16. || CELOTEH GIBRAN

50 5 0
                                    

Di sebuah toko eskrim Prim membeli dua eskrim rasa strawberry, satu untuknya dan satu lagi untuk Gibran. ia tidak meminta untuk di belikan, justru ia membayarnya dengan uang saku yang sudah tersisa 30 ribu lagi.

"Gibran Kita duduk disini." ajak Prim setelah keluar dari toko eskrim tersebut.

Mereka duduk di depan toko eskrim yang sudah di sediakan kursi oleh pihak toko tepat di halaman depan toko itu.

"Nih buat Gibran."

"Nggak."

"Udah terima aja nih." kata Prim memaksa.

"Gibran Prim mau nanya dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gibran Prim mau nanya dong." ucap Prim sembari menjilat eskrim itu.

"Apa?"

"Maaf sebelumnya, Prim mau nanya soal orangtua Gibran. boleh?"

"Kenapa lo mau tau soal itu?"

"Prim mau Gibran jadiin Prim temen cerita Gibran. kalau nggak mau cerita juga nggak apa apa. Prim suka kalau denger cerita orang." kata Prim mengusap bahu lelaki di sampingnya.

Gibran terdiam sejenak, kini rasa eskrim itu menjadi tak enak. lalu kedua matanya menatap eskrim yang masih berada di genggamannya. Lelaki itu benar benar bungkam, tatapannya masih kosong menatap eskrim hingga mengundang sorot mata Prim. gadis di samping Gibran menoleh memperhatikan diamnya Gibran.

"Gibran nggak suka eskrimnya? nggak enak yah? yaudah jangan di makan yah." ucap Prim mencoba mengambil eskrim itu dari tangan Gibran.

"Lo abisin aja. gue lagi nggak mau makan eskrim." kata Gibran menatap Prim.

"Iya Gibran."

"Lo beneran mau denger cerita gue?"

"Haa? Ya-iya Prim mau denger Gibran."

"Tapi janji lo harus jaga rahasia ini." kata Gibran menatap Prim penuh harapan.

Prim mengangguk sembari memberikan jari kelingkingnya sebagai simbol berjanji kepada Gibran.

"Dulu lo pernah denger nggak, ada berita dua orang laki laki yang ngga di kenal memperkosa wanita berusia 39 tahun?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dulu lo pernah denger nggak, ada berita dua orang laki laki yang ngga di kenal memperkosa wanita berusia 39 tahun?"

"Iya tau, ter-us?" tanya Prim mulai berhenti menjilat eskrim.

"2 tahun sebelum Mama meninggal , Mama pulang dari kantor jam 8 malem sendiri dengan mobilnya, karena kebetulan Papa masih ada di Bandung jadi nggak bisa jemput Mama. Mama juga sempet angkat telepon dari gue, karena malam itu perasaan gue nggak enak. tiba tiba Mama teriak teriak minta tolong, gue dari sana panik dengan nggak tau harus gimana. sampai akhirnya gue nggak bisa denger suara Mama lagi, gue kaget terus gue dapet kabar dari orang orang sekitar rumah gue bahwa Mama di perkosa sama dua orang laki laki yang nggak dia kenal, lalu Mama di bunuh oleh dua orang laki laki itu. Mama tewas di tempat dalam keadaan tidak memakai busana, darah berlumuran kemana mana. pelaku itu berhasil melarikan diri setelah menusuk Mama sebanyak 7 kali di bagian perut nya." ucap Gibran seketika kedua matanya berkaca kaca.

"Gibraaannn." sebut Prim lalu memeluk Gibran dengan ketulusannya.

"Gue saat itu lagi ancur, setelah Mama ninggalin gue esok harinya Papa kecelakaan. Papa masih merindukan Mama saat itu, Papa pergi tanpa pamit sama Kita. Bi Iyem bilang Papa pergi untuk menemui Mama di makam nyatanya Papa menemui Mama di alam yang berbeda."

"Gibran. Prim dengernya sakit."

"Gue udah ikhlas kok. Itu takdir gue. setelah 5 bulan kemudian dari kejadian itu alhamdulillah dua pelaku itu berhasil di tangkap oleh pihak polisi, yang di kabarkan juga kedua pelaku itu akan di hukum mati.'

Prim menangis dalam keadaan memeluk Gibran, ia sesegukkan mendengarnya. mungkin Prim membayangkan bagaimana jika posisinya seperti yang Gibran alami.

"Lo nangis?" tanya Gibran mengernyitkan dahinya.

"Prim mau peluk Gibran nggak apa apa kan?"

"Kenapa?"

"Prim ada untuk Gibran, Gibran nggak sendiri." kata Prim yang semakin erat memeluk Gibran.

Lelaki itu sempat tidak membalas pelukan Prim, tapi ia merasakan ketulusan dari gadis itu. akhirnya Gibran membalas pelukkan Prim sembari mengusap pucuk kepalanya.

"Lo jangan lama lama kalau nangis."

"Gibran mulai sekarang Gibran harus cerita apapun ke Prim yah." ucap Prim.

"Lo jangan keterusan peluk gue, bisa nggak?" tanya Gibran ketika dirinya tersadar.

Prim mendongakkan kepalanya lalu menatap Gibran, wajah lelaki itu seperti menahan tangis yang berat. Gibran benar benar tidak ingin menatap Prim. pandangan lelaki itu hanya memperhatikan kendaraan yang melaju. Prim melepaskan pelukkannya ketika dirinya merasakan getaran ponsel di dalam totebag nya.

"Kak Jeff?" sebut Prim saat ia membaca nama di layar ponsel utamanya.

'Halo Kak Jeff?'

'Lo dimana? Balik udah jam setengah 11 ini'

'Iya Kak maaf. Prim mau pulang kok ini.'

'Buruan, Gibran nganterin lo kan?'

'Iya Kak.'

'Gue mau ngomong sama Gibran.'

'Gibran Kak Jeff mau bicara sama Gibran.'

Gibran mengangguk lalu menempelkan ponsel itu di telinganya.

'Hallo Gibran, gue Kakaknya Prim.'

'Iya Kak.'

'Bisa kan anterin Prim pulang?'

'Pasti Kak.'

Jefri memang bisa di bilang kakak yang sangat posesif terhadap adiknya sendiri. walaupun seringkali membuat Prim jengkel , tapi rasa pedulinya kepada Prim tidak pernah hilang. Jefri sungguh mengkhawatirkan Prim apalagi Zein pernah memberi amanat kepada Jefri harus selalu menjaga kedua perempuan di rumahnya. Aneu dan Prim.

"Gue udah nyuruh lo pulang, tapi lo nggak mau."

"Yaudah sih Gibran, Kita kan mau pulang." ucap Prim saat di boncengi di sepeda onthel.

"Lain kali jangan gini lagi."

"Iya iya, tapi makasih yah udah temenin Prim."

"Hmm."

.

.

.

.NEXT YUK

JANGAN BANYAK MIKIR.

JANGAN LUPA VOTE DAN FOLLOW IG AKU @maissylst__

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang