SPOILER WARNING!!
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : Jakarta, April 2024 (cetakan kedelapan)
Tebal Buku : 134 hlm; 19 x 13 cm
ISBN : 978-602-05-2267-8
Genre : Family; Philosophy; Religious~~~~~~~~~~~~~~~
Kasih Ibu kepada Beta, tak terhingga sepanjang masa~
Tunggu, kalau tidak punya Ibu bagaimana dong? Gak bisa lagi nyanyi lagu ini?
Ya, tidak dapat dipungkiri, bahwa tidak semua keluarga itu beranggota lengkap. Ada anak yang yatim, piatu, dan yatim piatu, baik secara sengaja mau pun tidak sengaja. Untuk di dalam kisah ini, sang prota adalah anak piatu. Ia tidak lagi memiliki Ibu karena beliau telah meninggal setelah melahirkan buah hatinya ke dunia. Sehingga, satu-satunya sosok yang ia miliki, sebagai seorang Ibu dan juga seorang Ayah, adalah ayahnya.
Sayang sekali, sang Ayah yang telah merawat sang prota sejak bayi hingga dewasa menjadi orang, telah meninggal dunia. Kisah ini pun dimulai dengan sang prota yang sedang sedih dan belum bisa merelakan kepergian sang pahlawan hidupnya, membuka album biru yang ditinggalkan sang Ayah. Album tersebut tidaklah tebal, hanya berisi sepuluh lembar foto. Namun, makna, kenangan, dan nostalgia yang terkandung dalam masing-masing foto sungguhlah besar. Setiap gambar punya cerita yang dapat dikenang, membuat rasa rindu kian mencuat, yang setiap detik membuat sang prota ingin kembali ke masa tersebut.
Novel ini tidak panjang, hanya 134 halaman, tentang prota tidak bernama yang mengenang masa lalu kehidupannya bersama Ayah selama ia tumbuh besar.
Kepenulisan. Hmm... aku tidak tahu apa hanya khusus untuk cerita ini apa memang gaya kepenulisan sang author, novel ini ditulis dengan lumayan puitis. Hampir mendekati gaya menulis sastra zaman dulu yang banyak kiasan, tapi untuk cerita ini lumayan rapi dan dapat pula dimengerti dengan baik. Uniknya, novel ini pun menggunakan POV2, yang di mana sang prota adalah sang pembaca (kita sendiri) karena menggunakan kata ganti "kamu". Terus terang, untuk POV ini ada baik ada buruknya. Karena kita yang dijadikan tokoh, secara tidak langsung kita seperti didorong atau kasarnya dipaksa untuk selaras dengan prota, mengganggap kisah ini adalah kisah kehidupan kita sendiri, memaksa sebuah koneksi. Memang, dalam beberapa cerita boleh dikatakan sukses menggunakan POV ini dan pembaca sungguh larut dalam cerita. Sayang sekali, menurutku pribadi, cerita ini gagal menerapkan konsep tersebut.
Penokohan. Karena menggunakan POV2, karakteristik kedua tokoh utama, prota dan Ayah tidak terlalu digambarkan dengan baik. Tidak, sebenarnya cukup baik, karena pada beberapa bagian kedekatan mereka berdua dapat terasa. Seberapa besar pengorbanan sang Ayah yang hidup sendiri membesarkan anak semata wayang, bahkan sama sekali tidak berniat untuk menikah lagi. Sedangkan sang anak (prota) sekali dua kali akan menunjukkan tantrum, sifat melawan yang tipikal ada pada setiap anak terutama saat menjelang remaja. Ya, tersirat dengan bagus, tapi sekali lagi tidak terlalu juga karena entahlah, bagiku terasa mainstream. Seolah tidak ada keunikan tersendiri, ada pun cukup minim. Alasan paling besar berada pada poin berikutnya,
Plot & alur cerita. Nah, aku paham bahwa tujuan utama cerita ini adalah memberikan pelajaran hidup, terutama tentang cinta dan kasih sayang dari orang tua, dalam cerita ini adalah sang Ayah sendiri. Namun alih-alih melalui cerita yang mengharukan, boleh dikatakan lebih dari setengah buku ini adalah memberikan filsafat dan ajaran yang sangat religius, fokus pada agama Islam. Diriku yang seorang non-muslim sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan ajaran dari agama yang berbeda karena sejatinya, semua agama itu sama tujuannya yaitu mengajarkan tentang kebaikan dan taat beragama. Tetapi, di luar cover tidaklah menulis bahwa ini adalah novel religius. Bahkan buruknya, saking banyak ilmu yang diselipkan di mana-mana sampai cerita menjadi melebar dan kehilangan fokus, buku ini lebih cocok disebut non-fisik daripada fisik. Setiap episode memanglah membahas tentang kenangan dari setiap foto, tapi seringnya diawali dulu dengan filosofi yang sejujurnya tidak terlalu berhubungan erat dengan plot cerita pada episode tersebut. Berkali-kali aku ketiduran karena bosan, tidak tahu sedang baca buku apa, fisik apa non-fisik. Ibaratkan luar/ cover buku adalah komik, tapi dalamnya ternyata berisi tentang pelajaran sekolah. Nah, itulah yang kurasakan. Aku benar memaksakan diri untuk segera menyelesaikan bacaan ini.
Ending. Karena menggunakan alur mundur, ending dalam cerita ini tidaklah penting karena intinya adalah kenangan setiap foto pada setiap episode (plus filosofi yang banyak jangan lupa). Yang disayangkan hanyalah sang prota yang tidak sempat berada di samping sang Ayah saat beliau menghembuskan napas terakhir. Ia pun terus menyesali dirinya yang sempat egois dan melawan, dengan alasan demi masa depan yang lebih baik untuk berdua, tetapi ia lupa bertanya apa sebenarnya yang diinginkan sang Ayah sampai akhirnya terlambat jua. Pelajaran terbesar dari cerita ini adalah sayanginya orang-orang terdekatmu setiap saat, jangan sampai terlambat dan menyesal karena terlalu fokus pada ambisi dan cita-cita pribadi. Karena, tidak ada yang abadi di dunia ini.
Overall, ini adalah kisah yang sejatinya non-fisik berbalut sampul fisik. Banyak sekali wejangan yang diberikan, saking banyaknya sampai cerita itu sendiri seolah tenggelam dan hampir terlupakan. Seperti biasa, sebelum menulis review ini aku selalu membaca dulu review-review dari pembaca lainnya. Bahkan sebelum itu, buku ini sungguh disanjung-sanjung, menjadi rekomendasi banyak orang dan ulang cetak berkali-kali, sungguh memberikanku harapan yang sangat tinggi. Sayang, aku nyatanya satu kelompok dengan kaum minoritas yang kurang menyukai buku ini. Aku berterima kasih atas segala ilmu kehidupan yang disampaikan, tapi aku tidak menikmati masa membacanya. Aku ingin membaca cerita, bukan membaca khotbah. It's just not my cup of the tea.
Nilai: 🌻🌻🌻
Extra:
Kepada kalian yang suka bacaan religius dan penuh dengan pesan moral akan makna kehidupan, cerita ini akan sangat cocok, sampai kuyakin kalian akan memberikan nilai sempurna seperti kebanyakan orang. Tetapi sebaliknya, kalau kalian murni ingin membaca cerita apalagi yang penuh drama, tidak terlalu kusarankan tapi tetap boleh dicoba juga untuk menambah ilmu.
Yang tertarik, novel ini tersedia baik secara offline mau pun online di toko buku kesayangan Anda.
Happy reading~
KAMU SEDANG MEMBACA
Novel Review - Mariani Marzz
Random~To be read or must to be read~ Coret-coretan yang berisikan review novel berbagai macam genre (terutama romance) Sebagai pengingat juga cerita apa saja yang sudah pernah dibaca & dikoleksi Silakan singgah untuk baca, mana tahu dapat rekomen bagus ...