PROLOG

1.9K 92 2
                                    

Apa yang harus kulakukan? Di malam kelima usai pernikahan kami, istriku belum merasakan malam pengantin. Meski sudah berusaha dan benar-benar menyiapkan diri, nyatanya tetap tak mampu. Padahal konseling selama sebulan terakhir sepertinya sudah sangat meyakinkan. Tapi, apakah mungkin malam pengantin akan menjadi mudah?

Aku duduk sendiri pada salah satu kursi kafe di tengah kota. Jarak yang cukup jauh dari rumah di Kampung. Sekitar sebelas kilometer. Sengaja, agar tak ada yang mengenaliku. Akan sangat aneh, jika ada yang kenal denganku. Apa yang akan mereka pikirkan melihat pengantin baru yang nongkrong di kafe hingga hampir tengah malam?

Apakah Nur berpikir kalau aku sengaja menghindar? Nur yang sangat baik, harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tak berhasrat kepada perempuan. 

Meski bisa jadi, mungkin rasa sayang memang sudah hadir, tapi apakah Nur tak akan curiga dengan sikapku? Apakah dia tak akan  kecewa nantinya? Sejatinya, dia memiliki pilihan lain. Tapi, aku yang seperti ini menjadi pilihannya. 

Aku masih saja duduk sendiri, menyesap kopi dari cangkir ketiga yang telah kupesan. Dengan pikiran yang melayang entah ke mana. Padahal, aku bukanlah penggemar kopi. Tapi, beberapa cangkir kopi sepertinya akan mampu menenangkan pikiranku.

Suasana kafe telah berganti. Tadi, ketika aku baru datang, banyak sekali pengunjung, laki-laki ataupun perempuan. Dan kini, setelah lebih dari tiga jam aku duduk di sini, pengunjung hanya tersisa para lelaki. Proyektor mulai dinyalakan. Sepertinya akan ada acara nonton bareng.

Apa tak masalah jika terus di sini dengan semakin banyaknya pengunjung lelaki? Apakah ini tak berbahaya dan bisa membuat tergelincir dalam dosa? 

Selama empat tahun terakhir, segala upaya menjauhi lelaki telah hadir dalam kehidupan. Karena jika tidak, hal itu bisa saja membuatku tak mampu menahan diri. 

Mungkin, lebih baik aku pulang saja. Mungkin saja, dengan membicarakan semua dengan Nur secara jujur dan terbuka, akan mampu mendatangkan solusi. Biarlah, apa pun nanti keputusannya, akan kuterima. Aku tak ingin membuat Nur tersiksa.

Tapi ... Jika Nur meminta pembatalan pernikahan … Bagaimana aku harus menjelaskan semua pada Ibu?

Meniti kasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang