Valiant Budi & Windy Ariestanty - Kala Kali

10 2 0
                                    

SPOILER WARNING!

Penerbit : GagasMediaTahun Terbit : Jakarta Selatan, 2012 (cetakan pertama)Tebal Buku : 332 hlm; 13 x 19 cmISBN : 979-780-581-6Genre : Cerpen Duet; Romance; Slice of Life

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : Jakarta Selatan, 2012 (cetakan pertama)
Tebal Buku : 332 hlm; 13 x 19 cm
ISBN : 979-780-581-6
Genre : Cerpen Duet; Romance; Slice of Life

~~~~~~~~~~~~~~~

Untuk kesekian kalinya, Gagasmedia selalu pro soal desain cover. Unik, estetik, lain dari yang lain. Inilah alasannya buku ini menjadi salah satu koleksiku, meskipun aku tidak paham dengan arti judulnya yang juga unik itu.

Dan sekali lagi, aku termakan oleh kata don't judge the book by it's cover.

Cover. Cantik, tapi nyebelin. Desain bunga teratai yang ternyata bisa dibuka itu awal kukira berfungsi baik sebagai pembatas, tetapi nyatanya sangat mengganggu saat proses membaca. Belum lagi karena tipis, jadi rawan terlipat dan kemungkinan robek sangat besar. Harus waspada. Sepertinya kedepan aku harus hati-hati dalam membeli novel jikalau ada yang desain unik, entah untuk promosi, limited edition, dll. Mending nyaman baca daripada hanya cantik dilihat.

Ok, next to the story.

Dua penulis, dua cerita. Nilai minus lagi di sini. Pas awal membaca istilah Gagas Duet, kumengira ini akan menjadi novel kolaborasi, dua penulis yang menulis satu cerita yang sama, entah dengan gaya kepenulisan atau POV yang berbeda, intinya masih satu kesatuan. Sayangnya di sini, kedua author ini hanya disatukan karya pada satu buku yang sama, tapi tidak ada kaitan sama sekali, menjadi buku novel yang harusnya panjang 300+ halaman terbagi dua, layaknya cerpen versi panjang saja.

Mari kita masuk ke cerita pertama karya Kak Valiant, Ramalan dari Desa Emas.

Singkat cerita, cerpen ini mengisahkan tentang Keni, seorang gadis remaja yang ingin merayakan ulang tahun ke-17 nya seorang diri dengan berliburan di Desa Sawarna.

Menggunakan POV 1, cerita ini dibawa dengan gaya bahasa yang gaul dan mudah dinikmati, tapi sudah menuju ke taraf yang berlebihan alias lebay bagiku. Meskipun begitu, pase cerita tetap cukup baik dengan karakteristik tokoh yang seru, seolah si Keni adalah MC dari sebuah acara pemandu yang selalu berusaha menarik perhatian dengan kata-kata dan tingkah lakunya yang liar. Jadi lumayan menghibur.

Liburannya yang harusnya baik dan biasa-biasa saja menjadi penuh dengan fenomenal ketika Keni tak sengaja terjebak di sebuah gua penjelajahannya dan diselamatkan oleh seorang bocah. Yang konon katanya, bocah ini pandai meramal, dan ia meramal bahwa Keni akan meninggal pada usia 17 tahun.

Keni yang parnoan pun memutuskan untuk pulang saja. Namun, selain perjalanannya yang tentu penuh lika-liku ajaib hampir menyerupai cerita genre horor-komedi, kepada siapa Keni menceritakan ramalannya, orang tersebut akan mengalami nasib yang malang bahkan berujung kematian.

Suasana sudah mulai menegang. Tapi sayang sekali lagi, karena penulis memaksakan tingkah laku konyol si tokoh bahkan di keadaan yang genting sekalipun, bukannya menghibur, malah bagiku merusak cerita. Iya, itu sifat Keni, tak bisa disalahkan. Tapi aku sebagai pembaca seperti ditempatkan di posisi yang aneh. Mau baper prihatin, Keni melawak. Mau ngakak ketawa, eh tapi lagi situasi serius. Jadi bingung.

Belum lagi kita bahas endingnya. Ya benar, teman-teman. Gantung. Cara gantungnya pun agak aneh. Jadi setelah pulang ke rumah habis melalui banyaknya peristiwa aneh, Keni tetaplah harus melewati ulang tahun ke-17nya. Ia mengira akan mati pun bahagia, ramalannya meleset sebab ia masih hidup. Eh tiba-tiba nyokapnya membahas tentang idola lalu mengungkapkan fakta bahwa akta kelahiran Keni salah daftar, dimajukan setahun, menandakan Keni baru saja berulang tahun ke-16. Apakah tandanya ramalan dan nasib sial masih tetap berlanjut? Tidak ada yang tahu, dan berakhir begitu saja.

Berikutnya, cerita kedua Bukan Cerita Cinta karya Kak Windy.

Cerpen kali ini berkisah tentang seorang pria bernama Bumi, seorang editor, dan hubungan persahabatannya dengan seorang penulis wanita bernama Akshara.

Tidak ada yang istimewa, hanya lebih ke percakapan random mereka, lalu tiba-tiba suatu hari mereka saling bertaruh tentang cerita cinta mereka. Bumi, yang merasa Akshara itu tidak "benar-benar" mencintai pacarnya bertaruh jika perempuan itu akan putus. Sedangkan Akshara yang merasa Bumi itu pria membosankan yang susah untuk dicintai bertaruh untuk menunjukkan pacar baru. Keduanya bertaruh pada hari ulang tahun Akshara sebagai deadline.

Premis yang lumayan baik sebenarnya, dan akan menjadi plot yang baik juga jika benar-benar menulis adegan akan interaksi yang berarti di antara mereka dan pasangan mereka masing-masing. Namun, jika Kak Valiant itu tokohnya liar dan ugal-ugalan, karakteristik tokoh Kak Windy di cerpen ini flat dan datar semua.

Nilai plus, banyak ilmu yang bisa didapatkan dan bertebaran di mana-mana. Tapi saking ingin menunjukkan ilmu pengetahuannya, segala yang dibahas itu tidak berkorelasi dengan plot cerita. Cerita Keni bagai naik roller coaster yang sekali duduk kelar karena fast pace, kebalikannya cerita Bumi ini lambannn sekali, tidak tahu aku sudah ketiduran berapa kali saking membosankan bagai mendengar nina bobo dari dosen yang pelajarannya yang paling tidak disukai.

Ending dari cerpen ini pun sederhana saja. Bumi yang selama ini menjadi sahabat curhat dari Akshara nyatanya tanpa sadar menaruh cinta kepada si penulis itu. Melalui POV 1 pun kenyataan ini dipendam sedemikian rapi karena selain Bumi yang tidak mengakui, sepanjang cerita hanya sibuk menjelaskan hal-hal lain yang gak penting untuk dipelajari demi cerita ini. Dan sama juga, gantung, entahlah Akshara akan tahu perasaan Bumi atau akan selamanya menjadi sahabat dan mereka berdua akan terus menipu diri menjalin cinta dengan pasangan lain tanpa perasaan cinta itu sendiri.

Overall, kedua penulis ini cukup terkenal namanya di GagasMedia, tapi sayang sekali karya mereka tidak menonjol di dalam buku ini. Gak jelek, tapi juga gak bagus. Masing-masing punya ciri khas kepenulisan yang bagus, tapi mungkin karena ini cerpenkah? Makanya serasa terbatas, tidak tersalurkan dengan baik. Aku tidak bisa bilang aku menikmati buku ini, bahkan jujur, aku memaksa diri untuk cepat-cepat menyelesaikannya biar bisa baca yang lain. (Maafkan 🙈)

Nilai:
Valiant 🌻🌻🌱
Windy 🌻🌱

Total 🌻🌻

Extra:
Bagi yang tertarik, buku ini masih tersedia secara preloved di olshop kesayangan Anda. Bisa dibaca dan dinilai sendiri, apakah Anda suka dengan gaya kepenulisan yang lebay dan wawasan bijaksana dari kedua penulis ini?

Mungkin iya, mungkin tidak. Masing-masing punya selera, dan untukku, ini bukan seleraku.🙏

Enjoy~

Novel Review - Mariani MarzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang