nathan juga menjambak rambutnya kasar.

"AKH SAKIT!" teriakan itu keluar, ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kepalanya itu.

Tidak sampai itu Nathan kembali menarik rambutnya kasar dan memukulnya berulang kali.

"Pak Nathan!"

Sontak gerakan itu berhenti, dengan cepat Nathan mengangkat kepalanya dan menemukan Ayyara di ambang pintu.

"Pak Nathan ngapain narik rambut pak Nathan sendiri? Pak Nathan udah gila?!" ucap Ayyara setelah berada di hadapan Nathan.

Nathan malah bangun dari posisi tidurnya lalu menarik Ayyara dan memeluk gadis itu erat.

"Sa--kit Ayyara" lirih Nathan.

Ayyara di buat terkejut merasakan badan Nathan yang panas, namun telapak tangan lelaki itu terasa dingin. Ayyara lantas melepaskan pelukan itu dan mengecek dahi lelaki itu menggunakan punggung tangannya dan benar, tubuh lelaki itu terasa sangat panas.

"Badan pak Nathan panas banget"

"Ayyara" panggil Nathan dengan suara lemasnya.

"Tunggu, saya panggil dokter dulu"

Nathan menahan tangan Ayyara melarang gadis itu untuk pergi.

"Jangan"

"Tapi----"

"Aku mohon Ayyara, jangan."

"Aku cuma butuh kamu. Peluk aku, Aku kedinginan" pintah Nathan. Suara lemas lelaki itu membuat Ayyara tidak tegah. Hingga akhirnya Ayyara mengangguk pelan.

"Pak Nathan baring ya"

Nathan mengikuti ucapan Ayyara. Ayyara kemudian menarik selimut hingga dada lelaki itu, lalu gadis itu naik di atas tempat tidur Nathan. Ayyara ikut baring dengan posisi miring dan membawa Nathan kepelukannya.

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang