Berbicara soal Alga, Prim mengingat pertemuan dirinya dengan lelaki itu seusai pulang sekolah. Prim merogoh ponsel yang tergeletak di meja belajar.'Prim.'
'Lo kok ngehindar?'
'Karena Bella? Gue mau jadi temen lo Prim, lupain sama perasaan gue yang waktu itu. gue janji gue nggak akan nyakitin Bella termasuk lo.'
'Gue belum ketemu Bella, Bella juga kayaknya marah sama gue. Gue chat Dia, nggak bales malah di baca doang, di telpon juga nggak Dia angkat. Kenapa ya?'
Prim menghela nafas membaca setiap deretan kalimat yang cukup membuatnya menggelengkan kepala, ia beralih pandangan pada jarum jam yang sudah menunjukkan angka 9 malam.
Prim melemparkan pelan ponselnya ke atas kasur. Gadis itu memang benar benar tidak membalas pesan dari Alga, ia lebih memilih tidur dan bertemu Gibran di dalam mimpinya, hanya nama itu yang selalu Prim harapkan.
Baru saja mememjamkan mata, tiba tiba kepala gadis itu terasa sakit. Prim menyadari bahwa ia lupa meminum obatnya, ia bergegas mencari obat itu sembari mengcengkram kepalanya.
"Sakit." lirihnya pelan.
Prim kembali membaringkan tubuhnya setelah menelan dua obat tersebut. Ia menangis di atas bantal, sampai akhirnya ia tertidur.
***
Pagi hari Prim memeluk Aneu yang berada di dapur, sudah dua hari ia tidak berjualan. Rencananya Aneu akan berjualan kue di online, semacam pancake, puding, dan lain sebagainya.
"Prim, mulai detik ini Mama mau jualan online."
"Jualan apa Mah?"
"Mama mau bikin kue. Nanti Kamu bantuin promosiin ya Prim."
"Waaa pasti laris Mah, siapp nanti Prim bantuin."
"Mau berangkat sekolah sama siapa?"
"Kak Jeff udah berangkat?"
"Udah. "
"Prim berangkat sendiri aja Mah."
"Yaudah hati hati."
Kali itu Prim harus berangkat sekolah tanpa Jefri, karena Jefri sudah berangkat sejak tadi subuh.
Sampai di sekolah Prim yang baru saja turun dari taxi, ia di hampiri oleh Radit. Radit adalah salah satu anggota dari geng Alga, hingga akhirnya bertemu dengan Bella pula.
"Bella." Prim menyapa. Namun Bella tidak merespon.
"Prim gue mau bicara." Radit sedikit memaksa.
"Kak Radit, nanti yah. Ada Bella." bisik Prim hingga membuat Radit mengangguk.
Bella mendelik kepada Prim kemudian ia berlalu dari hadapan Prim dan Radit. Hal itu tidak membuat Prim sedih, ia selalu mengingat kalimat yang sejak saat itu di ucapkan oleh Gibran, bahwa ia harus tetap baik kepada Bella.
"Prim, Alga nggak masuk hari ini, tapi Dia minta lo temuin Dia di caffe yang kemarin sepulang sekolah. Ada hal yang harus Dia omongin sama lo."
"Okay." Anggukan Prim membuat Radit tersenyum nyengir.
Prim berlari pelan menghampiri Gibran yang pastinya sudah ada di kelas. Tentu saja tebakan Prim benar, Prim melihat Gibran sedang melukis dengan penanya, di temani Leo yang ikut memperhatikan gambar tersebut.
"GIBRAAANNN." suara lantang Prim cukup mengundang sorot mata 4 orang teman sekelasnya.
Gadis itu tertawa pelan sembari menutup mulutnya, sementara Gibran dan Leo sekedar menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN UNTUK PRIMILLY
RomanceMencintai manusia paling cuek bukanlah keinginan Prim, tapi di cintai oleh Gibran adalah impiannya. "Senyumnya jangan sering di lihatin ke orang orang Gibran, buat Prim aja." "Kenapa?" "Senyum Gibran bikin mereka lupa diri. padahal kan Gibran udah...