44. || SEBUAH JANJI

31 6 0
                                    


Apa yang Kamu harapkan dari sebuah hubungan?
Yang jelas ingin selalu mencintai dan dicintai, meskipun tidak tau apa yang terjadi di hari esok, lusa dan seterusnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Alga dan tiga kawannya menghampiri Prim di kantin, gadis itu tengah duduk bersama Bella sembari menikmati semangkuk mie yamin dan segelas jus strawberry. Alga menyapa kedua nama perempuan itu, di ikuti Radit, Marsel dan Zidan.

Alga mengarah pandangan pada Prim, Bella menghela nafas lalu menundukkan pandangannya saat Alga berada di samping Prim.

Hari itu Alga baru melihat Prim lagi setelah 2 hari dirinya tidak masuk sekolah setelah di larikan ke IGD pada hari lalu.

Alga menoleh ke arah Prim sembari melemparkan sebuah tanya, hingga kalimat itu mampu menarik sorot mata Bella.

"Kemaren lo kenapa? Sakit?"

"Eh Prim Alga galau tau, nggak ada lo di sekolah." Zidan menyambung.

"Sutt jaga perasaan Bella bangsat!" bisik Marsel kepada Zidan.

"Ohh iya."

"Kemaren Prim itu kecapean aja. Selebihnya males ketemu Pak Muhtar."

Jawaban Prim di akhiri tawa yang keluar dari suara Zidan, Marsel, dan Radit.

"Keadaan lo gimana sekarang?"

"Kak Alga bisa lihat kan? Prim bisa masuk sekolah, bisa makan di kantin lagi, Kita bisa ketemu lagi, itu tandanya apa? Prim udah sembuh Kak."

"Syukur deh."

"Hmm cowok lo mana?"

"Haa?" sedikit kaget.

"Yaa cowok lo, Gibran." ucapnya sembari mengangkat kedua alisnya.

"Kenapa tau?" Dahi Prim mengernyit dan sedikit memajukan wajahnya.

"Gibran yang bilang. Apa Dia cuma ngaku ngaku ya?"

Prim tersenyum dengan kesalah tingkahannya, gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Prim."

"Ha? Iya Kak." Prim tersadar.

"Iya Kak Alga si Prim udah jadian sama Gibran." Bella menjelaskan secara terang terangan di depan ketiga kawannya juga.

Alga mengangguk ketika pandangannya tak lagi menoleh pada Prim, ketiga kawan Alga seakan menepuk pelan bahu sahabatnya itu.

"Sabar ya Al."

"Cewek masih banyak broh."

"Gue tau, seorang Alga nggak mungkin galau."

"Berisik babi." Alga menepis rangkulan dari ketiga kawannya itu.

Pesanan dari ke empat lelaki itu tiba dan mereka segera menikmatinya secara bersamaan. Namun pikiran Alga di penuhi oleh nama perempuan di sampingnya. Baru kali ini Alga gagal mendapatkan perempuan yang ia sukai, jangankan mendapatkan orangnya, dapatkan perhatian gadis itu saja cukup sulit.

Prim menelan lilitan mie di sumpit lalu pandangannya berhenti di satu orang yang ia lihat adalah Gibran, lelaki itu sedang duduk sendiri sembari menikmati semangkuk mie ayam dan es teh manis. Dari jarak jauh Prim dan Gibran saling beradu tatap, tapi saat Prim tersenyum, lelaki itu tak sengaja menoleh ke arah lelaki yang kini duduk di samping Prim. Gibran menggelengkan kepalanya. Lelaki itu beranjak dan menghampiri Prim.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang