18. || FAVORITE DIALOG

57 7 0
                                    

Terik Mentari menembus ke dalam jendela kamar gadis itu, ia sudah bangun dari tidurnya bahkan lebih awal dari Jefri. Tampaknya Prim sudah terlihat rapi, rambutnya yang di ikat, wajahnya yang natural, bulu matanya yang lentik, bibirnya yang tipis itu tidak sama sekali di beri lipstick, ia benar benar terlihat tampil seadanya.

Pada pantulan cermin ia bergaya selayaknya seorang remaja, tersenyum pada dirinya sendiri. Pagi itu ia akan menemui Gibran untuk mengajak lelaki itu pergi olahraga bersama.

Jefri yang sedang mengunyah roti di meja makan seketika menoleh adiknya itu, mata sang kakak memperhatikan Prim berjalan kian kemari mencari sepatu dirinya.

"Heh mau kemana lu?"

"Jogging Kak. Biar sehat."

"Sama siapa? Bella?"

"Gibran Kak. Sepatu Prim kemana sih?"

"Ya mana gue tau, heh lagian lo tumben banget mau jogging."

"Mamaaaaa sepatu Prim yang warna abu abu kemana yah?" teriak Prim mencari ke dapur.

"Mama udah pergi jualan, lo kalau mau jogging biar gue anterin. Sekalian berangkat kerja."

"Iya tapi sepatu Prim nggak ada."

"Pake yang ini aja dulu." ucap Jefri saat menemukan sepatu lain milik Prim.

"Itu kan warna putih, sayang banget."

"Daripada nggak ada."

Prim memperlihatkan wajah kusutnya kepada Jefri, tapi justru Jefri malah membuat Prim tambah kesal. sang kakak sengaja menggubriskan tubuh Prim saat gadis itu tengah sibuk mengikat tali sepatu. Dahinya semakin mengernyit memandang Jefri tak suka.

"KAK JEFRI IH NYEBELIN."

"Ayoo buruan udah telat nih gue."

"Mana roti punya Prim?"

"Udah gue abisin hahaha."

"IH. KAK JEFRI GITU"

"Lo tinggal beli aja ya di depan sana okay sayang ku." Ucap Jefri mengacak rambut adiknya itu.

"AHH KESEL PRIM."

Di sepanjang jalan ia menggerutu kesal kepada Jefri, sehingga membuat Jefri tertawa. Di atas motor mereka tidak menunjukkan layaknya seorang kakak beradik. Prim beberapakali memukul bahu kakaknya itu.

"Lo mau kemana? Ke rumah Gibran?"

"Iya ke rumah Gibran."

***

Gibran dan Prim berlari bersama di lapangan olahraga, keduanya beriringan mengeluarkan keringat. Saat mengikuti Gibran kedua mata Prim menangkap sebuah boneka yang membuat perasaannya tenang. Gadis itu menggantungkan pandangannya ke arah boneka tersebut, tanpa di sadari kakinya menginjak batu sehingga ia tersandung. Gibran menoleh ke samping melihat Prim yang sudah duduk begitu saja di atas tanah kering.

BRUGHHHH

"Aww sakit."

"Prim." sebut Gibran.

"Gibran kaki Prim sakit."

"Lo banyak tingkah sih."

"Prim mau ngejar abang abang itu, Prim mau boneka mickey mouse."

"Buat apa boneka? Lo udah gede."

"Prim suka banget sama mickey mouse."

"Yaudah lo sini, naik ke punggung gue." ucap Gibran sembari memberi punggungnya.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang