SPOILER WARNING!
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : Jakarta, November 2010 (cetakan pertama)
Tebal Buku : 260 hlm; 20 cm
ISBN : 978-979-27-8799-3
Genre : Mature; Slice of Life; Tragedy~~~~~~~~~~~~~~~
Kata orang, uang tidak bisa membeli segalanya. Namun, hidup di dunia ini memanglah harus membutuhkan uang. Karena jika tidak, hanya ada kesedihan dan kesengsaraanlah yang mereka miliki menemani hari-hari yang sulit.
Keterbatasan ekonomi, uang yang pas-pasan untuk hidup, inilah yang dialami oleh keluarga Imelda, sang protagonis kita. Sejak perceraian orang tua, Imelda bersama kedua adiknya—Trisha dan Erik—mengikuti sang Ibu, sedangkan ayah mereka yang sudah mempunyai keluarga baru acuh tak acuh kepada mereka. Dari awal yang hanya sedikit tapi perlahan sudah lalai akan kewajibannya menafkahi mantan istri dan ketiga anak, sang Ibu yang tidak bisa lagi mengharapkan uang dari mantan suami pun bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi keluarganya seorang diri. Ia bisa, tapi sulit. Apa-apa butuh biaya, sehingga sang Ibu yang dulunya memiliki sifat periang pun sudah jarang bisa tersenyum lagi.
Sebagai anak tertua dan yang paling berbakti, Imelda yang saat ini duduk di bangku 3 SMU pun berniat untuk mencari kerja demi meringankan beban keluarga. Mungkin dikarenakan kurang perhatian, kedua adik Imelda tidak hanya malas, tapi juga sering ribut mempermasalahkan banyak hal terutama soal uang. Hal ini pula yang menjadi salah satu pendorong Imelda untuk bisa segera mendapatkan pekerjaan.
Rossa, dia adalah teman satu kelas sekaligus tetangga Imelda. Meski seumuran dan kurang dekat, tapi kerap Imelda merasa iri padanya karena melihat Rossa ternyata sudah bekerja dan mampu membelanjakan barang-barang yang bagus, salah satunya HP keluaran terbaru untuk dirinya sendiri. Tak ingin hanya menelan ludah menahan rasa cemburu, Imelda pun mendekatilah tetangganya ini, minta untuk ditawarkan pekerjaan yang sama pula. Sempat menolak, tapi akhirnya Rossa mengiyakannya juga dan "menunjukkan" pekerjaannya.
Pekerjaan apa yang bisa dalam waktu singkat menghasilkan banyak uang? Ya, benar sekali. Dikutip langsung dari judul dan cover novel ini, Anda semua pastilah sadar bahwa pekerjaan yang dilakukan dan ditunjukkan Rossa kepada Imelda adalah "menjual diri."
Eits, tunggu dulu. Ini maksudnya Rossa dan Imelda, gadis yang masih remaja berusia 17an tahun sudah bekerja menjadi pelacur? Well, setengahnya sih tepatnya. Jadi sebagai cover depan, Rossa memberitahukan orang-orang bahwa dia bekerja sebagai salesgirl door to door, menawarkan produk import mahal langsung ke rumah-rumah orang kaya. Itu depannya saja, secara nyata menjual produk dan berusaha mendapatkan komisi. Di belakang? Tentunya biar dapat tip/bonus banyak di luar komisi penjualan produk, diberikanlah servis plus plus, terutama kepada pelanggan pria-pria tua yang tajir dan gatal, yaitu servis meraba-raba tubuh, termasuk peluk cium yang masih diberi batasan.
Bagaimana respon Imelda waktu mengetahui kebenarannya? Tentu saja dia mual dan jijik. Memang, setelah itu Rossa tidak memaksa teman barunya ini untuk bekerja mengikuti jejaknya. Namun sekali lagi, karena bertekad membantu meringankan beban ekonomi keluarga, akhirnya Imelda memutuskan untuk mencoba pekerjaan ini, dengan berjanji kepada diri sendiri hanya akan menjual produk tanpa ada siapapun yang boleh menyentuhnya sama sekali. Tapi ... apa bisa bertahan?
Pada zaman di mana belum ada istilah belanja online atau olshop, kisah novel ini sungguh relate dengan kehidupan nyata pada waktu itu, terutama tentang remaja-remaja kota yang masih begitu bebas dan liar. Berlatar belakang di Kota Medan, Kak Shandy menggambarkan dengan terang-terangan, situasi "dunia gelap" yang telah menjadi rahasia umum semua orang. Tahu adalah sebuah larangan, tapi kebanyakan memilih lepas mata, bahkan tak sedikit yang baik secara sengaja atau tidak sengaja terjerumus ke dalam dunia tersebut, seperti Imelda salah satunya.
Alur cerita berjalan dengan lurus. Kumenoreh genre tragedi untuk kisah ini karena nyatanya, kehidupan Imelda sangatlah miris. Seolah terjebak dalam kemiskinan masih belum cukup, keluarga mereka berkali-kali diperas, memaksa mereka untuk mencari uang padahal memang tidak punya lagi simpanan apa-apa. Sehingga singkat cerita, dari yang ingin mendapatkan uang dari pekerjaan "halal" hanya dengan menjual produk, terpaksalah Imelda "menjual diri", pilihan yang merupakan jalan paling terakhir demi melepaskan nasib keluarganya dari lilitan hutang.
Penokohan pun sangatlah bagus dan realistis. Dimulai dari kedua adik Imelda yang egois karena berada pada masa remaja pembangkang (juga salah satunya termasuk pembuat masalah besar hingga mereka terlilit hutang), orang tua yang keras karena kesulitan ekonomi, kebalikan mereka yang kaya sangatlah tajir, seolah mau apapun bisa diselesaikan dengan uang. Tentu tidak lupa, remaja-remaja perempuan lainnya selain Rossa, yang sudah terbiasa menjual diri, yang pelan-pelan membuat Imelda yang awalnya jijik pun sudah tidak bereaksi melihatnya bagai sudah menjadi hal yang lumrah.
Selain tokoh-tokoh yang berlatar gelap, Imelda ternyata masih diberi kesempatan juga untuk berkenalan dengan pelanggan yang "bersih" bernama Om Paulus. Sama sekali tidak ada tatapan genit, pria ini menemani Imelda, menjadi figur ayah yang baik dan perhatian baginya. Sayang sekali lagi, karena ini genre tragedi, kebahagiaan Imelda sungguh berjalan sangat singkat karena klimaks yang sebenarnya pun terjadi saat mengenal siapa sebenarnya Om Paulus itu, dan tentang bagaimana Imelda secara tidak langsung telah menghancurkan keharmonisan keluarga orang lain.
Kepenulisan untuk novel ini boleh dikatakan ringan dan mudah dimengerti, sayang sekali meskipun cukup detail juga sang author dalam mendeskripsi latar, justru kelebihan ini menjadi nilai minus bagiku. Memang, mengenalkan kota Medan detail hingga ke nama-nama jalan itu tidaklah salah, hanya saja karena dilakukan secara repetitif dan sangatlah banyak (menumpuk secara bersamaan pada chapter yang berdekatan) membuat aku merasa bosan akan info yang sama sekali tidak bermanfaat atau relevan dengan plot, seolah ditulis hanya untuk memenuhi kuota halaman.
Bagaimana dengan ending cerita ini? Untuk Imelda yang awalnya adalah gadis polos baik-baik, rajin belajar, mempunyai cita-cita tinggi untuk bisa kuliah lalu mendapatkan pekerjaan yang baik, segala pondasi ini hancur lebur. Bukan oleh kesenangan pribadi melainkan karena terjepit situasi, masa depan indah harus ia korbankan, semata-mata demi keluarga satu-satunya tidak semakin hancur. Menjadi pelacurlah akhir yang dipilih Imelda. Entahlah dia akan betah dengan pekerjaan karena gampang dapat uang banyak, atau suatu saat dia benar-benar ingin tobat dan kembali ke jalan yang benar. Hanya Imelda dan sang penulis yang tahu.
Overall, kisah ini walau ditulis dengan gaya bahasa ringan, namun topik kehidupan yang diangkat sangatlah berat, yang di mana mungkin terjadi secara nyata pada kehidupan seseorang di luar sana, seseorang yang mempunyai nasib yang sama dengan Imelda. Bukannya tidak ada lagi pekerjaan lain, tapi keadaan dan situasi yang terdesaklah membuat seseorang tidak bisa lagi berpikir jernih. Pesan moral tersiratkan dengan baik, bahwa tidak segala hal akan berjalan sebagaimana mestinya kita kehendak, terkecuali benar-benar dihindari jika itu adalah hal yang buruk. Dengan hati-hati saja tidak akan cukup. Kita pun tidak selalu diberikan kesempatan kedua apalagi mengulang kembali.
Hanya saja secara pribadi, selain penjelasan Kota Medan yang berlebihan, masih ada beberapa faktor yang membuatku tidak bisa murni memberikan rating tinggi, salah satunya adalah plothole tentang keterangan Imelda pindah sekolah hanya karena ingin menghindari bertemu temannya. Kelas 3 SMU yang sebentar lagi UN memangnya masih boleh pindahkah? Memang hal ini tidak mempengaruhi cerita tapi lumayan mengganggu pemahamanku. Kemudian juga dengan teknik kepenulisan Telling yang semakin memadat saat mendekati akhir cerita, seolah terburu-buru ingin segera menyelesaikan. Tidakkah lebih baik hapus penjelasan Kota yang kelewat panjang daripada ngebut diakhir?
Nilai: 🌻🌻🌻🌻
Extra:
Bagi yang tertarik, buku ini masih tersedia secara preloved di olshop kesayangan Anda. Aku melihat masih ada yang jual harga normal, apakah itu buku baru atau berupa PDF/digital? Apapun itu harganya, karya ini layak untuk dibaca dan direnungi, karena kehidupan tidak meluluh tentang cinta dan kebahagiaan.
Happy reading~
KAMU SEDANG MEMBACA
Novel Review - Mariani Marzz
Losowe~To be read or must to be read~ Coret-coretan yang berisikan review novel berbagai macam genre (terutama romance) Sebagai pengingat juga cerita apa saja yang sudah pernah dibaca & dikoleksi Silakan singgah untuk baca, mana tahu dapat rekomen bagus ...