Chapter 14

6.1K 142 0
                                    

Happy reading


Keadaan Ayyara sudah membaik, gadis itu juga sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Namun, untuk hari ini Ayyara tidak di biarkan pergi dari rumah, tentunya atas perintah Nathan. Terpaksa gadis itu menurut dari pada Nathan kembali marah padanya. Padahal bagi Ayyara asam lambungnya adalah hal biasa terjadi pada dirinya dan tidak perlu laki-laki itu bersikap berlebihan seperti ini.

Ayyara keluar dari kamar lantaran bosan di dalam sana, Ayyara berniat menonton televisi di ruang keluarga. Sebenarnya di dalam kamarnya sudah tersedia televisi tetapi Ayyara malas berada dalam kamar.

Ketika akan menginjak anak tangga, tanpa sengaja telinganya menangkap keributan di dalam kamar kakaknya. Karena penasarannya di level akut, Ayyara mendekati kamar kakaknya dan menguping di depan pintu yang sedikit terbuka.

"Aku gak tau mas, kalo aku tau aku gak mungkin ninggalin Ayyara"

Kok malah namanya di sebut-sebut. Sebenarnya ada apa ini? Ayyara semakin penasaran.

"Dia hubungi kamu kan? Kenapa gak di angkat? Sengaja di matiin hpnya biar gak di ganggu, gitu?" Kali ini Ayyara mendengar suara Nathan.

"Kok kamu mikirnya gitu sih? Hp aku lowbat makanya aku gak bisa hubungin Ayyara. Aku pergi bukan untuk senang-senang, aku pergi ke butik mama, ngurus butik mama. Lagian Ayyara udah mendingan jadi gak perlu di perpanjangan lagi" ucap Lea tak habis pikir.

"Itu karena ada aku, aku gak tau bagaimana nasib Ayyara kalo dia gak hubungin aku"

"Kamu sekhawatir itu ya sama adik aku?"

Nathan terdiam mendengar pertanyaan Lea yang seolah menyinggungnya. Rasanya sulit untuk menjawab bahwa dirinya memang sekhawatir itu kepada Ayyara. Apa perlu ia jujur? Tidak mungkin, Nathan tidak ingin Lea salah paham dan membuat Lea sakit hati.

"Aku minta maaf" sahut Nathan mengalah, jika sudah kebawah emosi Nathan selalu tak bisa mengontrol emosinya.

"Bagaimana pun Ayyara adalah adikku, jelas kalo aku sangat khawatir sama dia"

"Iya mas aku ngerti. aku juga minta maaf udah ngelawan kamu, dan makasih udah jagain Ayyara. Lain kali aku akan hati-hati lagi" ujar Lea.

Nathan tersenyum, tangannya terangkat mengelus kepala Lea. Lea membeku di tempatnya mendapat perlakuan seperti itu untuk pertama kalinya dari Nathan. Lea merasa sedang mimpi.

"Mas"

"Iya?"

"Emm--aku--boleh gak-- peluk kamu?"

Sekali lagi Nathan di buat susah untuk menjawab, tapi bagaimana pun Lea adalah istrinya dan berhak mendapatkan itu. Nathan mengangguk sambil tersenyum.

"Tentu boleh"

Senyum Lea mengembang dan segera berhembur ke pelukan Nathan. Nathan pun membalas pelukan Lea. Lea sangat bahagia, setelah sekian lama akhirnya ia bisa memeluk suaminya. Jika ini beneran mimpi tolong jangan bangunkan ia. Jangan bangunkan ia dari mimpi yang membuatnya merasakan hal yang tak pernah ia rasakan dalam dunia nyata.

Mereka bertahan dengan posisi seperti itu cukup lama hingga mereka tidak sadar jika ada yang menyaksikan mereka sejak tadi,

Ayyara.

******

Sejak kecil Ayyara tak bisa lepas dari kebiasaannya yang satu ini, minum susu sebelum tidur. Mau sesibuk apapun, secapek apapun, Ayyara selalu menyempatkan diri membuat susu favoritnya tak peduli jika sudah tengah malam.

Seperti sekarang, pukul 12 malam Ayyara turun menuju dapur untuk membuat minuman favoritnya itu. Rumah tampak sepi, tentu saja rumah sebesar ini mereka hanya tinggal bertiga bahkan kakaknya belum memperkerjakan asisten rumah tangga yang tetap. Lea hanya mengerjakan asisten bersih-bersih rumah yang berkerja selama 3 jam sehari. Dan untuk memasak, Lea melakukannya sendiri.

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang