SPOILER WARNING!!
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Jakarta, April 2021 (cetakan pertama)
Tebal Buku : 248 hlm; 19 cm
ISBN Digital : 978-602-0651-72-9
Genre : Slice of Life; Literature; Historical Fiction~~~~~~~~~~~~~~~
Cover yang begitu heartwarming, namun isinya tidaklah demikian. Tidak, tidak ada hal yang mengerikan atau gore. Sesuai yang tertulis di atas, genre dari novel ini adalah Slice of Life, tentang kehidupan keseharian seorang guru beserta dengan 12 anak didiknya. Hanya saja, kehidupan mereka yang seharusnya biasa-biasa saja, telah berubah menjadi hal yang tidak biasa, yang tidak akan dialami oleh kebanyakan orang terutama anak-anak zaman now. Ya, tentang kehidupan mereka sebagai rakyat yang di ambang kekurangan pada zaman perang dunia.
Kisah bermula dari seorang gadis yang kelak akan dipanggil sebagai Miss Oishi. Sambil mengenakan pakaian bergaya barat dan mengendarai sepeda, ia berangkat ke sekolah di sebuah tanjung kecil dengan penduduk yang ekonominya rata-rata di bawah garis standard alias miskin, mengajar di sana sebagai seorang Ibu Guru. Kelas pertamanya adalah kelas satu dasar berisi 12 anak kecil yang terdiri dari 5 laki-laki dan 7 perempuan.
Sesuai dengan genre, cerita yang dibawakan adalah keseharian dari pasangan guru dan 12 murid tersebut. Interaksi mereka yang dari awalnya yang agak sedikit canggung, lama-lama menjadi akrab bahkan saling sayang dan menjadi guru favorit bagi semua anak didiknya. Hubungan mereka tidak hanya sebatas guru dan murid, tapi beberapa kali juga dibahas akan latar keluarga dari masing-masing murid, sekaligus Miss Oishi sendiri. Masalah yang dihadapi oleh mereka dan juga warga sekitar. Dari Miss Oishi yang masih gadis hingga ia menikah dan memiliki anak sendiri.
Kepenulisan. Sebagai novel terjemahan dari literasi jepang zaman dulu (sudah ulang dicetak berkali-kali), bahasa yang digunakan lumayan formal dan baku. Alih-alih penuh dengan dialog percakapan, novel ini didominasi dengan narasi yang ditulis secara telling melalui POV3, menceritakan kronologi kehidupan para tokoh serta interaksi mereka. Sehingga secara kejadian boleh dikatakan ditulis dengan rinci, tapi ada kesan skip/ loncat-loncat tanpa ada pemberitahuan akan latar waktu, lebih ke fokus pada adegan atau kejadian yang penting saja.
Penokohan. Pada saat adegan/scene interaksi antar tokoh, hubungan mereka tergambarkan dengan baik, tentang anak-anak yang lugu, lucu, naif, penuh dengan rasa penasaran dan petualangan, tetapi di lain sisi juga masih dalam fisik yang lemah namun suka memaksakan diri. Hubungan mereka sangat manis dan heartwarming. Ada beberapa kali rasanya tersentuh dan tergelak oleh aksi-aksi mereka.
Namun ketika sudah memasuki arc kedua, saat Miss Oishi sudah berhenti mengajar dan menikah = anak-anak didikannya sudah beranjak dewasa, interaksi sudah mulai minim. Kesan bagiku seperti sedang membaca buku sejarah. Masalah yang anak-anak, keluarga, serta warga hadapi ditulis secara garis besar saja.
Sekali lagi karena ditulis secara telling, selain beberapa adegan yang menyentuh seperti yang kutulis di atas, karena anak yang lumayan banyak, jujur aku pribadi tidak terlalu bisa mengingat dan membedakan satu sama lain. Mereka asyik saat bersama, tetapi saat terpisah, aku tidak merasa terhubung dengan tokoh-tokoh. Tidak ada karakteristik yang unik yang membuat terus teringat/dikenang.
Plot & alur cerita. Dengan 248 halaman, novel ini menjadikan Miss Oishi sebagai pusat fokus/ protagonis utama, terkadang berpindah pada anak-anak tanpa kehadiran Miss Oishi. Mulai darinya yang seorang gadis pertama kali mengajar, berhenti beberapa bulan karena terluka dari sebuah kecelakaan, kembali mengajar yang tiba-tiba skip ke anak-anak sudah kelas 5, lalu memutuskan berhenti lagi yang selain karena ingin menikah, juga karena anak-anak terutama yang laki-laki telah ditanamkan pemikiran rela mati dalam perang demi negara, membuat Miss Oishi merasa kesal serta muak, percuma mengajar dan belajar yang ujung-ujungnya tidak lagi berguna karena banyak pemuda harus berakhir gugur di medan perang dalam usia yang muda.
Jika pada arc pertama kita disajikan kehidupan warga yang terbatas namun makmur dan akur damai sentosa, maka arc kedua adalah kepahitan hidup pada zaman perang. Tidak peduli keluarga kaya atau miskin, jika dipanggil negara maka harus bergabung ke militer, yang kemungkinan pulangnya tinggal nama lebih besar daripada dalam keadaan utuh/ hidup. Tidak hanya mereka yang pergi perang, yang tidak pun seperti perempuan, anak kecil dan orang tua yang menetap di rumah, juga tidak bisa benar-benar aman dan hidup tenang. Kekurangan pangan, sandang, serta fasilitas kesehatan karena semuanya berfokus pada perang mengakibatkan banyak keluarga yang kehilangan anggotanya di rumah juga. Masa yang sungguh memprihatinkan.
Sedikit kiranya aku bisa merasakan kebahagiaan dan ketentraman di awal, berlanjut kesedihan dan kekesalan di bagian kedua. Sayang untuk sampai baper tidak kurasakan karena once again, aku lebih berasa membaca catatan sejarah daripada karya fiksi. Terasa tapi tidak sampai menyentuh.
Ending. Cerita ini berlangsung hingga akhir dari perang dunia kedua, yaitu tahun 1945 (saat-saat Indonesia merdeka) dengan kekalahan Jepang. Mereka yang masih hidup pun mulai pulang satu-persatu, bersilahturami dengan keluarga dengan perasaan yang bercampur aduk antara senang, sedih, terharu, kesal. Pelan-pelan digambarkan pula bahwa keadaan dan kehidupan mulai membaik. Miss Oishi pun diceritakan akan kembali mengajar pada usianya yang sudah 40an tahun, dan mengakhiri cerita dengan mengadakan reuni dengan mantan murid-muridnya yang sudah tidak lagi lengkap 12. Walau sedih, tapi tetap bersyukur.
Overall, kisah ini cukup mengesankan. Di balik sejarah Jepang yang lumayan kelam pada masa perang dunia kedua karena mereka mengalami kekalahan + menunjukkan keadaan para warga negara yang memilukan, terselip juga kisah-kisah manis yang menebarkan rasa nostalgia, membuat kenangan tersebut jadi abadi dan bisa dibaca orang orang di seluruh dunia. Namun karena fokus pada kejadian alih-alih interaksi, banyak terjadi loncat plot/skip, aku sebagai pembaca pun jadinya kurang relate/ tidak bisa dekat terhadap tokoh-tokoh.
Nilai: 🌻🌻🌻🌱
Extra:
Bagi yang tertarik, novel ini masih tersedia baik secara offline maupun online di toko kesayangan Anda. Novel ini juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa serta cetakan yang berbeda-beda versi/cover/penerbit.
Happy reading~
KAMU SEDANG MEMBACA
Novel Review - Mariani Marzz
Random~To be read or must to be read~ Coret-coretan yang berisikan review novel berbagai macam genre (terutama romance) Sebagai pengingat juga cerita apa saja yang sudah pernah dibaca & dikoleksi Silakan singgah untuk baca, mana tahu dapat rekomen bagus ...