41. || 8 MEI

40 7 6
                                    

Selama Prim berjalan ke dataran tinggi, ia belum merasakan apapun yang membuat Gibran khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama Prim berjalan ke dataran tinggi, ia belum merasakan apapun yang membuat Gibran khawatir. Gadis itu tampak cerewet yang tengah menggandeng tangan Gibran dan di ikuti Apin, Leo, juga Rani di belakang keduanya.

Kalau bertanya tentang Bella, Bella tentu memilih kelompok Alga. Bella masih di rundung kekesalan kepada Prim, tapi di sisi lain ia pun rindu dengan kebersamaan sahabatnya itu.

Bella mencoba melupakan apa yang sudah mengganggu dirinya, ia kini sudah bisa berdamai dengan Alga. Bella sudah bercerita banyak kepada Alga mengapa ia seperti itu kepada Prim, Alga mencoba meluruskan masalah tersebut hingga membuat Bella memahami dan mau menerima apa yang sudah Alga ucapkan mengenai perasaan yang tak menyukainya.

Di setengah perjalanan Prim mulai merasakan lelah, tiba tiba kedua kakinya tidak dapat berfungsi, sulit sekali untuk di gerakkan.

Prim terdiam melepaskan lengan Gibran, ia terdiam memperhatikan kedua kakinya, tak lama ia terjatuh begitu saja. Kejadian itu membuat Gibran serta teman teman yang lainnya ikut terkejut, Prim merasa panik saat kedua kakinya masih tidak bisa di gerakkan.

“PRIM.” sebut Apin.

“Prim lo kok malah duduk?” Rani berdecak kesal.

“Dia jatoh bego!” suara Apin mendarat di telinga Rani.

“Gibran kaki Prim.” Prim masih merasa kaget.

“Kaki lo kenapa?” Gibran menekuk lututnya hingga bertumpu.

“Kaki Prim nggak bisa gerak.” Prim menoleh pula ke arah teman temannya.

“Lo jangan kebanyakan drama!” Hana bersuara lantang.

Alga yang baru saja melihat Prim duduk tak berdaya itu langsung menghampiri Prim dengan rasa khawatirnya. Alga mendekat lalu bertumpu dan menyentuh bahu Prim.

Prim menggelengkan kepalanya, ia mengingat pada penyakitnya itu, penyakit yang semakin hari semakin mengganggu. Gibran tidak berdiam terus menerus ketika pandangan lelaki iu menatap Prim tak tega.

Gibran memberikan tas miliknya kepada Leo, lalu meminta Alga agar membantu Prim untuk berdiri meski rasanya sulit.

“Gue mau gendong Dia di punggung gue, lo bantu Dia berdiri ya.” pinta Gibran kepada Alga. Alga hanya memberi satu anggukkan.

Sungguh terlihat repot sekali, Leo dan Apin pun ikut membantu gadis yang sudah merasa tidak berdaya itu. Prim bernafas tidak normal, tak di sadari ia meneteskan air matanya. Kini tubuh Prim sudah menempel di punggung Gibran.

“Gue bilang juga apa!” Gibran berbicara kesal kepada Prim.

“Maaf Gibran.” suaranya menahan tangis.

Gibran memahami hari itu bukanlah waktunya untuk berdebat, Prim memang keras kepala, tapi dengan cara memarahinya itu tidak akan membuat Prim kapok.

Bella yang kini sudah ada di belakang Prim bersama Alga, ia menyimpan rasa khawatirnya kepada Prim. Bella masih merasa gengsi untuk berusaha peduli lagi dengan sahabatnya itu.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang