49. || IKHLAS

40 6 0
                                    


Sedih itu persilahkan waktu dan ruang
Bukan di paksa bangkit.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sejak kejadian hari itu Prim tidak ada kabar, ia tidak mengikuti ujian akhir di sekolahnya. Di hubungi teman temannya pun tidak bisa, seperti sengaja tidak memberi kabar.

Kenyataannya Prim sedang berada di rumah sakit, setelah ia tahu dengan kondisi kakinya saat itu. Ia menangis di ruang rawatnya, Aneu dan Jefri begitu terpukul mendengarkan ucapan dokter hari itu, seakan akan mereka tidak ingin menerima apa yang sudah terucap dari mulut dokter.

Gadis itu tengah memukul kedua kakinya yang tak lagi berfungsi. Rupanya dokter telah menyatakan bahwa kedua kaki Prim mengalami kelumpuhan akibat dari penyakitnya yang semakin parah.

Prim menangis kesal, matanya sembab dan memerah. Gadis itu tak henti menangis, ponsel yang beberapakali berdering pun tak membuat gadis itu menoleh.

"PRIMM NGGAK MAUU LUMPUHH!"

"PRIM NGGAK MAU YA TUHAANN!"

Gadis yang sering menggurat senyumannya itu kali ini membuka topengnya untuk tak lagi berpura pura, Prim benar benar terpuruk dengan kondisinya sekarang.

"Prim...." Aneu memeluk putrinya itu begitu penuh harapan.

Jefri hanya bisa menatap Prim penuh prihatin, tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Gue janji, gue akan nyari pengobatan yang lebih baik buat lo. Lo harus sabar sebentar." Jefri mendekati adiknya itu.

Prim belum merespon, tatapannya kosong tak ingin menoleh kepada siapapun.

***

Gibran dan ketiga kawannya sangat khawatir dengan Prim, gadis itu tidak memberi kabar sama sekali. Jadi, siang itu Gibran dan ketiga kawannya pergi untuk menemui Prim di rumahnya. Namun setelah berada di depan rumah Prim, ada seseorang yang memberitahukan mereka, bahwa Prim dan keluarganya sedang berada di rumah sakit.

"Kita harus ke rumah sakit." Bella bicara dengan rasa khawatirnya.

Dengan waktu 20 menit mereka tiba di Rumah Sakit Permata, tempat itu juga tempat dimana Emily di rawat.

Mereka semua berlari pelan ketika melihat Jefri sedang berjalan menuju ruang rawat Prim.

"Kak Jeff." panggil Bella.

"Ehh, mau jenguk Prim ya?" Jefri menatap setiap sorot mata diantara mereka.

Mereka mengangguk, Jefri mengajak mereka tanpa ada sepatah kalimat apapun.

Jefri menghampiri Prim yang tengah berbaring di atas kasur, sementara teman temannya hanya menunggu di balik pintu itu.

"Prim ada yang mau ketemu."

"Siapa?" Prim menoleh.

Saat itu Prim sudah mulai bisa berdamai dengan dirinya sendiri, gadis itu tampak menggambarkan senyuman lagi.

"Gibran, Bella sama dua orang lagi lupa."

"Ohh."

"Kok ohh? Nggak mau ketemu? Gue suruh mereka masuk kamar lo aja ya?"

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang