Windhy Puspitadewi - Let Go

205 3 8
                                    

SPOILER WARNING!!!

Penerbit : GagasmediaTahun Terbit : Jakarta, 2009Tebal Buku : 244 hlm; 13 x 19 cmISBN : 979-780-382-1Genre : Teenlit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbit : Gagasmedia
Tahun Terbit : Jakarta, 2009
Tebal Buku : 244 hlm; 13 x 19 cm
ISBN : 979-780-382-1
Genre : Teenlit

~~~~~~~~~~~~~~~

Pernahkah baca sebuah cerita fiksi/novel sampai baper dan menangis? Perlu kuakui, inilah buku pertama yang kubaca hingga mewek-mewek tak jelas (tapi sayangnya gak terjadi lagi untuk kedua kalinya aku baca akhir-akhir ini, mungkin karena sudah tahu?)

Intinya, meskipun cerita ini bergenre teenlit yang umum di mana konflik ceritanya simple dan ringan, tapi ternyata cukup menyita perasaan.

Secara singkat, kisah ini dimulai ketika Caraka Pamungkas—protagonis kita—di masa mudanya (kelas X) yang cukup bandel berkelahi untuk kedua kalinya sejak mulai sekolah 2 minggu yang lalu. Sebagai hukuman, Bu Ratna selaku wali kelas memasukkannya ke dalam tim majalah sekolah bernama Veritas beranggota 3 teman sekelasnya—Sarah, Nadya, dan Nathan. Dimulailah kisahnya yang terpaksa harus berinteraksi dengan mereka sehingga lambat-laun saling mengenal dan terbentuk ikatan persahabatan.

Jika dilihat dari tampang (sesuai keterangan/deskripsi cerita) Raka—nama panggilan Caraka—berpenampilan seperti preman, garang, tidak jago dalam pelajaran terutama hitungan, berpikiran pendek (melakukan sebelum berpikir), suka ikut campur urusan orang lain, dan ceroboh. Tapi di lain sisi begitu sudah mengenal dirinya, Raka ternyata sangat mahir dalam pelajaran Sejarah. Dia pemuda yang suka membaca, dan bercita-cita menjadi sutradara internasional. Dari sifat suka campur itulah yang membuatnya menjadi seorang pribadi yang suka membantu orang lain, sehingga tanpa ia sadari, ia disukai oleh beberapa teman perempuan sekelasnya (tidak peduli penampilan)

Tidak hanya Raka, ketiga temannya juga memiliki sisi baik dan buruk masing-masing. Seperti hal Sarah, ketua tim redaksi yang saking baik hati iyakan segala permintaan orang sehingga dimanfaatkan dan tidak punya pendirian. Nadya, ketua kelas wonder woman serba bisa, yang ujung-ujung kewalahan karena ingin melakukan semuanya sendiri. Dan Nathan, si cowok kutub es yang ganas dan tajam, tapi aslinya adalah pria yang sangat perhatian juga humoris, dll. Bagaimana cara penulis mengembangkan karakter tokoh adalah salah satu poin plus yang sangat bagus dan menonjol dalam cerita.

Setiap manusia pernah berbuat salah atau keliru. Apa yang kita anggap benar belum tentu benar bagi orang lain ataupun bagus manfaatnya untuk diri kita sendiri. Cerita ini banyak mengajarkan untuk intropeksi diri dan menjadi diri yang lebih baik.

Tidak seperti cerita teenlit umum yang fokus dengan kisah cinta saja, justru di sini kisah cinta Raka adalah bumbu pemanis, karena yang paling kuat adalah rasa persahabatan antara Raka dengan teman-teman sekitarnya, terutama dengan Nathan—cowok dingin yang tidak ingin berteman dekat dengan siapapun karena alasan tertentu.

Kembali lagi karena kisah ini ringan, endingnya sudah bisa ditebak (bahkan pas awal aku baca) tapi anehnya tetap menangis karena tersentuh 🥺

Penggunaan kosakata dan diksi juga tergolong simple. Lebih banyak dialog dibandingkan narasi sehingga keterangan waktu dan tempat kurang terasa. Mungkin inilah salah satu poin yang tidak kusukai karena cerita seakan berjalan tanpa jedah, padahal ada pergantian waktu/tempat yang lumayan banyak tidak diberi tanda (***)

Selain itu aku menemukan banyak typo tanda baca, begitu pula nama yang salah tulis sehingga aku sedikit bingung pas di bagian sana. Kurang teliti nih 🤔

Lalu untuk kisah cinta Raka, ada dua nama yang muncul, Sarah dan Nadya. So tentu ada drama cinta segitiga 🤭. Tapi gak lama kok, bentar dah kelar dan Raka sudah mantap dengan pilihannya, tidak plinplan seperti cerita tetangga 😗 tapi karena hanya pemanis di sini, jadi aku tidak banyak komentar deh. Sudah cukup untuk porsinya.

Untuk konflik cerita, karena ringan, tidak ada klimaks yang begitu mendebarkan hingga sesak napas. Cukup datar tapi anehnya mengharukan pas dekat ending. Mendekati plot twist, tapi belum sempurna gitu. 50 50 deh, jadi bingung jelasinnya. 😂

Kemudian entah hanya perasaanku saja, tapi author seperti terdesak dan bergegas di akhiran. Awal cerita, tempo alur berjalan pelan dan seimbang, tapi begitu mendekati klimaks, hampir seluruh info penting disampaikan di akhir dan resolusi yang mendadak dan singkat. Seolah kurang puas deh. Nathan melawan bertahun-tahun, tapi karena ucapan Raka hanya sekali-dua kali, dia langsung berubah pikiran. Sebenarnya gak masalah, tapi ya... kurang puas saja.

Tapi tidak lupa, banyak pesan moral, quotes, dan kata-kata mutiara yang bisa diambil dan dipelajari dari novel ini. Semuanya bagus-bagus dan mendidik. Dan melihat bagaimana banyak referensi nama lagu, film, dan buku-buku, aku pribadi merasa sangat kurang dalam mencari ilmu dan riset. Salut deh dengan Kak Windhy.

Overall, novel ini patut Anda miliki. Hidup tidak melulu soal cinta, dan cerita ini membuktikannya. Kalau bertemu teman yang bagus, kita tentu akan berubah juga ke arah yang bagus begitu pun sebaliknya. Jika tiba saat untuk melepaskan, maka Let Go pilihannya.

Nilai : 🌻🌻🌻🌻🌱

Extra:

Bagi yang tertarik untuk beli, pemberitahuan bahwa cover atas adalah cover lama dengan penerbit Gagasmedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagi yang tertarik untuk beli, pemberitahuan bahwa cover atas adalah cover lama dengan penerbit Gagasmedia.

Untuk tipe yang baru, ini covernya, dan penerbit pun sudah ganti ke Gramedia.

Masih tersedia di toko buku, silakan dibeli dan berikan juga pendapat kalian tentang cerita ini ya. Lope you 😘

Novel Review - Mariani MarzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang