SPOILER WARNING!
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Jakarta, Februari 2011 (cetakan pertama)
Tebal Buku : 176 hlm; 20 cm
ISBN : 978-979-22-6689-4
Genre : Teenlit~~~~~~~~~~~~~~~
Aku masih heran kenapa aku membeli novel ini? Aku tipikal pecinta dan selalu (aku ngaku, guys! 😂) tergoda akan cover yang cuantik cetar membahana, tapi bisa dilihat, novel ini tidak demikian. Blurb belakang buku? Hanya kutipan cerita biasa, tidaklah termasuk menarik pakai banget. Jadi kenapa aku membelinya? Hmm ... sepertinya karena pada zaman itu, lokasiku sangat terbatas untuk belanja buku, di mana kota tempat tinggalku tidak ada toko buku yang memadai. Kok jadi curhat? Intinya, aku kecewa membeli buku ini. Kenapa? Mari kita bahas.
Kisah ini dimulai dengan Lily sebagai protagonis. Melalui sudut pandang POV1, ia memperkenalkan sekaligus menjelaskan situasi keluarganya yang menurutnya "gila" untuk dia tinggali. Sebagai pecinta tanaman, ibunya menamai dirinya Lily, kakaknya Poppy (nama bunga) dan adik laki-laki balita bernama Bay (panggilan dari Cabbage). Hubungan kakak beradik mereka baik, lebih dicap gaduh ala tom and jerry karena bertiga sibuk mengejek, mengerjai, dan mengadu satu sama lain. Sedangkan ortu? Ternyata ayah ibu telah bercerai, dikarenakan ayah yang berselingkuh dengan wanita muda, lalu sekarang ibunya pun sudah mulai dekat dengan pria baru.
Singkat cerita, karena sedang liburan musim panas, Lily yang maniak Paris ingin berlibur ke sana sekaligus berkunjung ke rumah neneknya. Akan tetapi, kedua ortunya yang sudah pisah rumah itu mempunyai rencana yang lain. Lily dikirim untuk berkemah mengikuti program Camphappy, untuk beraktivitas dan bersosialisasi dengan teman-teman baru sebayanya. Ya, itu katanya, tapi secara tersirat aku menangkap tujuan mengirim Lily pergi (mengabaikan penolakannya) adalah untuk melatih dirinya menjadi lebih dewasa, sekaligus supaya rumah bisa lebih tenang sedikit selama 3 pekan (karena Lilylah yang sering menjadi tukang onar 😂).
Selebihnya, kisah dalam novel yang singkat ini berpusat pada kegiatan Lily yang berkemah, berteman melewatkan waktu menyenangkan dengan anggota-anggota lain, kemudian tetap menjaga komunikasi dengan keluarga. Caranya? Karena ini novel zaman dulu, melalui emaillah mereka saling berbincang. Cepatnya novel ini berakhir dengan Lily yang sudah pulang ke rumah dari kegiatan berkemahnya, bonus mendapatkan pacar baru dari tempat tersebut.
Berikutnya, kita masuk ke topik yang membuatku kecewa membeli buku ini.
Satu, kepenulisan. Jangan salah, terjemahannya cukup baik dan minim kesalahan, juga mudah untuk dimengerti. Yang membuatku tidak tertarik, bahkan berkali-kali jatuh tertidur dan sangat memaksakan diri untuk segera menamatkan buku ini adalah: gaya kepenulisannya yang mirip diary.
Tidak, tidak benar-benar dalam format diary yang menulis detail tanggal dan lain sebagainya, melainkan setiap adegan diberi judul kecil, dan meskipun lurus tapi lumayan random. Topik yang mereka (kebanyakan pikiran Lily) itu aneh-aneh dan terkadang tidak relevan. Aku paham bahwa dengan teknik kepenulisan ini sang author ingin melucu, terbukti dengan beberapa kali aku merasa terhibur. Tapi hanya sebatas itu. Tidak ada bagian yang seru atau menegangkan, karena versi diary begini umumnya ditulis dengan teknik telling, sehingga kebanyakan hanya dijelaskan dengan singkat bahkan terkesan loncat-loncat. Dan jangan lupa, baru kukatakan bahwa Lily berkomunikasi dengan keluarga menggunakan email. Ya, separuh dari buku adalah email kirim dan balasan antara Lily dan lawan bicaranya. Tidak hanya mengulang (karena Lily membahas kegiatannya) mayoritas topik random itu memang berasal dari balasan email mereka yang ibarat jika aku sendiri yang menerima, hanya bisa tersenyum kecut karena lumayan kekanakan. Ya ... Lily hanya remaja 13-14 tahun, tidak bisa disalahkan juga 🙈
Berikutnya tentang plot. Kurang lebih sama dengan penjelasan atas. Plot ceritanya maju menceritakan keseharian kegiatan Lily dan interaksinya dengan orang-orang sekitar. Tapi pase-nya sangat cepat jadi aku kurang bisa menikmati, terutama kisah cinta Lily.
Nah, kegiatan berkemah tentunya memiliki banyak anggota. Untuk grup Lily terdiri dari 12 orang, salah duanya yang akan menjadi target cinta Lily adalah William dan Blake. Pada bagian awal buku lebih membahas hubungan persahabatan Lily dengan anggota lainnya, baik secara pribadi maupun berkelompok. Kemudian pada seperempat terakhir, kedua nama pria yang sering muncul dan mendapat porsi layaknya teman-teman yang lain, tiba-tiba begitu saja menunjukkan ketertarikan kepada Lily secara seksual (padahal sebelumnya rata-rata hanya remaja rusuh setengah waras) lalu bersamaan mengejar cintanya. Ada sempat dilemma, karena Lily mengaku menyukai keduanya. Jika dilihat dari awal, William yang lebih sering muncul dan jelas Lily tertarik padanya, menjadikannya target yang lebih berpotensial dipilih. Tapi dikarenakan sifatnya yang memang lebih pemalu, dengan gampangnya Lily menerima tangan Blake yang jauh lebih ceria dan mulai berpacaran dengannya. Bahkan sesudah itu, percakapan mereka yang dulunya hanya sebatas teman usil pun dengan cepat mendadak romantis seolah mereka sudah berpacaran lama.
Untuk penokohan, kalau ini sekitar 60 40 lebih banyak ke positif. Meskipun sifat mereka rada-rada mirip dan hanya ada perbedaan/keunikan yang signifikan, tapi hubungan Lily dengan semuanya bisa dirasakan dengan baik. Keseruan dan hura-hura kumpulan anak remaja bisa kurasakan saat membaca, merasa nostalgia. Perkembangan karakter pun bisa terasa, walau sedikit rush dan tiba-tiba menurutku. Setidaknya memberikan pesan bahwa melalui program berkemah ini, meski diawali dengan paksaan dan cemooh akan penolakan, lama-lama para remaja beradaptasi dengan baik, lalu berubah menjadi lebih dewasa sifatnya berkat pengalaman bekerja sama dan saling berbagi. Pesan ini tidak jelas, tapi aku bisa sedikit menangkapnya.
Overall, cerita ini walaupun memberi pesan yang bagus di ending, tetap saja aku lumayan kecewa dikarenakan semua alasan yang kusebutkan di atas. Ibarat, isi sebagus apapun tapi cara penyampaian/ menceritanya tidak menarik ya tetap tidak menarik. Kurangnya konflik pun menjadi salah satu alasan yang fatal, karena aku kerap kebosanan dan ingin segera menutup bukunya.
Nilai: 🌻🌻
Extra:
FYI, ini adalah cover asli untuk karya original berbahasa inggris. Dan selain itu, ternyata kisah Lily ini trilogy series, dilanjutkan dengan hubungan Lily dan Blake yang ternyata anak dari orang super kaya, kemudian dilirik dari cover yang ketiga adalah tentang kehidupan Lily yang sudah dewasa. Sayang sekali, aku tidak tertarik untuk membaca lanjutan kisahnya, meskipun ada versi terjemahannya sekaligus. Aku lebih memilih memaanfaatkan waktu luang untuk membaca karya lain yang lebih menjanjikan.
Maaf sekali lagi, ini hanya nilai personal dariku, tidak ada niat menjelekkan, tapi memang bukan seleraku saja. Mana tahu kalian termasuk salah satu yang tertarik? Tersedia secara ebook.
Happy reading~
KAMU SEDANG MEMBACA
Novel Review - Mariani Marzz
Random~To be read or must to be read~ Coret-coretan yang berisikan review novel berbagai macam genre (terutama romance) Sebagai pengingat juga cerita apa saja yang sudah pernah dibaca & dikoleksi Silakan singgah untuk baca, mana tahu dapat rekomen bagus ...