37. || PECAHAN TANGIS

50 6 0
                                    

Memang betul, di dunia ini banyak hal yang harus di ga apa apain
Tapi bukan berarti bisa menyembunyikan semuanya dari orang orang terdekat kan?.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Terlepas soal itu, Prim tak sengaja bertemu dengan Bella dan Rani yang masih mengenakan seragam sekolah, mereka tampak asik jalan berdua sembari menjilat eskrim rasa cokelat. Keduanya kompak tertawa, saat sorot mata mereka memandang Prim tak sengaja, Prim merasa aneh pada diri mereka terutama Bella. tidak seperti biasanya Bella dingin kepada Prim.

"Bella, Rani?"

"Eh Prim." sebut Rani.

"Kalian dari mana?"

"Habis dari toko eskrim." jawab Bella singkat.

"Prim lo dari mana? sendiri nih?"

"Iya Ran, Prim sendiri. Terus abis ini kalian mau kemana?"

"Hmmm kemana yah Bell?"

"Karokean yuk Ran?"

"Ayok."

Mendengar percakapan Bella dan Rani, Prim merasa tidak di anggap keberadaannya. Prim menatap Bella bingung, ribuan tanya menyerang di pikirannya. Prim terdiam saat Bella dan Rani pergi meninggalkan dirinya tanpa ada ajakan dari mereka.

"Bella kok cuek gitu yah?" Prim bergumam pada batinnya.

Gadis itu kembali melanjutkan langkahannya untuk membeli sebuah eskrim yang tak jauh dari sana.

***

Esok pagi di kelas, Prim menghampiri Gibran yang tengah duduk dan berbincang bersama Rani. Prim mendelik ketika sorot mata Gibran mengarah kepadanya. Gadis itu tidak banyak bicara seperti biasanya. Entah karena Gibran yang berbincang dengan Rani atau masih tentang surat dari Emily.

"Gibran, Emily titipin ini ke Prim. di baca yah."

"Apa ini?"

"BACA AJA SENDIRI." Gadis itu kembali duduk di kursinya.

Prim tidak marah kepada Gibran, ia hanya sedikit cemburu kepada perempuan perempuan yang mendekati lelaki itu. namun Gibran sama sekali tidak pernah merespon Emily, Rani ataupun Hana. Gibran juga tidak pernah memberi senyuman kepada mereka terkecuali kepada Prim.

Di hadapan Rani, Gibran membuka secarik kertas itu yang berisi beberapa kalimat yang berderet. Rani yang memperhatikannya menjadi penasaran denga isi surat tersebut.

"Isinya apaan Gib?"

"Baca aja sendiri." jawab Gibran kemudian pergi keluar kelas.

Suara langkahan lelaki itu mampu mengundang sorot mata Prim yang sedari tadi diam, Prim menoleh ke belakang saat Gibran sudah tidak terlihat lagi. gadis itu bangkit dari duduknya, lalu mendekat ke arah Rani yang tengah membaca sederet kalimat di kertas itu.

"Jangan di baca! Nggak sopan Rani." Prim merebut selembar kertas itu.

"Prim gue penasaran."

"Nggak boleh Rani. Udah ah Prim mau susulin Gibran dulu."

"Prim, Emily itu siapa?" tanya Rani.

Saat Prim berjalan keluar kelas, tiba tiba ia menabrak Bella, tubuh gadis itu sedikit terdorong. Bella mendelik kepada Prim, gadis itu tidak berbicara sama sekali. Prim masih belum bisa memahami sikap Bella kepada dirinya, akhirnya Prim mengurungkan niatnya untuk menemui Gibran.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang