Bel istirahat berbunyi beberapa menit lalu. Seak menjadi seorang istri, sikapku mendadak berubah. Aku enggak lagi slengean dan sembarangan. Meskipun tetap dengan sikap humoris dan ceriaku, tapi aku sudah enggak terlalu sering jajan cihu sambil menunggu si Ibu Penjual di depan lapaknya, ikut mengerubuti seperti bocah MI. Kini, aku cuma memesannya, lalu membayar. Dan setelah selesai dibuatkan, akan ada siswa yang mengantar pesananku tadi.
Meja kerjaku pun berpindah, kini pas di samping Mas Khalid. Bekerja sekantor sama suami itu enak juga. Karena, urusan jajan sekarang semua adalah urusan Mas Khalid. Dia paham banget kalau aku, tuh, suka banget jajan. Bahkan, kalau aku sibuk, dia malah mengingatkanku buat jajan. Selain urusan suami istri yang itu, selama hampir dua bulan pernikahan kami ini, menurutku, Mas Khalid sejatinya ideal banget sebagai suami. Dia perhatian dan bertanggung jawab. Memastikan segalanya tentangku baik-baik saja.
Aku duduk di meja kerjaku. Seperti biasa, Mas Khalid sibuk dengan beberapa tugas siswa. Dia selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya di sekolah. Meminimalkan membawa pekerjaan mengajar ke rumah. Aku paham hal ini, karena di siang sampai malam hari, Mas Khalid akan sedikit sibuk untuk mempersiapkan jualan. Sedangkan aku masih belum bisa mengikuti gayanya ini. Meskipun sudah ada keinginan. Sepertinya jika aku bisa melakukannya, pasti di rumah aku akan lebih santai.
Sebenarnya, masih ada setumpuk ulangan kelas lima dan separuh lagi PR anak kelas dua di meja. Tapi, aku enggak memeriksanya sekarang. Pikiranku akhir-akhir ini sibuk dengan berbagai pertanyaan dan keingintahuan tentang orientasi seksual menyimpang seperti yang dialami Mas Khalid. Makanya, aku rajin mencari informasi di internet tentang ini.
Aku menggeser-geser layar HP. Mengetikkan berbagai keywords yang berhubungan dengan pembahasan penyuka sesama jenis. Hingga, penjelajahan ini membawa pada satu artikel tentang berbagai penelitian. Dan, kesimpulan yang kudapat tetap sama. Belum ada penelitian final yang benar-benar bisa dipercaya. Tapi ... sepengetahuanku ketika nyantri dulu, orientasi seksual menyimpang itu adalah sejenis penyakit dan bisa menular. Entahlah ... sepertinya semua teori benar dalam konteks masing-masing. Dan yang terjadi pada tiap individu, bisa berbeda-beda. Sedangkan dalam kasus Mas Khalid, enggak pernah ada pelecehan atau kejadian yang bisa menyebabkan trauma yang pernah terjadi di masa lalu.
Aku menghela napas dalam, lalu mengembuskannya seketika lewat mulut. Meletakkan HP di meja. Dan merasakan sikapku ini, Mas Khalid seketika menoleh. "Kenapa, Nur?"
Aku menoleh. Kedua alisku terangkat. "Oh, enggak apa-apa. Lagi bad mood aja. Kayaknya PMS." Aku tersenyum kecut. Menghela napas dalam lagi.
"Mau jajan? Kubeliin, ya?"
Aku hanya mengangkat kedua bahu dan menengleng. Sementara Mas Khalid beranjak dari duduknya. Lalu melangkah keluar kantor.
"Pak Khalid itu perhatian banget sama sampean, ya, Bu?" Tiba-tiba suara salah seorang guru yang duduk di sebelahku, mengejutkanku.
Aku menoleh. Tersenyum tipis memandang padanya. "Alhamdulillah. Seperti itulah Mas Khalid."
"Enggak nyangka, ya, Bu. Dia itu kayak yang enggak pernah ada gosip dan enggak neko-neko juga sama perempuan. Tapi, ketika sampean datang, tiba-tiba aja sudah dilamar saja. Kalau memang jodoh, bisa secepat dan selancar itu, ya?"
Lagi, aku hanya tersenyum. Kembali memikirkan kalimat yang diucapkan rekan kerjaku ini. Dan, mungkin saja memang karena kami adalah jodoh, makanya semua bisa terjadi begitu saja. Membuatku merasa nyaman mencurahkan isi hati sama Mas Khalid. Dan ini yang akhirnya bikin dia berniat melamarku. Dan ... kami menikah.
Bahkan, luar biasanya, Mas Khalid memberi tahuku tentang rahasia terbesarnya. Padahal, setelah membaca banyak artikel tentang masalah orientasi seksual ini, rata-rata yang berhasil berumah tangga, hampir enggak ada yang membuka masalahnya kepada pasangan mereka. Dan ... mereka yang enggak terbuka ini, kebanyakan malah masih hidup dengan orientasi seksual menyimpang. Hanya saja, mampu menahan dan melampiaskan kepada yang seharusnya.
Sejenak aku berpikir lagi, mungkinkah emosi dan masalah psikis berperan cukup penting dengan semua ini?
Aku masih bercakap-cakap ringan dengan rekan guru tadi, saat Mas Khalid datang membawa dua bungkusan. Sebungkus jajanan berupa snack kentang dan sebatang cokelat. Dan bungkusan yang lain berisi dua gelas es susu rasa cokelat dan cappucino.
Aku mengernyitkan dahi ketika melihat es yang dibawanya. "Loh, kok ada ginian?"
"Tadi aku keluar sebentar ke pertigaan. Beliin es boba ini buat kamu. Kalau cuma es lilin cokelat, kan enggak senyoklat es ginian." Dia tersenyum memasangkan sedotan ke gelas es. Lantas, meletakkannya di mejaku.
Baru kusadari, Mas Khalid tadi keluar cukup lama. Ternyata dia mengendarai motor ke pertigaan hanya untuk membelikanku segelas es cokelat. Niat banget, enggak, sih?
"Katanya kamu lagi bad mood, kan? Makanya aku beli ginian. Menurut beberapa sumber, kan, cokelat bagus buat mood booster. Terlebih lagi kalau berbentuk es." Mas Khalid kembali duduk. Dia kini menusukkan sedotan ke gelasnya. Gelas berisi es rasa cappucino.
***
Malam ini, sambil menunggu Mas Khalid pulang, aku tiduran santai di ranjang. Beberapa pekerjaan untuk besok sudah kelar. Kulirik jam dinding, sudah hampir jam sembilan, itu artinya enggak lama lagi, Mas Khalid akan pulang. Malam ini aku berencana mengajak Mas Khalid untuk mencoba melakukannya lagi.
Selain mencari informasi tentang masalah orientasi seksual menyimpang, aku juga sedikit rajin mencari informasi tentang sex education. Berusaha belajar dari internet tentang bagaimana hubungan suami-istri itu. Karena, enggak mungkin juga nanya ke orang lain.
Selama tiga bulanan lebih ini, kami bukannya enggak mencoba, kami sudah mencobanya beberapa kali. Tapi, bukan hanya Mas Khalid yang enggak nyaman, sejatinya aku juga merasa enggak nyaman. Aneh saja rasanya.
Pas kami berduaan, berjalan-jalan atau hanya tidur dengan saling berpegangan tangan, rasanya jantungku degdegan banget. Aku senang banget. Bahagia. Merasa Mas Khalid sayang banget sama aku.
Tapi ... pas kami berusaha melakukan hubungan suami istri, rasanya berubah aneh. Hatiku seolah-olah berasa ngilu banget. Aku jadi ingat macam-macam. Pikiranku ke mana-mana. Bahkan, kadang aku merasa Mas Khalid malah membayangkan melakukan itu dengan lelaki, meski sejatinya melakukan denganku. Dan itu bikin degdegan yang aku rasakan seketika menghilang. Berganti rasa mengganjal yang enggak nyaman banget. Bahkan, bisa bikin perutku mendadak mual.
Sesulit itu untuk beribadah. Padahal, cerita-cerita yang kudengar tentang hubungan badan di luar nikah, bisa dengan mudahnya kejadian. Tapi ... kami yang ingin melakukannya demi bisa kembali ke fitrah, malah begitu kesulitan.
Selain berselancar lewat mesin pencarian, aku juga mengikuti beberapa grup di media sosial. Berteman dengan banyak orang yang menurutku sering berbagi ilmu tentang segala hal.
Hingga ... salah satu teman dunia mayaku membagikan sebuah tulisan dengan gambar ilustrasi berupa gunung es yang mengapung di laut. Menjelaskan tentang kehidupan yang sejatinya lebih banyak dikendalikan emosi pikiran bawah sadar. Aku membaca tulisan itu, dan di akhir tulisan, terdapat alamat blog si pemilik tulisan.
Seketika, aku menjelajah blog itu yang ternyata berisi banyak sekali artikel tentang kehidupan dan masalahnya. Dan entah mengapa, rasanya seolah-olah aku sudah menemukan harta karun.
Aku mejelajah tiap judul dalam daftar artikel itu, satu per satu. Banyak banget judulnya. Enggak akan cukup semalam untuk membaca.
Kurang lebih tiga artikel selesai kubaca, ketika tiba-tiba suara motor Mas Khalid terdengar di sebelah rumah. Dan karena mood-ku mendadak baik, aku segera mematikan layar HP, lantas beranjak cepat dari ranjang. Menyambar hijab dari gantungan, dan segera memakainya.
Aku melangkah gegas keluar kamar. Menyambut suamiku dengan senyum semringah. Aku merasa, sebentar lagi semua pertanyaan dan masalah ini akan menemukan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti kasih
RomanceKhalid, lelaki penyuka sesama jenis yang ingin menjauhi maksiat dengan memutuskan untuk sendiri. Hingga, suatu kejadian membuatnya menikahi Nur, rekan kerjanya. Awalnya, Khalid bertekad menyembunyikan orientasi seksualnya, ingin membahagiakan Nur. T...