Happy reading
Ayyara hanya bisa meratapi nasibnya ditinggalkan seorang diri di apartemen. Ia terbangun sudah tidak menemukan Nathan disebelahnya, begitupun di ruangan lainnya. Ayyara sudah bisa menebak jika Nathan telah berangkat ke kanada.
Ayyara kesal karena Nathan pergi tanpa pamit dengannya lebih dulu. Tapi sudah lah, mungkin Nathan memiliki alasan kenapa tidak pamit dengannya.
Setelah membersihkan diri, Ayyara berjalan ke dapur untuk sarapan. Ayyara mengeluarkan mie instan dan memasaknya. Meskipun bahan masakan lengkap di dalam kulkas tapi Ayyara lebih memilih mie instan yang lebih simple. Ia terlalu malas untuk memasak.
Suara ketukan serta bell mengalihkan Ayyara dari makanannya. Gadis itu mengambil air putih dan meneguknya lalu beranjak menuju pintu. Ayyara membuka pintu apartemen dan dibuat terkejut melihat dua orang di hadapannya.
"Sudah saya diuga, kamu ada disini" tutur salah satu diantara mereka, yang tak lain adalah mama Nathan, Wulan.
Seseorang orang disebelahnya terkekeh sinis.
"Perempuan gak tau malu. Udah gak direstuin berani tinggal serumah lagi" Dia Gressya, menatap Ayyara rendah.
"Nathan mana?" tanya Wulan tajam.
"Em--Nathan gak ada" jawab Ayyara gugup.
"Alahh, gak usah bohong lo. Nathan ada di dalam kan? Ini apartemen dia" ucap Gressya.
"Beneran gak ada didalam. Pagi tadi Nathan berangkat ke kanada" jelas Ayyara.
"Ohh ya, Terus lo ngapain masih ada disini?"
Ayyara terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Pertanyaan Gressya sungguh menjebaknya.
"Aku---"
"Kamu harusnya sadar kalo kamu itu pembawa sial dikeluarga saya. Harus berapa kali saja bilang jauhin Nathan" sela Wulan.
"Tau nih, gara-gara lo kakak lo sendiri meninggal. Lo masih gak merasa bersalah gitu?" timpal Gressya.
"Untuk terakhirnya kalinya saya tegaskan sama kamu, jauhin Nathan atau saya akan ngomong sama papa kamu kalo kamu ganggu hidup Nathan lagi" ucap Wulan lalu berlalu pergi.
"Camkan itu! Jauhin Nathan karena Nathan hanya milik gue" setelah mengatakan itu Gressya menyusul Wulan dan meninggalkan Ayyara sendiri.
Tidak ada yang bisa Ayyara lakukan selain diam. Jika ada yang berpikiran Ayyara sudah kebal dengan hinaan itu, sungguh tidak karena dilubuk hatinya terasa sangat sakit.
Ia tidak pantas untuk melawan apalagi membantah semua perkataan itu karena memang dirinya membawa sial di keluarga Nathan begitupun di keluarganya sendirinya.
*****
Sekarang Ayyara benar-benar sendiri. Satu minggu ia harus terbiasa sendiri, melakukan semuanya sendiri. Kesepian tentu saja tapi tidak ada yang bisa ia harapkan dengan hadirnya seseorang untuk menemaninya termasuk kedua sahabatnyanya. Lintang yang berada di Jogja, dan Zela yang kuliah di luar kota, yaitu di Bandung membuat mereka jarang bertemu.
Sekarang Ayyara berada di salah satu toko buku untuk mencari buku yang akan membantunya menyelesaikan tugas kuliahnya. Sendiri? Tentu saja. Tidak ada lagi orang terdekatnya kecuali Nathan dan kedua sahabatnya.
Kaki gadis itu melangkah pelan menelusuri setiap rak buku untuk mencari buku yang ia butuhkan. Senyum gadis itu merekah setelah melihat buku yang ia cari sejak tadi. Buku yang tersimpan di rak paling atas itu membuat Ayyara kesulitan menggapainya. Ayyara terus mencoba hingga ia berhasil namun malah membuat keseimbangannya goyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR (On Going)
Romantizm[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cinta memang buta dan takdir tidak ada yang tahu. Seperti Novella Ayyara Khanzatama, gadis cantik nan mungil di butakan dengan cintanya. Ayyara tidak pernah tahu bahwa takdirnya serumit ini, mencintai seseorang yang be...