42.|| PENGAKUAN

31 5 0
                                    

"Di dalam hubungan itu harus ada dua hal yang perlu di terapkan, pertama kepercayaan kedua pengakuan. Berusaha percaya lah jika Kamu sedang tidak bersamanya, berilah pengakuan kalau kamu rindu dengannya."
.
.
.
.
.
.
.

.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca guys.

Prim menaruh sebuah susu kotak di atas meja Gibran, di ketahui oleh Bella, Rani, dan Leo serta 2 orang teman lainnya. Untung saja Apin sedang tidak ada di kelas hari itu, kalau ada urusannya beda lagi, mungkin akan di buat kehebohan di kelas.

"Ciyeee yang udah pacaran." kata Leo yang sudah tahu pula dari grup.

"Prim, ngapain sih kasih Dia susu gituan mulu." celetuk Rani.

"Ya kali Prim harus kasih susu dirinya ke Gibran." kata Bella kepada Rani.

"Astagfirullah." Prim dan Leo berucap.

"Ya lagian Rani ngomong kayak gitu, jangan jangan lo cemburu ya?"

"Mau bilang cemburu juga, nggak akan ada gunanya kali Bell."

"Udahlah Gibran itu buat Prim, Rani sama Leo aja. Dia baik loh." Bella tersenyum.

"Lo tuh sama Apin."

"Apin mah udah gue anggap kayak soulmateeeee banget."

"Ciyeeee soulmate. berarti bukan Prim lagi nih?" Prim bertingkah lucu di hadapan mereka.

"Heh, gue itu suka nya sama Kak Alga, ya sayang nya Dia sukanya sama lo Prim."

Belum satu detik, tiba tiba Apin berdiri di ambang pintu kelas kemudian menghampiri perkumpulan itu.

"Jadi ceritanya disini ada dua perempuan yang jadi sad girl nih." suara lantang yang tak terdengar asing itu membisingkan ruang kelas.

"DAN LO SAD BOY APIIINNN !!!" balasan Bella dan Rani pun cukup membuat dirinya tutup telinga.

"Hahahaha." Leo dan Prim hanya tertawa.

Percakapan mereka menjadi seru setelah ada kehadiran Apin. Lelaki itu tak kehabisan cara untuk membuat teman temannya itu tampak kesal.

"Gibran kemana ya?" Prim mengeluh menunggu Gibran yang tak kunjung datang.

"Hmm yang baru jadian udah ngeluh aja."

"Makanya jangan pacaran dong Prim."

"Heh, Rani bisa diem nggak lu? Orang lagi sedih malah lo bikin sedih."

"Prim cari Gibran dulu ya."

Gadis itu pergi untuk menunggu Gibran di depan gerbang, tapi setelah melewati lapangan ia melihat Gibran tengah berjalan bersama seorang perempuan sembari bergandengan tangan. Prim berdecak kesal saat ia tahu perempuan itu adalah Hana.

"KAK HAAANNNAAAA." Prim berteriak kesal di tengah lapangan.

"APA SIH?"

"LEPASIN! LEPASIN!" Prim menepis kasar tangan Hana yang menggandeng tangan Gibran.

"KENAPA?"

"Prim nggak suka lihatnya!"

"HEH, PRIM SADAR DONG. LO NGGAK WAJAR KAYAK GITU, PACAR JUGA BUKAN LO! SEENAKNYA AJA NGELARANG GITU."

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang