Mencintai manusia paling cuek bukanlah keinginan Prim, tapi di cintai oleh Gibran adalah impiannya.
"Senyumnya jangan sering di lihatin ke orang orang Gibran, buat Prim aja."
"Kenapa?"
"Senyum Gibran bikin mereka lupa diri. padahal kan Gibran udah...
"Suatu saat Kamu akan merindukan pelukanku." . . . . . . .
. . . . . 💓Selamat Membaca💓 . . . . . . .
Gibran masih merindukan gadis berambut panjang hitam itu, tapi tetap saja belum ada kabar setelah dua hari lamanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu hal yang membuat Gibran khawatir dengan Prim adalah kondisinya.
Namun Gibran terus menunggu kabarnya, hingga esok hari Gibran bertemu dengan Bella.
"Bell, ada kabar dari Prim nggak?"
"Gue baru mau nanya sama lo, gue juga nggak tau kabar Dia."
"Serius?"
"Ngapain gue bilang bohong sih?"
"Gue harus susulin Dia."
"Tapi terakhir chattingan sama gue itu, minggu lalu katanya Dia mau operasi."
"Gue juga tau kok."
"Gibran, Prim orangnya nggak gampang nyerah kok, Lo positif thinking aja ya."
Gibran terdiam pandangan nya menyisir kesekitar. Apa mungkin Prim menyerah? Apa mungkin Prim capek? Apa mungkin Prim rindu dengan Tuhannya?
Pikiran Gibran di hantui dengan pertanyaan seperti itu, semakin di ingat semakin takut kehilangan.
Ia tak tinggal diam, sorenya setelah pulang sekolah ia memutuskan untuk pergi ke rumah Prim. Gibran berharap ia akan bertemu dengan Jefri atau paling tidak mendapatkan kabarnya dari tetangga gadis itu.
***
Gibran yang sedari tadi berdiri di depan gerbang tertutup melihat Jefri di ambang pintu sembari membawa sebuah koper, lelaki itu memutarkan tubuhnya ke arah Gibran ketika kekasih Prim itu menyebut namanya.
"Kak Jeff."
"Gibran? Kenapa?"
"Mau kemana Kak?"
"Mau jenguk Prim. Kenapa?"
"Gimana kondisi Prim Kak?"
Jefri terdiam dan menunduk, kakak kandung Prim itu seperti menyimpan jawaban yang tidak enak. Mau di sembunyikan sampai mana pun, Gibran akan terus mencari tahu tentang kondisi Prim.
