Chapter 35

4.6K 169 14
                                    

Happy reading


Dua tahun kemudian

Dengan mendorong satu koper seorang gadis yang baru saja keluar dari bandara berjalan menuju mobil yang terpakir dengan dua orang bodyguard berdiri di samping mobil itu.

Tiba di mobil itu, dua bodyguard itu dengan sigap membukakan pintu mobil untuk sang majikannya. Tanpa mengucapkan apapun gadis itu masuk ke dalam mobil lalu membuka kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya. Lalu di susul oleh dua bodyguardnya.

"Sebelum pulang, aku mau rumah kak Lea dulu" ucapnya dengan nada datar.

Tidak salah lagi jika gadis itu adalah Novella Ayyara Khanzatama. Gadis itu tumbuh menjadi gadis yang lebih dewasa dan mandiri, karena hidupnya sekarang tidak sama lagi seperti dulu.

Gadis yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasnya di Swiss itu menatap luar jendela mobil, tidak ada yang berubah kecuali satu, keluarganya.

"Kita sudah sampai non Ayyara"

Ayyara mengangguk lalu keluar dari mobil setelah kembali memakai kacamata. Tidak ada rumah besar dan mewah, hanya ada tanah luas di hadapannya. Dua bodyguard gadis itu setia mengikuti Ayyara yang berjalan masuk, dan tak lama berhenti di depan gundukan tanah yang di tutupi rumputan hijau.

"Hai kak Lea. Ayyara datang" lirihnya.

Gadis itu berjongkok, tangannya bergerak menyentuh gundukan tanah itu. Ayyara melirik nama yang tertulis di batu nisan di makam itu. Azlea Khanzatama, itu lah nama yang tertulis di sana.

Sudah satu tahun kepergian kakaknya tapi rasa terpukul dan kehilangan itu tak pernah hilang. Semuanya berkecamuk menjadi satu, sedih, marah, menyesal dan benci dengan dirinya sendiri. Ia memang bodoh, bahkan tak pantas di sebut seorang adik karena penyakit yang sang kakak derita saja ia tidak tahu.

"Kak Lea kenapa gak bilang? Kenapa gak bilang kalo kakak punya sakit kanker? Kak Lea tahu, Ayyara merasa jadi adik yang paling gak berguna buat kak Lea"

"Dengan keadaan sakit aja Ayyara malah rebut suami kakak. Ayyara benci diri Ayyara sendiri kak, benci banget. Rasanya Ayyara pengin bunuh diri aja tapi Ayyara gak mau buat mamah kehilangan dua anaknya. Ayyara gak mau mamah sendiri walaupun sekarang semuanya udah berubah"

Ayyara tertunduk membiarkan air matanya jatuh membasahi makam kakaknya. Sekarang ia sendiri, kedua orang tuanya pun tak benci kepadanya.

"Ay--Ayyara se--sendiri kak hiks. Mamah sa--sama papah benci Ayyara, mereka u--dah tahu kelakuan A-Ayyara dulu hiks hiks, mamah sama papah u-dah tahu Ay-ayyara pernah khianatin kak Lea hiks"

"Kasih tau Ayyara kak, Ayyara harus apa sekarang!?"

"Hiks Ayyara mau ikut kakak aja"

Ayyara merebahkan dirinya di samping makam Lea dan memeluk makam itu. "Ay--Ayyara gak sekuat yang kakak kira, Ayyara ma--sih hiks adik kakak yang cengeng dan nyusahin. Jangan hu-kum Ayyara kayak gini. Hiks Ayyara gak kuat"

Gadis itu menangis sesegukan di samping makam Lea. Sungguh ia sangat merasa kehilangan dengan kepergian Lea selamanya, meninggalkan rasa penyesalan buat Ayyara yang tak pernah sembuh, mungkin tak akan pernah sembuh.

"Non Ayyara, sepertinya sebentar lagi akan hujan"

"Ayyara masih pengin di sini, Ayyara kangen kak Lea" jawab Ayyara masih setia memeluk makam Lea.

Kedua bodyguard itu mengangguk dan terus setia menemani nona mudanya itu. Perlahan rintik-rintik hujan mulai turun namun tak ada tanda-tanda Ayyara akan beranjak dari makam Lea, bahkan saat hujan turun deras gadis itu masih tidak bergerak.

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang