31. || MERACIK MOMENT

42 7 0
                                    

Sebuah moment akan menjadi lebih berkesan jika Aku melibatkan mu di dalamnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Di jam istirahat Prim menolak ajakan Bella yang mengajak dirinya ke kantin, hari itu Prim tidak memiliki rasa semangat seperti hari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di jam istirahat Prim menolak ajakan Bella yang mengajak dirinya ke kantin, hari itu Prim tidak memiliki rasa semangat seperti hari biasanya. Gadis itu lebih memilih duduk sendiri di dalam kelas, walaupun kenyataannya Gibran malah menemani Prim di kelas. Gibran memperhatikan tingkah gadis itu yang tampak tidak menghampirinya, Prim memasang tatapan kosong, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

"Lo sakit?" tanya Gibran

Prim tidak mendengar suara lelaki itu, ia masih bergelut dengan pikirannya. lalu Gibran melemparkan pulpen dirinya ke arah Prim hingga menyentuh pada bagian bahunya. Hal itu membuat Prim tersadar sehingga ia menoleh ke arah belakang, tepat dimana lelaki itu duduk di kursinya.

"Apa Gibran?" tanya Prim sembari tersenyum.

"Lo nggak makan?"

"Oh iya Prim sampai lupa, Prim punya bekal buat Gibran. sebentar ya." ucap Prim sembari merogoh tas nya.

"Ini buat Gibran." ucap gadis itu ketika berdiri di hadapan Gibran.

Gibran mendongak menatap Prim yang menunjukkan wajah lucunya, seketika membuat Gibran menghela nafas. Prim mengernyitkan dahinya melihat Gibran yang tiba tiba menatap tanpa arti.

"Kenapa?"

"Duduk."

"Kenapa Gibran?"

"Udah gue bilang berapakali sih, lo jangan jadi bego untuk diri lo sendiri."

"Lah, emang Prim ngelakuin apa?"

"Lo ngasih gue bekal, sedangkan lo belum makan."

"Prim lagi nggak laper."

"Gue nggak mau."

"Yaudah kalau nggak mau terserah, Prim taro disini. Bayy."

Prim meninggalkan Gibran dengan sekotak bekal roti keju serta susu kotak strawberry. Gibran melepaskan pandangan pada gadis itu yang sudah tidak terlihat lagi. lelaki itu memperhatikan kotak bekal yang masih tersimpan di mejanya.

"Lo kenapa sih peduli banget sama gue?" gumam pada batinnya sembari mengambil bekal tersebut.

***

Di rumah sakit dokter menjelaskan mengenai keluhan yang di derita Prim, rupanya benar Prim mengidap Kanker otak. Penyakit itu ada karena faktor dari keturunan, Prim terkejut tidak bisa bicara apapun selain berharap kepada Tuhannya. Ia terus menatap hasil secarik kertas yang memberitahukan hasilnya. Duduk sendiri di tengah keramaian rumah sakit, gadis itu memejamkan matanya seakan berharap itu hanyalah mimpi.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang