45. || HILANG KABAR

45 8 1
                                    

Kalau rindu itu bilang
Bukannya malah ngilang!
.
.
.
.
.
.
.
.
Emang siapa sih yang ngilang?
.
.
.
.
Pokoknya baca aja yahh
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca.










Prim tersenyum menatap kedua adik Gibran yang kini memeluk erat dirinya ketika ia berdiri di ambang pintu.

Lala dan Oliv sudah cukup lama tidak bertemu, Prim merogoh tasnya mencari sebuah hadiah untuk mereka.

"Kak Prim bawa sesuatu loh buat kalian."

"Apa itu Kak??"

"Masa Kak Prim nya nggak di suruh masuk dulu sih?" Gibran menekuk lututnya, menyejajarkan tinggi Lala dan Oliv.

"Eh iyaaa ayoo sini Kak." Oliv meraih telapak tangan Prim.

Mereka duduk di atas sofa tepatnya di ruangan keluarga, tempat dimana Lala dan Oliv menghabiskan waktu mainnya dengan Iyem.

Gibran beranjak dari duduknya, ia berjalan hanya untuk mengganti seragamnya.

"Kak Prim punya ini, taraaaa." Prim menunjukkan sebuah kotak musik beserta satu cokelat, masing masing dari mereka mendapatkan keduanya.

Tentu saja hal itu membuat keduanya tersenyum semringah, apalagi Oliv sampai berlari memanggil Iyem.

"Makasih ya Kak." Lala memeluk tubuh gadis cerewet itu.

"Bi Iyem, Oliv dapet ini dari Kak Prim." Oliv menarik pergelangan tangan Iyem.

"Ohh ada tamu yah. Ini teh temen mas Gibran yang waktu itu kan?"

Gibran menghampiri lalu menyambung kalimat tanya yang keluar dari mulut Iyem, tangannya menggenggam segelas jus strawberry.

"Bi. sekarang bukan temen lagi, tapi pacar." kata Gibran tersenyum, sorot matanya mengarah pada wajah Prim.

"Waaaaa selamat yaa. Kan Bibi bilang juga apa."

"Pacar itu apa sih Kak?" Oliv mendongak keatas Gibran.

Mereka semua menertawai Oliv, masih dengan tawanya yang belum memudar, Gibran tidak merespon pertanyaan adiknya itu.

Prim menyejajarkan dengan Oliv, ia mengelus bagian pucuk kepalanya.

"Kamu kalau udah gede bakal tau jawabannya kok."

"Oh iya Prim ini buat lo." Gibran memberi segelas jus strawberry.

Prim mengangguk setelah ia kembali duduk di sofa tadi. "Makasih ya."

***

Hampir sudah 2 jam lebih Prim menghabiskan waktu di rumah Gibran. Gadis itu berhasil membuat Oliv tertidur, sedangkan Lala masih di sibukkan dengan tugas menggambarnya.

Di depan rumah Prim, gadis itu berbisik pada Gibran, kepala Gibran sedikit menurun.

"Hati hati sayang." Prim melambaikan tangannya.

Ucapan Prim membuat Gibran salah tingkah, ia senyum ke bawah tanpa merespon kalimat tersebut.


Gadis itu memutarkan tubuhnya untuk kembali masuk ke dalam, mendapati Aneu yang sedari tadi memperhatikan dirinya dengan Gibran di balik jendela.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang