Minato Kanae - Penance

5 1 0
                                    

SPOILER WARNING!!

Penerbit : HaruTahun Terbit : Jawa Timur, Juli 2022 (cetakan keenam)Tebal Buku : 356 hlm; 19 cmISBN : 978-623-7351-37-5Genre : Mystery; Thriller; Adult

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbit : Haru
Tahun Terbit : Jawa Timur, Juli 2022 (cetakan keenam)
Tebal Buku : 356 hlm; 19 cm
ISBN : 978-623-7351-37-5
Genre : Mystery; Thriller; Adult

~~~~~~~~~~~~~~~

Penance, yang jika diterjemahkan ke bahasa indonesia berarti penebusan dosa. Sesuai dengan judul, novel ini akan berfokus pada kisah para tokoh, kehidupan mereka, dan bagaimana cara mereka menebuskan dosa mereka aka ganti rugi.

Sebagai awal atau latar belakang, diceritakan lima anak perempuan SD yang saling bersahabatan. Singkat cerita, sesuatu terjadi, kasus pembunuhan. Salah satu dari mereka menjadi korban dari pembunuhan tersebut, menyisakan empat penyintas sekaligus saksi mata. Namun, kejadian tersebut begitu singkat dan cepat, sehingga keempat-empatnya tidak bisa memberikan saksi yang bermanfaat kepada pihak kepolisian. Sebagai orang tua yang pastinya tidak bisa menerima dengan begitu saja, ia menjumpai keempat gadis tersebut. "Cari dan temukan pelakunya sebelum kasus pembunuhan ini kadarluarsa, atau kalian harus ganti rugi dengan cara yang bisa kuterima. Jika tidak, aku akan balas dendam kepada kalian."

Kepenulisan. Novel ini terbagi menjadi lima sudut pandang: 4 si para penyintas dan 1 dari POV mama korban. Secara garis besar ditulis menggunakan POV 1, tetapi daripada bermonolog sendiri (kata lain menuju/ memberi info kepada pembaca), gaya menulisnya lebih seperti mereka yang menceritakan kisah mereka kepada seseorang, yakni kepada mama korban baik melalui surat (tidak langsung) atau komunikasi langsung.  

Pembunuhan terjadi pada saat mereka masih kecil, yakni anak remaja SD. Pelaku tidak tertangkap dalam jangka waktu yang sangat lama, hingga tanpa sadar, 15 tahun sudah berlalu dan mereka semua sudah beranjak dewasa. Di luar memang terlihat biasa-biasa saja, menjalani kehidupan masing-masing sesuai dengan jalan yang dipilih. Namun siapa sangka, oleh karena kejadian yang mengerikan serta pesan yang sangat traumatis dari mama korban, tidak ada satu pun dari mereka yang menjalani kehidupan layaknya "orang normal". Melalui POV1, terkuaklah kalau mereka sangat tersiksa akan batin, sehingga tanpa sadar menyakiti dan memaksa diri sendiri, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Alur yang digunakan adalah maju mundur, di mana pada awal mereka akan menceritakan dulu kisah masa remaja mereka, hubungan mereka dengan "Emily-chan" si korban yang menyedihkan itu, baru kemudian dilanjut dengan kehidupan mereka setelah sudah dewasa. Walau masing-masing memiliki hidup/profesi serta pengalaman yang berbeda-beda, ada sedikit rasa repetitif sehingga timbul rasa bosan waktu membacanya. Selain itu, karena ingin mendetail terhadap perasaan dan isi hati, pase cerita juga terasa sedikit lambat bagiku.

Penokohan. Untuk topik ini tidak perlu diragukan. Mulai dari Sae, Maki, Akiko, Yuka, dan tak terkecuali si mama korban yang bernama Asako, sifat dan karakteristik masing-masing tokoh tercurahkan dengan baik. Berbeda dengan POV3 yang berarti narasi umum, POV1 sangat mencerminkan jati diri si tokoh. Positifnya, lima sudut pandang oleh lima orang yang berbeda ditulis dengan gaya bercerita yang berbeda pula sehingga sangat terlihat ragam variatifnya. 

Tidaklah tertulis secara terang-terangan seperti apa sifat mereka masing-masing, tetapi dari gaya bercerita merekalah, kekuatan tulisan dan narasi yang dibawakan sungguh sangat mewakilkan watak dari mereka masing-masing. Bahkan tidak jarang, di mana secara umum dan moral, beberapa hal dan pikiran mereka yang harusnya tidak baik terasa lumrah, begitu natural seolah kita pembaca terhipnotis untuk sehati dan sejalan dengan pemikiran dan tindakan mereka. Kalimat "Ah, kalau saja aku berada di posisinya, aku juga akan melakukan hal serupa" akan sering terbayang ketika membaca perjalanan hidup mereka. Well, tidak 100% sih, but  mostly kumerasa begitu.

Alur & plot cerita. Sebagaimana yang kita ketahui tentang alur maju mundur, plot utama dari novel ini adalah flashback/menceritakan kembali bagaimana hubungan serta pandangan (pendapat) sang tokoh POV terhadap Emily-chan, perannya terhadap kejadian pembunuhan, dan apa dampaknya terhadap dirinya ketika sudah dewasa. Pola ini mengulang untuk semua POV sehingga inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa bosan. 

Jika membahasa tentang klimaks atau keseruan dari setiap POV, terus terang ada dan tersampaikan dengan cukup bagus, yang di mana kejadian traumatis masa lalu telah secara tidak langsung menghancurkan jati diri para penyintas, hidup dalam keraguan dan rasa bersalah yang selalu menghantui. Akan tetapi, gaya narasi sang author yang unik memberi dua dampak yang berbeda, tergantung perspektif pembaca. Yaitu, karena bukan menggunakan POV3 yang mendeskripsikan/ menggambarkan lebih detail kejadian yang sedang berlangsung, melainkan dengan bercerita seolah sedang mendongeng, scene klimaks yang harusnya menegangkan seolah berlalu begitu saja, yang mengartikan jika tidak teliti dalam membaca, kemungkinan bisa saja kelewat mana bagian cerita yang krusial. Ya, terlalu melebur dan menyatu dengan cerita sehingga tidak menonjol.

Ending. Mengesampingkan klimaks yang bagiku agak terlalu menyatu, ending untuk masing-masing POV tertulis dan berakhir dengan baik, dengan arti tidaklah menggantung. Para penyintas menceritakan kisah hidup mereka, trauma yang dirasakan, yang membuat mereka menjadi diri mereka yang sekarang, kemudian mengakhirinya dengan "ganti rugi nyawa" seperti yang diinginkan oleh Asako-san. Tidak secara sengaja, lebih ke seperti ditakdirkan; kutukan.

Di antara semua POV, konklusi terpenting berada di POV Asako, yang di mana boleh dikatakan plot twist tapi tidak yang wow gitu. Intinya, dialah yang tanpa sadar menjadi penyebab akan semua hal ini terjadi. Kenapa? Kuputuskan tidak kuspoil deh, biar penasaran 😆

Overall, ini adalah kisah yang memberikan banyak pelajaran. Satu kalimat penuh emosi, yang terkadang bisa saja dilupakan begitu saja oleh sang pengucap, tetapi justru memberikan tekanan yang sangat berat dan traumatis kepada si pendengar/penerima. Mulutmu harimaumu, kata-kata adalah senjata paling mematikan di dunia ini melebihi senjata tajam mana pun. Maka jagalah ucapan kita dengan baik, karena tanpa kita sadari bisa saja menyakiti seseorang di luar sana.

Mungkin karena aku pribadi adalah penggemar Akiyoshi Rikako sensei terlebih dahulu sebelum membaca novel ini, aku merasa gaya susunan plot yang berbagi POV ini agak-agak mirip dengan Rikako sensei, alhasil meski cerita ini nyata bagus, tapi tidak memberikan kesan yang wow. But still, I quite enjoyed it.

Nilai: 🌻🌻🌻🌻

Extra:

Cerita ini telah diangkat menjadi series film sepanjang 5 episode = 1 episode 1 POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini telah diangkat menjadi series film sepanjang 5 episode = 1 episode 1 POV.
Aku tidak bisa menemukan film fullnya jadi tidak bisa kureview dan bandingkan dengan novel, tapi kurasa filmnya bagus (menurut feelingku 😙)
Bagi yang pernah nonton boleh silakan bagi-bagi review ya

Bagi yang tertarik, novel ini masih dicetak ulang, tersedia secara offline maupun online.

Happy reading~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Novel Review - Mariani MarzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang