Misha F. Ruli - Penebusan

17 1 0
                                    

SPOILER WARNING!!

Penerbit : HaruTahun Terbit : Jawa Timur, Maret 2024 (cetakan pertama)Tebal Buku : 140 hlm; 19 cmISBN Digital : 978-623-5467-23-8Genre : Mystery; Thriller; Psychology

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbit : Haru
Tahun Terbit : Jawa Timur, Maret 2024 (cetakan pertama)
Tebal Buku : 140 hlm; 19 cm
ISBN Digital : 978-623-5467-23-8
Genre : Mystery; Thriller; Psychology

~~~~~~~~~~~~~~~

Seorang mahasiswi melakukan percobaan bunuh diri. Kekasihnya mencoba mencari tahu apa alasan gadis itu. Namun, kenyataannya lebih mengerikan daripada yang dia duga ....

Itulah blurb dari novella ini, tipis tapi penuh misteri.

Singkat cerita, hubungan sepasang kekasih ini berjalan dengan baik. Mereka akur, saling sayang dan peduli. Perselisihan dan terpisah jarak memang akan terjadi karena itu adalah hal umum, tetapi itu tidak menjadikan alasan hubungan mereka menjadi lenggang ataupun alasan dari tindakan sang kekasih tercinta yang hendak mengakhiri hidup. Sang prota, Gian, pun mulai menggali informasi ke sekitar, diutamakan dari teman-teman sekampus dan juga teman dekat. Perlahan namun pasti, rahasia yang merupakan kenyataan pahit pun mulai terkuak satu demi satu, saling terkoneksi, saling menebar benci.

Kepenulisan. Sebagai novel yang tipis, atau disebut dengan istilah Novella, cerita ini menggunakan bahasa keseharian yang mudah dibaca/ dipahami yang semi-formal. Tidak ada istilah yang berat yang artinya bisa saja dikonsumsi oleh pemuda-i, namun novel ini dibatasi 17+ karena memang membahas masalah yang sensitif seperti kekerasan seksual, pemerkosaan, perundingan, pedofilia, dan bundir.

POV yang digunakan adalah POV2, cukup unik, dan dibagi menjadi menjadi 4 sudut pandang yang berbeda. Setiap bagian/ chapter sengaja tidak ditulis/diawali dengan nama tokoh, jadi ada sedikit moment kita harus menebak siapa yang telah mengambil alih sudut pandang tersebut. Selain itu, alih-alih bermonolog atau seperti berkata dalam batin/ bernarasi kepada pembaca, dialog para tokoh pengambil alih menjadi bagian dari narasi itu sendiri, seolah si dia yang sedang menjadi lawan bicara adalah diri kita si pembaca. Ya, unik, sekali lagi, tapi agak sedikit kurang nyaman sih bagiku. Dan cara penulisan yang hampir sama/ gaya berbicaranya, sehingga setiap bagian yang harusnya berbeda orang kesannya menjadi 11 12. Tidak mempengaruhi jalan cerita, cuman jatuhnya tidak ada ciri khas.

Penokohan. Sekali lagi karena gaya tutur bahasa setiap bagian/POV itu hampir mirip, jadi perbedaan antar tokoh tidak terlalu kentara. Setiap bagian, para tokoh lebih cenderung diberi tempat untuk curhat dan menjelaskan latar belakang mereka yang menjadi akar/ penyebab dari aksi mereka, alih-alih scene interaksi/ action secara langsung. Walau berganti POV, prota tetapnya Gian karena para tokoh ceritanya sedang berbicara secara empat mata dengan Gian yang tidak lagi berdialog selain di bagiannya sendiri.

Untuk tokoh-tokoh lain yang di-mention, kebanyakan disampaikan secara telling dan secara perspektif/ pendapat si pengambil alih POV, tanpa kita benar-benar tahu apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya (POV terbatas), sehingga pada satu sisi karakteristik disampaikan cukup baik, di sisi lain kita masih belum bisa percaya mana sifat/ucapan mereka yang asli.

Kemudian karena interaksi sepanjang cerita hanyalah berbicara, kadang kala aku merasa datar dan kurang hidup. Mungkin salah satu faktornya adalah ini merupakan cerita singkat sehingga jatuhnya terbatas dan tidak bisa dieksplor lebih jauh/rinci.

Plot & alur cerita. Untuk latar tempat dan waktu sepertinya hampir tidak pernah disebutkan secara jelas, tapi menurut dari gerak-gerik Gian dalam mencari informasi sampai akhirnya Widya, sang kekasih yang batal meninggal, sadar lalu menceritakan penyebab dan alasan sesungguhnya dia melakukan bunuh diri, sepertinya tidak lebih dari waktu satu minggu (mohon dikoreksi kalau keliru karena tidak penting sih latar waktunya, bisa jadi terskip 😅)

Intinya tidak butuh waktu lama, apalagi misteri yang terbelenggu dan terbagi banyak cabang. Cukup lurus dan straightforward, kita pun tahu sudah apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin karena hint yang diberikan terlalu banyak dan cukup mudah untuk ditebak, jadinya tidak ada moment wow meskipun ada beberapa plot twist yang juga sayangnya tidak begitu mengejutkan.

Ending. Hmm, tidak kuspoil 100%, tapi akhir dari kisah ini sepertinya bittersweet ending, yang di mana cukup memuaskan tapi tidak membuat senang/bahagia. Segala perbuatan mereka mendapat karma/ganjaran masing-masing, dan termasuk ending yang cukup gantung juga bagiku, tapi pas sudah di sana, biarlah pembaca yang meneruskan sendiri kisah Gian dan Widya berikutnya bagaimana, karena misteri yang menjadi plot inti sudah selesai walau tidak dengan kehidupan mereka 🤧

Overall, ini kisah yang trigger warningnya lumayan tinggi, tetapi dibawakan dengan cukup ringan dalam artian yang selain mudah dipahami, tetapi juga mudah terlupakan alias tidak membekas. Plot & penokohan yang kurang kuat memberi dampak yang lumayan besar. Memang, topik tentang kekerasan seksual sudah lumayan umum tapi tetap merupakan pelajaran dan pesan moral yang sangat penting. Hanya saja sekali lagi, karena cerita kekurangan faktor yang membuat mendebarkan ataupun menarik, kisah yang seharusnya mengesankan ini bagiku tidak lebih dari sekadar penyuluhan tentang bahayanya kekerasan seksual. Kata gaulnya, B saja.

Nilai: 🌻🌻🌻🌱

Extra:
Bagi yang tertarik, novel ini masih tersedia secara offline maupun online di toko buku kesayangan Anda. Walau tipis, tapi layak untuk menjadi bacaan yang memberi wawasan yang lebih luas dan pelajaran tentang mengontrol dan membatasi diri.

Happy reading~

Novel Review - Mariani MarzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang