22. || LEO

48 4 0
                                    

Sepanjang koridor keduanya tidak saling berbicara, tapi mata Prim tak bisa lepas dari genggaman tangan Gibran meskipun langkahannya terasa sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepanjang koridor keduanya tidak saling berbicara, tapi mata Prim tak bisa lepas dari genggaman tangan Gibran meskipun langkahannya terasa sakit. lelaki itu menuntun Prim melewati beberapa siswa siswi yang tengah memperhatikan keduanya, langkahan mereka kini menjadi pusat perhatian sekitar. Orang orang itu menatap Prim begitu sinis, entah apa yang sedang di pikirkan. namun Prim tak pedulikan itu.

Saat memasuki ruang kelas, kedua remaja itu di sambut hangat oleh seisi kelas. apalagi Apin, ia paling heboh bersorak. Ketika mendengar sorakan itu, Gibran melepaskan genggamannya. Gibran menuntun Prim bukan semata mata tanpa alasan, ia hanya menolong Prim. karena gara gara ulah Hana, gadis itu merasa sakit saat berjalan.

"CIYEEEEEEE"

"SERIUS JADIAN?" tanya Apin menghampiri Gibran.

"Pin, jangan nyebar gosip." kata Gibran kesal.

"Gib, lo sama Prim udah ada chemistry yang kuat. Udah akuin aja."

"Prim serius jadian?" tanya Bella.

"Prim lo nggak pacaran sama Gibran kan?" tanya Rani.

"Kalian kenapa harus nanya itu lagi sih, lihat nih kaki Prim sakit."

"Kenapa?"

"Kak Hana injek kaki Prim kenceng banget."

"WAH KETERLALUAN ITU ANAK. BIAR GUE KASIH PELAJARAN DIA."

"Hana dari dulu emang gitu, nindas orang seenaknya." sambung Rani.

"PRIM LO DI GITUIN, GUE NGGAK TERIMA!! TEMEN GUE MASA DI JADIIN BAHAN BULLYAN." ucap Apin begitu lantang.

"Kak Hana kayak gitu, karena belum punya pawangnya. Apin mau nggak jadi pawang Dia?"

"Najis!"

"Apin udah cocok nya sama Bella." ucap Rani.

"Gue sukanya sama Kak Alga gimana dong?"

"ALGA LAGI ALGA LAGI HADEUH." sindir Apin.

***

Muhtar masuk kelas pada jam pelajaran pertama, sebelum mengajar ia memberi kabar terkait Leo. salah satu siswa di kelas tersebut.

"Sebelum belajar bapak mau memberitahukan, Leonard Putra tadi pagi kecelakaan saat berangkat menuju ke sekolah. Pagi ini Dia sudah di bawah ke rumah sakit, tapi orangtua nya bilang Dia belum sadarkan diri." kata Muhtar.

"Astagfirullah."

Tabrakan bukan Pak? tanya Apin.

"Katanya di tabrak mobil."

"Pelakunya di tangkap nggak Pak?" tanya Rani.

"Kabur."

"Astagfirullah, guys habis pulang sekolah Kita harus jenguk Leo."

"Prim nggak jadi marah ke Leo deh, kasihan Dia."

"Ya Allah Prim lupain aja kali." ucap Rani.

Seisi kelas di buat terkejut oleh kabar yang menimpa Leo. siswa yang di kenal baik, pintar, tidak banyak tingkah, murah senyum bahkan ia memiliki sifat friendly ke semua orang. Salah satu lelaki yang masih memiliki perasaan kepada Rani. Sungguh, pagi itu membuat teman teman terdekatnya khawatir.

***

Di rumah sakit Prim, Gibran, Bella, Apin dan wali kelas mereka yaitu Muhtar ikut menjenguk Leo, terlihat kedua orangtuanya baru saja keluar dari kamar rawat Leo. Apin mendahulukan langkahan Muhtar.

"Om, keadaan Leo gimana?"

"Apin, biar Pak Muhtar dulu yang bicara sama orangtuanya Leo." ucap Bella.

"Maaf Bu, Saya Muhtar wali kelasnya Leo. gimana Leo sekarang?"

"Leo udah sadar kok Pak, terimakasih sudah menyempatkan waktunya yah Pak dan juga terimakasih sama temen temennya Leo sudah mau menjenguk Leo." ucap Dina.

"Boleh Kita ke dalem Om Tante?" tanya Rani.

"Tunggu, Kamu Rani yah?" tanya Dina.

"Iya Tante kenapa?"

"Nggak, tadi Leo sebut nama Kamu."

Rani hanya mengangguk pelan lalu tersenyum, kemudian ia segera masuk kamar rawat Leo di susuli dengan teman teman lainnya.

"Leo."

"Rani."

"Leo lo kenapa anjing?" tanya Apin mendekati.

"Apin , Prim, Gibran, Bella, eh Pak Muhtar."

"Lo kok bisa kayak gini?" tanya Bella.

Banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang menyerang telinga Leo. selain itu Leo juga membeberkan kejadian yang sebenarnya ketika hendak pergi ke sekolah. Lelaki itu sama sekali tidak tahu dengan orang yang sudah menabraknya, yang jelas ia masih mengingat mobil itu berwarna kuning dengan kecepatan tinggi kurang lebih 90 km dan pengendara itu adalah seorang perempuan. Sebab Leo sempat mendengar teriakan di balik mobil itu.

"Tapi lo nggak apa apa kan?" tanya Rani.

"Leo udah kayak gini masih di sebut nggak apa- apa?" tanya Apin.

"Apin, jangan gitu. Rani lagi khawatir sama Leo." kata Prim tertawa.

"Apaan sih Prim." ucap Rani.

"Gue nggak apa apa, cuma kepala gue sedikit kebentur ke pohon. Tangan kanan masih kaku untuk di gerakkin."

"Itu parah coy." kata Apin.

"Leo, Kamu yang kuat. Semoga cepat sembuh yah." ucap Muhtar.

"Iya Pak, makasih banyak."

"Gue bantu cari pelaku nya."ucap Gibran.

"Kita Gibran, bukan lo aja yang mau bantu." sambung Bella.

"Thanks yah, udah peduli sama gue." sambung Leo.








.
.
.
.
.
.
Next yaaaaa

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang