Chapter 43

2.9K 152 12
                                    

Happy reading


"AYYARA!"

Ayyara di buat tersentak kaget mendengar teriakan itu. Gadis itu menghela nafas panjang lalu berbalik badan untuk melihat Lintang si pelakunya. Dahi Ayyara berkerut melihat ekspresi panik di wajah sahabatnya itu.

"Lo----" Lintang tidak melanjutkan ucapannya lantaran mengatur nafasnya yang tidak beraturan akibat berlari.

"Tenang dulu, atur nafas. Tarikk... Buang...Ta---"

"Ck! Gak ada waktu buat itu. Lo harus liat mading" Sela Lintang dan langsung menarik tangan Ayyara.

"Eh kita mau kemana?"

Lintang terus menarik Ayyara tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. Tiba dimana mading berada terlihat segerombolan orang berkumpul di depan mading, semakin membuat Ayyara penasaran.

Kedatangannya ia malah mendapat tatapan tak suka, juga bisikan yang ia yakini mereka tengah membicarakannya. Ayyara semakin tidak mengerti dan segera mendekati mading untuk melihat sesuatu yang membuat Lintang menariknya ke sini.

Betapa terkejutnya ia melihat selembar kertas yang tertempel di mading tersebut. Kertas yang berisik foto dirinya bersama Nathan di sertai keterangan bahwa ia adalah seorang perebut suami kakaknya sendiri dan masih banyak lagi kata-kata hinaan tertulis di sana.

Sudah pasti perasaan Ayyara sekarang sangat hancur, syok, marah dan tidak menyangka hal yang sangat ia takuti terjadi, yaitu hubungan gelapnya dengan Nathan akhirnya diketahui banyak orang. Siap tidak siap ia harus menghadapi cacian, hinaan dan kebencian yang akan ia dapatkan mulai saat ini. Ayyara sudah pasrah dan menerimanya, orang jahat sepertinya memang pantas mendapatkan ini. Namun, siapa yang sudah membuat berita ini tersebar di mading kampus?

"Ay, lo gak papa kan?" Lintang bertanya dengan hati-hati, ia tahu bagaimana perasaan Ayyara saat ini.

Ayyara menoleh menatap Lintang dan mengangguk "Gak papa"

Ayyara berlalu pergi, gadis itu terus berjalan tak tentu arah dengan pandangan kosong dan mata berkaca-kaca. Lintang segera menyusul Ayyara karena ia tahu sahabatnya itu tidak baik-baik saja.

Ayyara berhenti di taman dan duduk di kursi panjang yang tersedia disana. Air matanya jatuh, Ayyara menangis namun tak ada suara tangisan yang terdengar. Kenapa hal ini harus terjadi, ia tidak sanggup harus dibenci orang-orang.

Lintang datang dan duduk di sebelah Ayyara. Gadis itu segera membawa Ayyara ke pelukannya, dan tangis Ayyara pecah saat itu juga.

"Gu--a gak bisa Lin hiks gua g-ak kuat di be--nci orang-orang" ujar Ayyara sesegukan.

"Lo gak sendiri Ay, Ada gua, ada Zela. Kita selalu ada di samping lo, jadi lo gak usah peduliin omongan mereka dan sikap mereka ke lo nantinya"

Ayyara menatap Lintang dengan wajah sembabnya "Karma gua belum selesai ya Lin?"

Lintang menggeleng mendengarnya "Engga Ay, ini bukan karma. Allah cuma pengen lo jadi orang lebih kuat lagi makanya lo di kasih cobaan seperti ini"

"Tapi nyatanya gua gak kuat seperti yang lo kira hiks" Ayyara kembali menangis. Di saat seperti ini ia sangat membutuhkan kehadiran kedua orang tuanya, namun ia harus menelan pil pahit, mereka tidak ada di sampingnya.

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang