Toshikazu Kawaguchi - Funiculi Funicula

10 3 0
                                    

SPOILER WARNING!!

Penerbit : Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit : Jakarta, Januari 2024 (cetakan kedua puluh dua)Tebal Buku : 224 hlm; 20 cmISBN Digital : 978-602-0651-927Genre : Slice of Life; Semi Fantasy; Antologi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Jakarta, Januari 2024 (cetakan kedua puluh dua)
Tebal Buku : 224 hlm; 20 cm
ISBN Digital : 978-602-0651-927
Genre : Slice of Life; Semi Fantasy; Antologi

~~~~~~~~~~~~~~~

Selamat datang di cafe "Funiculi Funicula!". Selain desain tempat ini yang berada di ruang bawah tanah dan hanya memiliki total 9 kursi untuk diduduki, cafe ini ternyata juga memiliki Urban Legend, yang di mana kita bisa kembali ke masa lalu! Gimana, penasaran? Apakah Anda mau jika bisa kembali ke masa lalu? Sayangnya, meskipun bisa, nyatanya untuk memutar waktu kembali harus menaati persyaratan-persyaratan yang amat sangat ribet. Belum lagi, setelah berhasil kembali ke masa lalu pun, masa depan tidak akan berubah tak peduli apapun yang kita lakukan saat kembali. Lho? Gimana sih ini? Percuma dong kembali ke masa lalu kalau begitu!

Ya, oleh karena peraturan yang saking banyak dan merasa sia-sia jika tidak bisa merubah takdir, dari awal yang ramai ingin coba pun berubah pikiran, mengembalikan cafe tua ini menjadi tempat yang sepi nan tenang. Walaupun begitu, mereka yang nekat ingin mencoba tetap ada. Lebih tepatnya, dalam novel ini terbagi menjadi 4 kisah/ orang yang melewati batas ruang dan waktu untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya, atau sekadar meraih kesempatan sebelum terlambat. Diantaranya:

1. Tentang seorang wanita yang kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hubungannya dengan sang kekasih
2. Tentang seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan oleh sang suami karena sakit
3. Tentang seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan
4. Tentang seorang ibu yang ingin bertemu dengan anak yang mungkin takkan pernah dikenalnya.

Kepenulisan. Sebagai novel terjemahan, gaya kepenulisannya sangat mudah untuk dibaca dan dimengerti, menggunakan bahasa semi formal. Meskipun boleh dikatakan sebagai kumpulan cerpen karena pemeran utama yang berbeda, latar waktu terus berjalan sehingga penggunaan POV3 sangat cocok untuk novel ini. Ada beberapa istilah yang digunakan terutama tentang kopi (ini lokasinya di cafe jangan lupa 😗) dan dijelaskan dengan cukup baik.

Hanya saja pada saat awal, nama tokoh yang dikenalkan lumayan banyak juga hampir mirip, jadi ada sesaat aku kebingungan siapa adalah siapa. Sampailah agak dipertengahan barulah lebih jelas.

Kemudian ada satu yang tidak kusukai: pengulangan tentang peraturan. Penjelasan yang sama terus diulangi pada setiap cerpen, sehingga aku merasa dibodohkan. Namun setelah membaca bahwa sang author adalah penulis screenplay, aku jadi memakluminya.😌

Penokohan. Hmm..., untuk bagian ini aku sedikit bimbang. Selain awal yang sulit dikenali, jujur setelah hampir selesai pun kubaca, karakter para tokoh lumayan abu-abu atau merata bagiku. Ada yang cukup kentara hingga mencolok, tapi beberapa lainnya seolah melebur bersama jadinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Untuk masalah ini solusi yang digunakan penulis adalah menulis secara langsung/ telling, menjelaskan seperti apa para tokoh, sifat, dan juga latar belakang mereka. Jujur aku kurang suka, tapi karena ini adalah kumpulan cerpen dan bukan 1 novel utuh, jadi kurasa ini adalah pilihan yang cukup tepat.

Novel Review - Mariani MarzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang