Langkahan Prim terhenti setelah ia keluar dari ruang UKS, rupanya sepanjang koridor sekolah banyak sorot mata yang menatap dirinya. di susuli Gibran, Apin dan Leo. Prim mengernyitkan dahinya, ia kembali berjalan seolah olah seperti di kawal oleh ketiga bodyguard di belakangnya.
"Itu cewek caper banget."
"Ceweknya kecentilan."
"Sering banget di bawa ke Uks, sakit beneran apa boongan ya?"
"Gue nggak ikhlas kalau Gibran sama cewek itu."
"Gue juga nggak mau Kak Alga sama Dia."
Banyak cemoohan mereka yang tak sengaja Prim dengar, bisikan mereka cukup mengganggu telinga Prim. gadis itu tidak diam, ia menghampiri;salah satu siswi diantara mereka. Ia mendorong perempuan itu secara kasar.
"Prim nggak suka yah kalian gosipin Prim terus!"
"Apaan sih, nggak mau di gosipin? Yaudah nggak usah caper."
"KALIAN IRI YAH NGGAK BISA DEKET SAMA GIBRAN? ATAU KAK ALGA?"
"Cewek kok ngejar. Nyadar diri dong! Ngaca!"
"KALAU SUKA BERJUANG DONG."
"Kasihan banget sih cinta nya bertepuk sebelah tangan. Hahahaha."
"IHHH NYEBELIN." teriak Prim.
Gibran dan kedua kawannya itu seketika menghentikan amukan Prim yang terlihat kesal kepada ketiga perempuan di hadapannya. Gibran menarik pergelangan tangan Prim, sedangkan Apin dan Leo menenangkan ketiga siswi itu yang tampak masih terlihat kesal pada Prim.
Gibran dan Prim berjalan bersama, Prim tidak malu saat melangkah sembari di perhatikan banyak orang. Lucunya, Prim malah menjulurkan lidah lalu menunjukkan ekspresi tengilnya kepada orang orang yang menatapnya.
"IHH IRI YAH?" tanya Prim kepada mereka.
Di ambang pintu kelas Prim terdiam sehingga Gibran menoleh ke arah gadis itu, terlihat Prim mengucek kedua matanya sembari berkedip beberapa kali ke arah Gibran. lelaki itu mendekati lalu menyentuh bahu Prim.
"Kepala lo sakit lagi?"
"Nggak. Ini mata Prim buram, Prim nggak bisa lihat jelas wajah Gibran."
"Lo duduk sini."
Gibran menuntun Prim untuk duduk di bangku dirinya, Rani yang sedari tadi memperhatikan kemudian menghampiri.
"Lo kenapa Prim?"
"Nggak tau ini tiba tiba mata Prim buram gini."
"Lo minum dulu ini." ucap Rani memberi sebotol air mineral.
"Makasih."
Gibran menghela nafas melihat Prim. gadis itu berusaha seolah olah sedang tidak terjadi apa apa pada dirinya, padahal ada rasa sakit yang ia nikmati sendiri. Lelaki itu kembali duduk di kursi nya saat guru pelajaran terakhir masuk kelas.
***
Sudah 10 menit Prim menunggu Alga di halte, gadis itu sekedar menepati janjinya bahwa Alga ingin becerita soal hubungan dirinya dengan Bella. Prim penasaran apa yang akan Alga ceritakan nanti, takut saja akan menyakiti perasaan sahabatnya itu.
"Kak Alga." panggil Prim dari kejauhan sembari melambaikan tangannya.
"Udah lama nunggu?"
"Iya lama."
"Sorry. Yaudah yuk."
Pada saat Prim naik di boncengi Alga, tak sengaja Bella melihat keduanya. Gadis itu mengernyitkan dahi seperti tidak percaya apa yang baru saja ia lihat. Bella menyuruh sopir pribadinya itu untuk mengikuti keduanya. Sahabat Prim itu sengaja membuat rekaman video saat Prim di boncengi oleh Alga.
Motor Alga mengarah ke sebuah caffe, tempat dimana dirinya pernah di ajak makan berdua oleh Alga. Bella menurunkan kaca mobilnya, gadis itu hanya memantau Prim dan Alga dari kejauhan sampai kedua remaja itu masuk ke dalam caffe. Setelah itu Bella pulang, pikiran gadis itu kacau. Tangannya mengepal seperti sedang menahan emosi.
Di dalam caffe Prim dan Alga duduk bersamaan di dekat jendela kaca, caffe itu merupakan caffe favorit Alga. sebelum Alga putus dengan Hana mereka sering datang ke caffe itu setiap malamnya, sampai sampai bartista di caffe tersebut sudah kenal akrab dengan Alga.
"Kak Alga sering kesini?"
"Dulu sering banget, sekarang udah jarang sih. terakhir kesini waktu sama Bella."
"Ohh gitu, menu nya apa aja sih?" Prim menggeser buku menu yang ada di mejanya.
"Ini banyak, yang paling best seller ini sih salmonnya."
"Nggak suka Kak. Prim mau ramen aja sama susu strawberry."
Alga mengangguk pelan kemudian ia memanggil pegawai di caffe itu yang seperti di lihat oleh Prim, Alga dan pegawai di caffe itu cukup terlihat akrab. Prim menatap Alga setelah sudah tidak berbicara dengan pegawai caffe itu.
"Jadi gimana ceritanya?"
"Cerita?"
"Kak please deh, nggak usah banyak jeda."
"Prim gue mau jujur, selama gue jalan bareng Bella---"
"Tunggu, Kak Alga mau nyakitin Bella?"
"Dengerin dulu."
"Gini Prim, dari awal gue deketin Bella cuma iseng aja. lo tau sendiri kan gue orangnya gimana kalau ke cewek. Bella malah nganggep kalau gue ada perasaan sama Dia. sekarang Bella semakin berharap sama gue, gue takut kalau Dia tau perasaan gue yang sebenernya. takut nyakitin hatinya kayak yang selalu lo bilang."
"Kak Alga kalau Kak Alga nggak punya perasaan sama Dia, kenapa dari awal selalu bikin Dia baper? Itu salah Kak Alga sendiri, coba aja dari awal nggak usah bicara manis sama Bella. Prim tahu Bella, kalau Dia udah suka sama satu cowok, udah fix Dia tulus. Lagian kalau Kak Alga nggak suka sama Dia omongin baik baik. Bella nggak mungkin baper kalau bukan Kak Alga yang memulai." Prim menatap Alga begitu kesal.
"Terus gue harus gimana?"
"Ya omongin baik baik Kak, atau coba buka hati buat Bella. Siapa tahu dengan seiring berjalannya waktu, Kak Alga bisa suka sama Bella. Iyakan?"
"Gue suka nya sama lo, gue nggak tahu perasaan itu tiba tiba datang gitu aja. gue tahu sikap gue salah selama ini. gue sering banget gombalin cewek sana sini, tapi jujur aja kalau gue udah suka sama satu cewek. gue nggak akan mainin cewek lain lagi."
Mata Prim membulat kaget menatap Alga tanpa suara yang berisik darinya, kalimat yang di lontarkan lelaki itu cukup mengganggu telinganya. Pikiran Prim begitu kacau, ia tidak ingin menerima kalimat panjang itu. lalu tatapan gadis itu teralihkan saat pegawai caffe disana datang membawa pesanannya.
"Al cewek baru lagi nih." ledek pegawai itu.
"Si anjing, bukan! Gue masih jomblo." jwab Alga sembari tertawa pelan.
"Lo selalu bilang gitu. Brengsek lu."
"Lo sendiri pacaran udah 3 tahun sama si Gita belum lu kawinin huh."
"Sopan sama gue, yang lebihh tua dari lu babi. Udah ah gue kerja lagi." candanya.
"Hahaha beda satu tahun juga goblok."
Prim menghela nafas, kemudian menggelengkan kepalanya setelah mendengar dialog kedua lelaki itu.
"Kenapa?"
"Prim mau pulang. Prim udah nggak nyaman."
"Eh ini baru juga datang loh makanannya."
"Prim nggak laper."
"Yakin nih?"
"Prim mau pulang Kak Alga!"
"Okay. Okay."
Sepasang remaja itu akhirnya pulang untuk tidak melanjutkan makan di caffe itu, Prim terlanjur kesal dengan Alga. mau itu dari cerita hubungan dia dengan Bella atau obrolan kasar dengan kawannya itu saat di kaffe, yang jelas Prim tidak nyaman dekat dengan Alga.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.MAU JADI TIM PRIM - GIBRAN ATAU PRIM - ALGA, NIH?
.LANJUT YA. JANGAN LUPA VOTE.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN UNTUK PRIMILLY
RomanceMencintai manusia paling cuek bukanlah keinginan Prim, tapi di cintai oleh Gibran adalah impiannya. "Senyumnya jangan sering di lihatin ke orang orang Gibran, buat Prim aja." "Kenapa?" "Senyum Gibran bikin mereka lupa diri. padahal kan Gibran udah...