EPILOG

100 5 0
                                    

Apa yang Aku takutkan selama ini sudah terjadi, hari hariku tanpa Gibran bukanlah sesuatu yang mudah di jalani.

Moment bersama Gibran terlalu banyak di ingatan, sehingga sangat sulit untuk menghilangka dari memory pikiranku.

Sebegitu pengaruhnya seorang Gibran di hidupku, sampai Aku lupa banyak sekali orang yang sangat peduli denganku.

Banyak hal yang belum Kita lakukan, lulus sama sama, masuk kampus yang sama, makan mie ayam berdua lagi, beli eskrim di toko langganan, naik motor Gibran, dan mungkin masih banyak yang belum sempat ku rekam pada cerita Kita.

Gibran selalu tahu apa yang Aku suka dan apa yang tidak Aku suka, Gibran selalu bisa memahami setiap kondisi Prim. Namun ada yang belum Gibran ketahui dariku, yaitu kesepianku.

Terakhir Aku berbicara dengan Gibran itu waktu Kita LDR sambil video call, dan Gibran bilang Kita akan bertemu kembali secepatnya.

Pikiranku selalu mengantarkan kepada ucapan yang sering Aku dengar di mulut lelaki itu."Gue akan nemenin lo sampai sembuh." Aku kaget, karena itu nyata. Kenapa bukan begini saja, "Gue akan nemenin lo sampai kapanpun."

Pada kenyataan nya Aku hanya bisa mengikuti takdir bukan melawan takdir.

Kehilangan mu membuat Aku belajar, bahwa yang hadir selalu memberi pelajaran. Kalau yang indah belum tentu abadi.

Tanpa di sadari Aku mencintaimu sudah sejauh ini.

Kini Aku duduk di taman belakang sekolah sendiri sebelum akhirnya Bella memanggilku.

"Prim."

"Bella?" Aku menoleh ke arahnya.

"Lagi apa disini?"

"Lagi mengenang masa SMA Prim sama Gibran."

"Itu apa?" tanya Bella dengan menuduhkan secarik kertas putih di genggamanku.

"Surat buat Gibran." kataku tersenyum tipis.

"Boleh gue baca?"

"Boleh."

Kepada Gibran Pranata Chandra.

Kamu memang tidak pernah berusaha mengejar ku, tapi Kamu selalu berusaha menjadi penolong ku. Selalu ada di setiap waktu tanpa Aku meminta untuk ada.

Gibran, gimana denganmu disana? Apakah Kamu menemui orang seperti ku? Apakah Kamu masih mencintaiku? Apakah Kamu merindukanku? Jika iya, datanglah ke mimpiku.

Tuhan baik yah, ngirim Kamu pas Aku lagi sakit. Panggil Kamu lagi pas Aku udah sembuh.

Aku nggak tau lagi setelah Kamu pergi, Tuhan akan mengirimkan siapa lagi untukku ? Apakah orang itu sama dengan mu ? Apakah orang itu sepeduli kamu? Apa orang itu sebaik kamu? Yang jelas mereka tidak pernah bisa menggantikan posisi Kamu.

Aku takut suatu saat nanti ketika Aku di pertemukan dengan orang baru, Aku menemukan diri kamu di diri orang itu, apakah hal itu bisa ku sebut Aku mencintainya dengan tulus atau hanya karena dia sama dengan mu?

Lebih baik Aku terus mencintai kamu tanpa balasan seperti waktu itu sebelum Kamu jatuh cinta dengan gadis bernama Prim, dari pada Aku terus menangisi mu demi sebuah harapan, yang Aku sendiri sudah tau jawabannya bahwa kamu tidak pernah kembali kepadaku.

Kata selalu ada sudah tidak berlaku di kamusku, karena suatu saat itu akan menjadi sebuah ingkar. Seolah olah seperti sengaja melupakan suatu takdir.

Ternyata banyak sekali celotehan ku yang belum Kamu dengar. Aku memang berisik, makanya Kamu pergi. Iyakan?. Hehehe.

Yang tenang ya disana Gibran sayang.
Gadis mu yang berisik ini sedang mengenang mu setelah 3 tahun lamanya. Kamu harus tau, Aku udah kuliah di Kampus yang Aku mau. Hehehe.

Terimakasih Gibran Pranata Chandra.💓💓💓



(Anda sudah berada di akhir cerita)


GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang