14. Nur

505 55 4
                                    

Sehabis sarapan, aku membantu ibu merapikan meja. Dan memang benar, Mas Khalid itu lelaki yang enggak lepas tangan meski urusan beginian, pekerjaan yang biasanya dicap sebagai pekerjaan perempuan saja. Dia pun ikut membereskan meja. Bahkan, pas kami memasak pun, dia ikut membantu.

Aku meneruskan untuk mencuci piring, sementara Mas Khalid masuk rumah. Biasanya, sih, dia akan membereskan rumah dan halaman. Inilah salah satu sisi baiknya. Tapi, kupikir-pikir, mungkin saja dia berusaha bersikap baik hanya demi menyembunyikan dosanya itu. Siapa, tahu, kan?

Semalam, aku benar-benar kaget, ketika tahu kalau Mas Khalid adalah penyuka sesama jenis. Aku benar-benar enggak menyangka. Soalnya, Mas Khalid itu sama sekali enggak kemayu. Dia juga enggak menunjukkan gelagat aneh bahkan sama para lelaki. Pun begitu, aku enggak pernah tahu kalau dia dekat sama lelaki mana pun. Bahkan, Mas Khalid cenderung enggak punya teman. Dia itu anak rumahan yang benar-benar selalu di rumah. Keluar hanya untuk hal penting. Bahkan, jika diingat-ingat lagi ketika masa sekolah dulu, dia juga biasa saja. Jadi, sejak kapan Mas Khalid belok?

Aku memang sempat marah banget. Tapi, beberapa saat setelah Mas Khalid keluar kamar, aku jadi mikir kalau kemarahanku itu enggak ada gunanya dan merugikan diriku sendiri. Makanya, aku memutuskan untuk membicarakan semua sama dia hari ini.

Tapi, semalam aku masih saja marah dan dadaku sesak. Karena memang, aku itu biasanya meledak-ledak dan kelebihan energi. Karena itu, untuk meredam amarahku, aku harus melakukan kegiatan fisik. Mau menyapu, enggak enak sama Mas Khalid yang sudah kuperkirakan bakal tiduran di ruang tamu atau ruang tengah. Jadi, kuputuskan saja buat cuci baju.

Dan, ketika kuambil beberapa pakaian dari gantungan, aku menemukan sesuatu di saku celana Mas Khalid. Beneran aku kaget pas tahu kalau itu adalah obat kuat. Makanya, aku jadi mikir banget. Mas Khalid memang enggak tertarik sama perempuan, tapi dia berusaha banget jadi suami yang baik. Bikin aku senang dengan mengajak jalan-jalan. Menanyakan detail perihal pernikahan. Sampai-sampai hal tersulit baginya pun, dia usahakan. Padahal, minum obat kuat itu bisa berbahaya.

Ini yang bikin aku sedikit mikir lagi. Jangan-jangan, memang Mas Khalid benar-benar ingin berubah? Dan perkara tuduhan pacar cowoknya, aku jadi benar-benar menyesal. Dia pasti sakit hati banget. Dituduh dengan hal yang enggak dia lakukan. Enggak semua penyuka sesama jenis itu g4y, kan?

Aku masih sibuk dengan cucian piringku. Berdiri di depan bak pencuci piring. Sementara itu, kulihat ibu sibuk memeriksa panci berisi ramuan jamu yang nanti bakal dia berikan padaku. Biar aku sehat katanya.

Ibu ... Ah, wanita sepuh ini satu-satunya kesayangan Mas Khalid. Dia kelihatan bahagia banget dengan pernikahan kami. Dia memperlakukanku kayak anak sendiri. Bahkan, lebih dari itu. Emak saja suka ngomel enggak jelas di rumah. Tapi ibu ... dia selalu memberikan yang terbaik buat aku. Lauk selalu dipilihkan paling besar potongannya. Lalu nasi, dia selalu mendahulukan aku, alih-alih buat dirinya atau putranya. Aku jadi enggak tega kalau harus mengecewakan ibu. Lagipula, kalau aku menikah sama lelaki lain, belum tentu bisa punya mertua seperti ini.

"Nduk, kalau sudah cuci piring, kamu istirahat saja! Endak usah banyak sibuk. Kerjakan kalau senggang! Mumpung masih libur ngajarnya, puas-puasin keluar jalan-jalan sama Khalid! Besok-besok pas sibuk kamu enggak bakalan sempat. Apalagi nanti kalau sudah punya anak. Seorang ibu itu, apa-apa mesti mikirnya anak duluan. Makanya, mumpung masih manten baru, sering-seringlah bermain-main dulu."

Mendengar suara ibu, aku menoleh sedikit. Kulihat ibu mulai mengangkat panci dari tungku, lantas berjalan ke tempat piring dan mengambil teko.

"Inggih, Bu." Tuh, kan ... ibu itu beda dibanding mertua-mertua yang lain.

Aku menyelesaikan cucianku, lantas mencuci tangan.

"Nduk," ibu berdiri di belakangku, dan seketika aku berbalik saat mendengar suaranya, "jamunya kutaruh di meja makan, ya! Jangan lupa diminum! Khalid juga suruh minum! Kayaknya dia pulang malam terus beberapa hari ini. Kamu endak nanyain dia ngapain aja? Jangan bolehin kalau dia keluyuran dan nongkrong enggak jelas, ya!"

Meniti kasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang