43. || TERBONGKAR

39 6 0
                                    

Kamu hanya tau apa yang Kamu lihat tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi, karena terkadang manusia selalu berusaha bersembunyi di balik kalimat "nggak apa apa."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aneu terpaksa berangkat ke rumah sakit seorang diri, tanpa di temani Jefri. Kabarnya Jefri akan menyusuli setelah rapat di kantornya selesai, mungkin sekitar 30 menit lagi ia sampai di rumah sakit.

Saat itu Aneu melihat Gibran dan teman Prim lainnya sedang menunggu kondisi Prim di depan ruang IGD (Instalasi gawat darurat).

Rupanya bukan hanya mereka saja yang menunggu kondisi Prim, Muhtar sekaligus wali kelas Prim juga ikut menunggu.

"Prim gimana?" tanya Aneu.

"Tante."

Mereka semua satu persatu mencium tangan Aneu. Bella menceritakan apa yang sudah terjadi kepada Prim sehingga bisa di larikan ke IGD.

"Bu, maaf Saya wali kelasnya Prim. Saya ikut prihatin terhadap kondisi Prim. Saya harap Ibu bisa di berikan kesabaran yah."

"Oh iya Pak, terimakasih banyak. Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk anak Saya, mohon maaf sebelumnya Saya mau bicara sebentar sama Bapak, boleh?" Aneu mengajak Muhtar untuk berdiskusi sebentar soal Primilly selama di sekolah.

"Gimana Bu?" Muhtar mengikuti Aneu yang memisahkan diri dari keberadaan teman teman Prim.

"Pak, kalau Saya boleh tau Prim di sekolah gimana ya?"

"Prim anaknya baik, tidak pernah mengeluh tentang apapun. Yang Saya lihat Dia selalu tertawa bersama teman temannya kadangkala juga Gibran yang bikin Dia tersenyum. Yang Saya tau juga, Gibran sering jaga Prim di sekolah. Ya, Saya memang tidak selalu memperhatikan keduanya, tapi yang sering Saya lihat dari kejauhan Prim kayaknya seneng banget Bu kalau di deket Gibran."

Aneu mengangguk saat kedua bola matanya memahami setiap perkataan yang di ucapkan Muhtar. Aneu mengakhiri pembicaraannya dengan Muhtar ketika dirinya melihat Dokter yang baru saja keluar dari pintu kamar IGD.

"Gimana keadaan Prim, Dok?"

"Gimana keadaan anak Saya, Dok?"

"Kondisi pasien sudah berdiagnosa kanker otak stadium 3. Lebih baiknya, pasien harus segera melakukan operasi secepatnya, paling tidak melakukan kemoterapy terlebih dulu, Sebelum kondisinya semakin memburuk. Kalau sudah di stadium akhir, penyembuhannya lebih rumit. Sekarang Dia masih belum bisa sadar kan diri. Saya harap Ibu bisa membujuk anak Ibu."

"Jadi selama ini Prim sakit Gib?" Bella tak kuat menahan tangisnya.

"Iya Bell, gue udah tau lama soal ini."

"Apa?"

"Kenapa lo nggak bilang?"

"Prim yang minta, gue udah maksa Dia buat cerita ke orang orang sekitarnya tapi Dia keras kepala Bell, Pin."

Aneu tak henti menangis mendengar kondisi anaknya, ia sedikit menyalahkan dirinya sendiri karena kurang memperhatikan kondisi Prim selama di rumah.

"Baik,Dok. Boleh Saya lihat anak Saya?" Aneu berusaha menahan tangisnya.

"Boleh, hanya 3 orang saja ya."

Aneu segera masuk ke dalam menemui putrinya yang kini sudah tidak berdaya. Di susuli oleh Gibran dan Bella. Melihat kondisi Prim seperti itu mengingatkan sosok Zein di ingatan Aneu, perempuan itu begitu berharap banyak untuk kesembuhan Prim, karena masa depan Prim masih panjang.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang