Ruth Priscilia Angelina - Black

20 1 0
                                    

SPOILER WARNING!

Penerbit : PT Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit : Jakarta, Desember 2017Tebal Buku : 304 hlm; 20 cmISBN : 978-602-03-4603-8Genre : Romance; Chicklit; Psychology

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Jakarta, Desember 2017
Tebal Buku : 304 hlm; 20 cm
ISBN : 978-602-03-4603-8
Genre : Romance; Chicklit; Psychology

~~~~~~~~~~~~~~~

Jika dikaitkan dengan warna, apa warna yang melambangkan dan mencerminkan kehidupanmu?

Warna kesukaan, warna favorit, warna yang dibenci, warna pakaianmu hari ini, warna kamarmu. Warna.

Boleh dikatakan, jika seseorang bertanya atau berbicara soal warna, umumnya itu berhubungan dengan apa yang ditulis diatas. Memanglah sepele, bukan hal yang penting. Akan tetapi, kehidupan kita ini tidak bisa terpisahkan dari warna. Seperti halnya dengan novel satu ini, "Black."

Sesuai dengan judul cerita ini, Inka, sang protagonis kita, mengisi harinya dengan selalu berpakaian serba hitam. Apakah itu warna favoritnya? Bukan, dugaanmu salah. Itu adalah warna favorit ayahnya. Kenapa? Jadi, beginilah ceritanya...

Inka berasal dari keluarga broken home. Diawal cerita langsung diberitahukan bahwa ibunya memutuskan untuk menikah lagi, dengan atau tanpanya persetujuan dari Inka, anak semata wayangnya. Digambarkan dengan sifat yang cuek, Inka tidak menentang, tidak pula menerima dengan senang hati keputusan ibunya. Justru, pada hari percakapan tersebut Inka sedang dalam perjalanan menuju negara tetangga untuk melanjutkan perguruan tingginya, di Oxford.

Inginnya Inka itu diantar oleh ayahnya, yang ternyata tidak memenuhi janjinya dan berangkatlah dirinya sendiri bersama sahabatnya dengan niat untuk "tidak pernah lagi kembali ke tanah kelahirannya."

Kembali lagi ke warna hitam. Sepanjang cerita tidak dijelaskan mengapa Inka begitu peduli pada ayahnya, sampai selalu memakai atribut serba hitam, hingga akhirnya mendekati akhir cerita barulah terkuak bahwasanya ibunyalah yang telah selingkuh dan dirinya yang menyembunyikan kenyataannya untuk menjaga keutuhan keluarganya. Awalnya mereka adalah keluarga yang bahagia. Namun, tidak ada penjelasan lebih lanjut apa yang membuat ibunya selingkuh dan keluarga ini hancur.

Selain Inka, ada seorang pria bernama Chesta Sentanu. Ia adalah tetangga masa kecil yang sering dijahili dan pernah pula disukai oleh Inka. Berkebalikan dengan Inka, Chesta hampir selalu berpenampilan banyak warna, juga masih memiliki keluarga yang utuh. Mereka bertemu secara tidak sengaja di universitas yang sama, di klub yang sama. Berbeda pula dengan Inka yang emosional dan single, Chesta itu dingin cuek dan playboy.

Tahu bahwa Chesta membencinya sejak kecil, Inka berusaha untuk tidak berurusan dengannya. Akan tetapi, kak Ruth berkata lain (atau cerita ini akan tamat begitu saja 🤣). Pertemuan mereka tidak terelakkan, bahkan sampai Chesta meminta Inka untuk kawin kontrak dengannya.

Yup, kamu tidak salah membaca. Walau masih benci dan tidak menyukainya, Chesta tetap meminta Inka menerimanya, karena ini adalah wasiat dari mendiang ibunya.

Pasti aneh menurutmu (begitu juga aku) Namun, Chesta yang dulu di pikiran Inka adalah seorang anak yang botak dan cengeng, ternyata menjadi playboy karena ingin seleksi dan mencari calon istri yang cocok untuknya, yang ternyata semua menolak terkecuali Inka. Karena mempunyai kenangan dan juga menyayangi Tante Carissa, ibunya Chesta, Inka menerima lamarannya dalam bentuk kontrak.

Setelah ini semua, mereka berdua pun mulai menjalani hubungan kontrak, dan selebihnya kuyakin kita semua sudah tahu. Kelahi, saling suka, dan akhirnya bersama. The end.

Kesimpulannya memang gitu kok, tapi tenang ini belum selesai. (Sebelum aku digebukin karena gantung 🤣)

Memang kisah ini diakhiri dengan Happy Ending, tapi perjalanan sebelum mencapai akhir yang bahagia ini cukup dark. Selain Inka yang bersedih atas kondisi keluarganya, Chesta yang notabene memiliki segalanya (wajah, materi, pengetahuan) pun juga terluka batinnya. Ya, keluarganya lengkap, tapi ibu tercintanya sudah meninggal digantikan ibu tiri. Di saat Carissa mengembuskan napas terakhirnya, Chesta tidak berada di sampingnya. Dan itu merupakan pukulan yang telak kepada dirinya.

Baik Inka dan Chesta memiliki masalah dan luka masing-masing yang berbeda tapi sama. Memang ada saat (bahkan banyak) adegan di mana mereka break down, tapi untunglah mereka bisa saling menghibur dan menemani. Saling menerima dan mengisi kekurangan masing-masing. Daripada cinta itu sendiri, kisah ini lebih fokus pada luka yang diakibatkan oleh cinta. Sisi lain dari cinta, yang membuat orang takut untuk jatuh cinta karena adanya perpisahan yang tak terduga.

Singkat kata, kisah mereka cukup dark. Walaupun sudut pandang menggunakan POV 1 dari Inka, kita bisa memahami dan merasakan trauma dan sakit yang para tokoh hadapi. Tidak terbatas pada dua tokoh saja, tapi ada juga beberapa peran pendukung seperti Sigi, sahabat yang pernah Inka sukai dulunya, dan Kiran, kakaknya Chesta. Mereka pun punya alasan masing-masing akan pilihan mereka yang juga berwarna cukup gelap.

Namun, di kala beberapa tokoh utama dipoles dengan baik, beberapa tokoh lainnya justru hanya figuran walau sebenarnya mereka mempunyai porsi yang cukup besar terhadap masalah yang mereka hadapi. Seperti contoh kedua orang tua mereka. Memang sudah cukup jelas apa yang telah mereka lakukan sehingga mengakibatkan semua ini, tapi itu hanya secara telling yang singkat dijelaskan. Bahkan, mereka tidak mendapatkan peran untuk tampil, yang bisa membuat kita pembaca bersimpati padanya. So, penokohan sudah sangat baik tapi tidaklah maksimal.

Alur cerita menggunakan alur maju. Padahal pada umumnya jika tokoh mempunyai masa lalu kelam, minimal ada beberapa flashback yang memperkuat keadaan. Sayangnya, tidak ada flashback di sini. Ada sekali saja, tapi itu hanya kepingan kenangan yang singkat. Hanya fokus pada hubungan Inka serta Chesta yang sebenarnya simple tapi cukup rumit juga.

Untuk kepenulisan, tidak perlu dipungkiri bahwa hasilnya sangat bagus. Minim typo dan kesalahan. Sang author pun terlihat jelas melakukan riset yang mendetail walau berlatar di negeri tetangga, deskripsi tempat sangatlah baik. Begitu pula dengan penampilan para tokoh yang dideskripsi pas, tidak melebih-lebih.

Overall, ini cerita yang bagus dan layak dibaca. Diawali dengan cukup misterius masalah yang tidak dijelaskan secara gamblang dan gerak-gerik tokoh yang selalu dipertanyakan alasannya, yang perlahan-lahan mulai jelas dan meyakinkan. Alur cukup slow, tapi tanpa sadar selalu membuatmu ingin terus lanjut membacanya walau sudah bisa menebak bagaimana akhir kisahnya. Banyak juga pesan moral yang bisa dipelajari, terutama tentang trauma, luka, dan kosekuensi segala hal yang bisa terjadi atas keputusan sepihak. Memang ada yang cukup lebay menurutku, tapi kehidupan nyata pun tidak jarang yang dramatis kan?

Meskipun warna sering kali hanya dipandang sebagai penghias atau fashion, nyatanya warna pun bisa menjadi salah satu media untuk kita berkenang dan merindu. Warnamu, hidupmu.

Nilai: 🌻🌻🌻🌻

Extra:

Bagi yang tertarik, novel ini kurasa masih tersedia di beberapa toko buku (masih boleh dibilang karya yang cukup baru) dan juga di online.

Dengan ini, sedikit kiranya kita bisa belajar bahwa cinta tidak hanya manis, tapi juga bisa pahit.

Enjoy.

Novel Review - Mariani MarzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang