54. || SENYAP.

39 5 0
                                    

Ironisnya ketika Tuhan mengirimkan Dia dalam waktu lama tapi begitu terasa singkat ketika semuanya hilang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

💓Selamat Membaca💓
.
.
.
.
.
.
.
.

Apin menggenggam telapak tangan Gibran yang masih belum sadarkan diri. Apin masih tidak percaya dengan perkataan Nian saat di temui di luar ruangan, setelah kecelakaan itu Gibran mengalami koma.

Terlihat dari luka pada bagian kening,  kulit di pipinya pun sobek, belum lagi bagian sudut mata tampak membengkak. Gibran terbaring bersama selang infusan yang menempel di tangannya, serta oksigen yang membuatnya bertahan.

Seandainya Prim ada saat itu, gadis itu mungkin sudah menangis sejadi jadinya.

"Gue tau, lo itu kuat." 

"Apin?"

"Iya Tante." Apin menoleh.

Nian sedari tadi memperhatikan ruang rawat Gibran, sudah hampir 2 jam Apin menemani Gibran, tapi Nian menyadari akan ketidakhadirannya Prim.

Tanpa ragu Nian bertanya pada Apin. "Apin, Prim kemana?"

"Prim di Singapura Tante, Dia lagi sakit."

"Sakit apa kalau boleh tau?" Nian terkejut.

"Kanker otak, udah lama sih sebenernya. Udah satu tahun ini Dia disana. Waktu kenaikan kelas."

"Gibran, pasti kangen Dia ya?"

"Seharusnya Apin larang Dia buat ketemu Prim ya Tante, tapi---"

"Udah, udah Apin ini semua takdir."

Pandangan Apin teralih pada jarum jam di tangannya, ia pun kembali pamit kepada Om dan Tante Gibran.

***

Semalaman Prim merintih, menyebut nama Gibran secara tak sadar. Kelopak mata gadis itu menutup, tapi suaranya tetap memanggil nama kekasihnya.

Seperti ada pesan yang di sampaikan oleh Gibran dalam mimpinya.

Aneu yang setia menunggu di ruang rawat itu seketika mendekati dan membangunkan Jefri yang tak sengaja tertidur di sofa.

Jefri tersentak kaget, ia berdiri di ambang pintu sembari memanggil dokter.

"Dokter, can you help my little sister?"

Dokter menganggukkan kepalanya sembari mengikuti langkahan Jefri.

"The patient is okay. this is a good sign. She just misses someone."

"Thank you, Dok."

Jefri tersenyum semringah, ia mendaratkan kecupan di kening adiknya.

Sementara Aneu menangis terharu mendengarnya.

"Prim." sebut Aneu sembari menggenggam erat telapak tangan gadis itu.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang