38. || KESEDIHAN PRIMILLY.

50 5 2
                                    

Hayyy semuanyaa. Siapapun yang baca sudah sampai sini. Maaf ya sering ga update. Soalnya ada tugas lain selain nulis. Makasih udah support terus meskipun ga berpuluh puluh orang.
Setidaknya ada yang mau baca . Makasih pokoknya.
.
.
.
.
.

Selamat membaca.

.
.
.
.
.

Sudah 3 hari Prim tidak bertegur sapa dengan Bella, Prim memperhatikan Bella yang semakin dekat dengan Rani. Gadis itu benar benar akan kehilangan sahabatnya, tidak tahu dengan cara apalagi untuk meluruskan masalahnya.

Gadis itu berlari ke taman belakang sekolah yang dimana tempat itu terasa hening, tak heran jika Gibran selalu menjadikan tempat itu tempat paling nyaman. Tidak peduli taman yang terlihat kumuh dan tidak di urus itu, yang penting taman itu sudah menjadi tempat favorit Gibran selama di sekolahnya.

“PRIM SALAH APA?”

“PRIM SALAH APA?”

“PRIM BINGUNG YA TUHAN.”

Suara lantang gadis itu terdengar oleh Gibran yang baru saja datang, lelaki itu menghampiri Prim kemudian duduk di sampingnya. Kedua mata Prim membulat kaget, gadis itu segera menghapus air matanya yang kini sudah membasahi kedua pipinya.

“Gibran?” Prim tersenyum semringah kemudian menunduk.

“Cengeng lo “ Gibran sedikit menertawakan gadis di sampingnya.

“Prim bingung.”

“Kenapa?”

“Prim punya salah sama Bella, tapi Prim nggak tahu kesalahannya.”

“Masih belum baikan ya?” Gibran tersenyum.

“Iya Gibran. Udah ah Prim balik ke kelas.” Prim beranjak seakan ingin menghindari masalah tersebut.

“Jangan dulu pergi.” Lelaki itu menahan pergelangan tangan Prim hingga membuat Prim duduk kembali.

“Kalau udah kayak gini, Prim harus apa?”

“Lo harus tetep baik sama Dia ya, Dia sahabat lo. gue yakin suatu saat lo tahu jawabannya, kenapa Dia kayak gitu.”

“Apa jaminannya Gibran???”

“Lihat aja nanti. Pesen gue lo tetep jadi Prim yang peduli sama Dia yah. gue yakin Dia gitu bukan tanpa alasan.”

Prim menghela nafas, gadis itu tersenyum menatap sepasang mata di sampingnya.

***
Usai mendengar suara bel sekolah, Prim berteriak lantang memanggil Gibran yang hendak sudah berada di luar kelas sedangkan dirinya masih sibuk membereskan buku buku pelajaran. Gadis itu berlari melewati langkahan Bella yang sudah berada di ambang pintu.

“Prim duluan ya Bell.” Prim tersenyum melambaikan tangan kepada Bella.

Sedangkan Bella hanya mengalihkan pandangan kepada lalu lalang. Setelah Prim tidak lagi menatapnya, Bella kembali memperhatikan sahabatnya itu yang sudah jauh hingga menemui Gibran.

“Gue kangen lo Prim.” Bella menghela nafas.

Ucapan Bella yang baru saja terlontar tentu Prim tidak mendengarnya. seandainya gadis itu mendengar, mungkin ia akan memeluk Bella begitu erat dan mengatakan kalimat yang sama.

Prim menggandeng lengan kanan Gibran lalu mengayunkannya dengan langkahan pelan, gadis itu tersenyum semringah setelah mendapatkan wajah Gibran dengan senyum tipisnya. Gibran menghentikan langkahan Prim, kemudian ia mengarah ke arah gadis di sampingnya sehingga kedua remaja itu saling berhadapan.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang