SPOILER WARNING!!
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : Jakarta, Januari 2014 (cetakan pertama)
Tebal Buku : 218 hlm; 20 cm
ISBN Digital : 978-602-251-4381
Genre : Teenlit~~~~~~~~~~~~~~~
Chrysanthemum, bunga Krisan, Seruni, atau Teluki. Banyak istilah nama bunga ini, tapi kuyakin kebanyakan mengenalnya dengan nama Teh Bunga 😋. Yup, ini bunga yang sama sebagai bahan dasar untuk membuat minuman kaleng sejuta umat tersebut. Tentunya, selain itu bunga ini juga mempunyai fungsi dan manfaat lainnya, salah satu untuk memperindah taman/halaman. Bunga ini sendiri berperan penting terhadap cerita, lebih tepatnya terhadap sang prota kita, Cheryl Nandita.
Nadi (nama panggilan) mengawali kisah dengan menemani mamanya mengantar bunga krisan pesanan pelanggan, lalu secara tidak sengaja bertemu dengan seorang lelaki biker. Pertemuan mereka sangatlah singkat, hanya sekadar lelaki muda tersebut berbaik hati membantu Nadi yang terjatuh dan mengembalikan saputangannya yang sempat menghilang. Ya, singkat tapi mengesankan.
Awal yang begitu berbunga-bunga, seketika berputar haluan 180 derajat. Tiada angin tiada badai, mama Nadi meninggal begitu saja karena serangan jantung, membuat Nadi menjadi anak yatim piatu yang sebatang kara. Tak tega meninggalkannya sendirian, Om Gie, adik satu-satunya mama Nadi, pun mengajak Nadi untuk pindah ke Bandung bersamanya. Sempat bimbang, Nadi pun memutuskan untuk ikut omnya, memulai hidup baru.
Sesampainya di sana, Nadi pindah ke sekolah baru yang bernama SMA Ibu Pertiwi. Di sana pula, ia bertemu dengan teman baru yang bernama Owen. Tak selang beberapa paragraf, langsunglah tersiratkan bahwa Owen telah jatuh cinta kepada Nadi, yang di mana dia sampaikan kepada sahabatnya yang pas hari Nadi masuk ia absen sakit. Apa? Ya, tepat sekali. Usut punya usut, begitu sang sahabat sudah sembuh dan masuk sekolah lalu dikenalkan kepada Nadi, terkuaklah bahwa Jakarta (nama panggilan Ata) adalah lelaki muda yang Nadi ketemu pada awal cerita.
Singkat cerita, hubungan persahabatan mereka pun dimulai, dengan selipan cinta segitiga antar tiga sahabat.
Kepenulisan. Sebagai cerita teenlit, bahasa yang digunakan lumayan gaul (non-baku/formal), mudah untuk dibaca dan dipahami. Untuk typo tidak ada, kecuali satu bagian yang membuatku garuk kepala. Diceritakan Ata suka baca komik dan Nadi menghadiahkan tiga buah komik untuknya, yakni berjudul Death Note vol 35-37. Hello? 😅 Aku bukan wibu, tapi aku suka baca komik juga dan aku tahu, komik tersebut hanya tamat sampai vol 12. Jadi kuanggap ini hanyalah komik fiktif deh, lagipula tidak mengganggu jalan cerita sih, hanya lucu saja.😗
Cerita ini ditulis menggunakan POV3 serba tahu. Pada awalnya, prota berfokus pada Nadi. Namun, begitu Owen dan Ata diperkenalkan, status prota langsung beralih kepada mereka dan Nadi pun dengan cepatnya justru menjadi peran pembantu. Bahkan hingga akhir cerita pun, kumerasa porsi Nadi benar hanya sebagai tambahan/pengalihan ringan, yang di mana jika dibandingkan, pas POV ata lebih seringnya serba tahu = mengetahui isi hati, sedangkan Nadi justru menjadi pengamat. lumayan terbatas. Alhasil, cara kepenulisan gini membuatku ingin Nadi menghilang saja, jangan mengganggu kisah hidup Owen dan Ata.😌
Penokohan. Tidak hanya POV yang terkesan berat sebelah, penokohan kedua sahabat pun jauh lebih kuat dibandingkan Nadi yang tidak matang. Atas peninggalan mama dan juga papanya (ini sejak kecil), bisa terlihat jika pada awalnya Nadi ingin diberikan sifat yang melankolis dan menyendiri. Namun begitu sudah mulai dekat dengan kedua lelaki itu, Nadi seolah sudah melupakan kepedihannya dan sibuk kasmaran. Memang manusia diharapkan untuk tidak larut atau terperangkap dalam masa lalu dan kesedihan, tetapi bagaimana Nadi dibuat melupa lalu keluarkan lagi traumanya hanya pada saat dibutuhkan terasa sungguh tidak natural.
Untuk Owen dan Ata, hubungan mereka sangat dekat. Bahkan, jika saja cerita ini diberi label "Pelangi", kurasa lebih cocok, karena sedekat itulah hubungan mereka berdua sampai sedikit cringe untuk dikatakan cerita teenlit dengan rasa persahabatan umum. Yup, agak lebay pokoknya. Owen yang diceritakan menyukai Nadi pun bisa melupakan keberadaan cewek ini begitu saja saat mendengar Ata kecelakaan. Sekadar chat atau telepon pun tidak, benar diabaikan. Jadi terlihat kan siapa yang menjadi perusak hubungan?
Alur & plot cerita. Sebagai cerita teenlit yang ringan, masalah/konflik yang terjadi di sepanjang cerita hanyalah saling menunjukkan dan menyembunyikan perasaan, dengan alasan supaya tidak merusak persahabatan mereka. Yes, a very cliche story. Si A suka B, si B suka C. Si C yang juga suka B gak mau ngaku karena si A adalah sahabatnya. Memang yang namanya cerita sudah tidak ada yang original aka saling meniru atau hampir mirip. Cerita cinta segitiga pun sudah sangat sering kubaca, termasuk konflik yang sangat umum. Sayang sekali, selain konflik utama cinta ini, tidak ada lagi konflik-konflik pendukung lainnya yang membuat cerita menjadi lebih seru. Hambar dan lumayan membosankan.
Latar belakang Nadi sebagai anak yatim piatu yang harusnya bagus diangkat jadi bagian dalam cerita/konflik batin juga diabaikan. Kematian mamanya hanya terasa batu loncatan/alasan untuknya pindah ke Bandung dan bertemu Ata. Sungguh tidak bermutu, mamanya mati sia-sia.🤧
Salah satu penyebab cerita ini membosankan/ tidak menarik adalah gara-gara quote yang tidak kusukai: Dunia milik berdua (di sini bertiga) saja. Memang ada muncul beberapa tokoh lain, tapi mereka hanyalah figuran bernama yang terus terang tidak membantu jalannya cerita sama sekali. Sekolah seluas itu pun Nadi nyatanya hanya bisa berteman dengan Owen dan Ata. Owen yang sendiri punya grup/komunitas, yang teman-temannya ada dikenalkan dan berdialog pun juga tidak berguna dan dilupakan.
Ending. Untuk poin ini sih kurasa teman-teman sudah bisa menerka, dengan siapa Nadi berakhir jadi pasangan. Tidak ada konflik baru maupun plot twist yang mencengangkan. Berjalan damai begitu saja, yang move on akan move on dengan sendirinya, yang bertahan pun akan terus bertahan dan ya, Nadi akhirnya bersama dengan Ata.
Overall, novel ini bisa menjadi selingan cerita yang lumayan bagus, seperti moment untuk istirahat sejenak setelah atau sebelum membaca cerita yang lebih berat dan memicu adrenalin serta kekesalan hingga tanpa sadar mengumpat dan mengutuk para tokoh. Sayang sekali, cerita ini pun kurasa tidak akan begitu membekas, yang di mana jika suatu hari aku melihat buku novel ini, aku akan melupakan kisah apa yang dibawakan.
Oh, dan satu hal lagi. Aku tertarik dengan novel ini karena desain covernya yang begitu simple dan klasik. Kukira ceritanya akan mengarah ke genre Chicklit, ternyata oh ternyata salah, hanya kisah teenlit yang simple, sungguh kontras dan tidak cocok dengan covernya yang begitu kalem dewasa. Mengecewakan.
Nilai: 🌻🌻
Extra:
Yang tertarik, novel ini masih tersedia secara preloved di toko olshop kesayangan Anda.Happy reading~
KAMU SEDANG MEMBACA
Novel Review - Mariani Marzz
Altele~To be read or must to be read~ Coret-coretan yang berisikan review novel berbagai macam genre (terutama romance) Sebagai pengingat juga cerita apa saja yang sudah pernah dibaca & dikoleksi Silakan singgah untuk baca, mana tahu dapat rekomen bagus ...