Gadis yang sering di sebut Prim itu tiba tiba menggandeng lengan kanan Gibran hendak keluar kelas. Gibran menoleh mengernyitkan dahinya. gandengan tangan Prim di lepas begitu saja, Prim tetap mengikuti Gibran dari arah belakang.
"Prim mau ke rumah Gibran, boleh?"
"Mau apa?"
"Kangen Lala sama Oliv."
"Terus?"
"Ya terus, Prim pulang bareng Gibran lah."
"Mereka nggak bisa di ganggu."
"Bukannya Gibran yang nggak bisa di ganggu."
Gibran menghadap ke arah gadis di samping nya lalu sedikit menekuk lutut hingga wajah dirinya sejajar dengan wajah Prim, gadis yang memiliki tinggi badan setinggi bahu Gibran itu matanya membulat kaget, ia benar benar gugup saat itu.
"Boleh."
Prim tersenyum sumringah, seakan akan banyak kupu kupu di dalam perutnya. Detak jantung nya semakin berdegup kencang. lelaki itu menegakkan kembali tubuhnya.
"ASIKKKK KETEMU LALA SAMA OLIV."
"Primilly." Sapa seseorang yang tiba tiba ada di sampingnya.
"Kak Alga."
"Pulang bareng yuk?"
"Nggak Kak, makasih."
"Cowoknya?"
"Doain aja ya Kak."
"Yaudah gue duluan."
Di atas sepeda Prim bercerita tentang Alga, termasuk menceritakan soal chat tadi siang.
"Gibran."
"Hmm"
"Kak Alga baik nggak sih?"
"Nggak tau."
"Tadi juga Dia chat Prim. tujuannya apa coba?"
"Prim juga tau Bella suka banget sama Kak Alga, Prim takut Bella salah paham. Kalau salah paham kan bahaya, nanti Kita musuhan gimana coba?"
"Gibraaaaannn ih nggak di denger."
Belum sampai rumah, tiba tiba turun hujan yang cukup deras. Kedua remaja itu berteduh sejenak di depan toko roti. Prim tidak lagi membahas soal Alga, ia menatap langit yang sudah mulai redup. Sementara Gibran hanya menatap jalanan aspal yang sudah basah apalagi sepedanya.
"Uhuk uhuk..."
Gibran menoleh gadis di sampingnya, tampak sedang kedinginan. namun Prim tidak sama sekali menoleh balik.
"Lo kedinginan?"
"Nggak, biasa aja."
"Biasa aja, tapi usap usap tangan."
"Hmm sedikit."
Gibran tidak membawa jaket untuk ia berikan kepada Prim, tanpa basa basi ia langsung menarik bahu gadis itu agar jatuh kepelukannya.
Gibran memeluk Prim agar tubuh gadis itu tidak kedinginan seperti yang ia lihat. Prim terkejut, bagaikan sedang terbang di atas pelangi. Kepala Prim mendongak sedikit untuk melihat wajah lelaki itu, tubuhnya terasa nyaman saat Gibran memeluknya. Mungkin ini pertama kali Prim bisa merasakan pelukan dari Gibran. pelukan hangat dan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN UNTUK PRIMILLY
Roman d'amourMencintai manusia paling cuek bukanlah keinginan Prim, tapi di cintai oleh Gibran adalah impiannya. "Senyumnya jangan sering di lihatin ke orang orang Gibran, buat Prim aja." "Kenapa?" "Senyum Gibran bikin mereka lupa diri. padahal kan Gibran udah...