Sosuke Natsukawa - The Cat Who Saved Books

16 2 0
                                    

SPOILER WARNING!

Penerbit : Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit : Jakarta, Januari 2024 (cetakan ketiga)Tebal Buku : 200 hlm; 20 cmISBN : 978-602-06-7165-9Genre : Fantasy; Slice of Life; Filosophy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Jakarta, Januari 2024 (cetakan ketiga)
Tebal Buku : 200 hlm; 20 cm
ISBN : 978-602-06-7165-9
Genre : Fantasy; Slice of Life; Filosophy

~~~~~~~~~~~~~~~

Buku memiliki kuasa amat besar.

Inilah pesan sebenarnya yang ingin disampaikan melalui cerita novel buku ini. Kalimat yang sangat singkat, namun sangat padat maknanya, bahkan boleh dibilang tak terhingga.

Untuk lebih jelasnya, mari kita masuk ke dalam cerita.

Novel terjemahan dari bahasa jepang, menggunakan POV3, memulai kisah dengan kematian sang Kakek. Setelah ditinggal mati oleh kedua orang tua sejak kecil, lalu sekarang satu-satunya orang yang merawatnya pun menyusul pergi jua, Rintaro Natsuki sangatlah terpukul. Tidak oleh kecelakaan, tidak oleh penyakit, almarhum kakek meninggal begitu saja, yang diduga serangan jantung yang sangat singkat dan tenang. Sang protagonis kita bahkan tidak sempat mengucapkan salam perpisahan apa-apa, dan beliau sudah tiada. Sungguh berharaplah bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk belaka.

Namun, kenyataan tetap kenyataan. Rintaro harus menerimanya tak peduli sebagaimana ia ingin menolak. Alhasil untuk mengobati rasa sakit, mengurung diri adalah pilihannya. Lebih tepatnya, membenamkan diri dalam buku-buku, dalam toko buku bekas warisan kakeknya: "Toko Buku Natsuki." Menjadi orang yang tertutup dan tenggelam dalam dunianya sendiri, menghindari segala aktivitas termasuk di dalamnya pergi sekolah/bekerja, istilah kerennya dalam bahasa jepang adalah hikikomori.

Tetapi tiada angin tiada badai, di saat Rintaro sedang menikmati kesendiriannya sembari merindukan sang Kakek, tiba-tiba muncul seekor kucing jenis tabby berwarna belang jingga kemerahan dan berbicara dengannya. Seolah masih kurang mengejutkan dan di luar nalar, kucing bernama Tiger ini pun berkata bahwa ia membutuhkan bantuan Rintaro, dan mendadak muncul lorong dimensi yang menghubungkan toko buku ke labirin-labirin aneh. Si Kucing meminta Rintaro untuk menyelamatkan buku-buku bernasib malang. Maka mulailah petualangan yang aneh bin ajaib ini.

Cerita ini selain ditulis dengan bahasa (diterjemahkan) yang ringan, plot cerita yang disuguhkan pun lumayan ringan pula, tipikal cerita petualangan umum: diberitahu tujuan, bertualang, menghadapi kendala di sepanjang jalan, kemudian berhasil mencapai tujuannya. Ya, segampang itu. Tapi jangan salah, buku ini bisa menjadi salah satu karya populer dan diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk bahasa indonesia karena mengandung dan menyampaikan pesan moral yang sangat dalam dan bermakna.

Ada 4 labirin yang harus ditaklukkan oleh Rintaro. Tidak, tidak ada monster aneh sehingga Rintaro harus mendadak jadi hero dan mengeluarkan jurus. Pada 4 labirin tersebut, masing-masing ada yang berkuasa. Dan daripada melawan, Rintaro akan dihadapkan/ bertemu dengan mereka, kemudian berbicara secara empat mata, berusaha menyadarkan bahwa apa yang selama ini mereka anggap benar dan tepat itu adalah kesalahan. Cara-cara mereka menunjukkan cinta mereka terharap buku tapi dengan cara yang ekstrim dan tidak wajar. Rintaro memperbaiki, menunjukkan jalan yang benar. Gampangnya, Rintaro ditugaskan untuk mencuci otak mereka yang kusut parah saking percaya diri dengan keyakinan sendiri 😂

Novel Review - Mariani MarzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang