32. || BERTEMU EMILY

35 4 0
                                    

Gibran menepis pandangannya saat ia sadar ponsel Prim bergetar. Suara Jefri yang terdengar oleh Prim, lelaki itu bertanya tanya mengenai keberadaan adiknya itu. selain itu Jefri meminta agar Prim pulang sebelum magrib.

"Iya Kak, abis jenguk Emily. Prim pulang kok."

"awas lu jangan pulang malem." kata Jefri usai di akhir percakapan.

Gibran menyuruh Prim untuk duduk sebentar, lalu ia pergi ke luar hanya sekedar membeli makan untuk gadis itu. Prim mengangguk pelan ketika Gibran pergi sebentar. menemani Emily membuat Prim semakin banyak bercerita hingga suster datang menghampiri keduanya sekedar memberi suntikan penahan daya tahan tubuh kepada Emily serta mengantarkan makanan untuk Emily. Ada sayur bayam, tempe kukus, bubur asin juga segelas air putih.

Prim memberi suapan pada Emily, Gadis yang terbaring lemah itu tertawa ketika Prim bertingkah lucu. Sepertinya Emily sangat senang berteman dengan Prim, padahal keduanya baru saja kenal. Pertemuan mereka tidak membuat keduanya canggung, pada dasarnya Prim memang senang berteman dengan siapapun.

Gibran datang dengan memberikan sebungkus nasi goreng di depan rumah sakit, tak lupa juga dengan sebotol air mineral. gadis itu sempat menolak tapi Gibran tidak membiarkan Prim menolak begitu saja.

"Emily udah makan?" tanya Gibran sembari membuka sebungkus nasi goreng.

"Iya baru aja habis."

"Sekarang giliran lo!"

"Nggak mau Gibran, Prim mual banget ini."

"Ya karena lo masuk angin."

"Prim makan di rumah aja deh."

"Sfftt. Batu banget. Buka mulut lo."

"NGGAK."

"Kalau gitu, gue nggak akan mau nganterin lo balik."

"Ihh Gibran tega, yaudah Prim mau makan. Sini Prim makan sendiri."

"Kalian ada ada aja. Aku jadi iri sama Kamu Prim."

"Iri kenapa?"

"Punya fisik yang kuat sama punya temen sedeket Gibran yang peduli sama Kamu."

"Hah?"

"Iya Kamu beruntung."

"Emily, Kamu juga bisa deket sama Gibran. Kamu juga punya orangtua lengkap yang sayang sama Emily. harusnya lebih bersyukur Em."

"Udah habisin dulu itu." sambung Gibran yang tak menyukai topik pembicaraannya.

Prim menikmati nasi goreng itu hingga tak tersisa sedikitpun, Gibran melihatnya tentu senang. Lelaki itu menggelengkan kepalanya sembari menatap ekspresi Prim.

"Apa Gibran?"

"Laper kan?"

"Iya Prim laper." jawaban Prim membuat Gibran dan Emily tertawa menyaksikan kepolosan gadis itu.

***

Di bawah langit sore Prim tampak kelelahan, matanya sayu seperti kekurangan waktu tidur. Gadis itu tidak ingin menunjukkan rasa lelahnya di hadapan Gibran. Prim mengajak Gibran untuk pergi ke supermarket.

"Mau apa kesana?" tanya Gibran sembari mengoceh.

"Prim mau susu kotak."

"Sekarang? Emang nggak bakal kesorean?"

"Sebentar aja Gibran."

Bukan Prim namanya, jika setiap pulang bersama Gibran selalu ingin ke satu tempat terlebih dahulu.

"STOPPPPPPP."

"Berisik."

"Mau ikut atau tunggu disini?"

"Okay, gue temenin lo."

Sepasang remaja masih mengenakan seragam putih abu itu memasuki tempat pemberlanjaan, Prim berlari kecil menarik troli yang telah di susun rapi. Ia mendorong troli besi itu sembari memilah dan memilih makanan serta minuman yang berderet.

"Lo ngapain bawa troli?"

"Emang kenapa?"

"Lo kan cuma beli susu doang."

"Kata siapa? Prim mau beli makanan juga kok."

"Dih."

Prim membiarkan Gibran yang masih memperhatikan tingkahnya, gadis itu tersenyum melihat setiap deretan minuman. Namun Prim tiba tiba berhenti melangkah, gadis itu menudukkan kepalanya. diamnya Prim membuat Gibran mendekati gadis itu, ia menepuk lembut bahu Prim.

"Lo kenapa?" tanya Gibran sedikit menekuk tubuhnya untuk melihat wajah Prim.

"Nggak. Prim nggak apa apa, Prim sedikit capek Gibran." ucap Prim menatap sepasang mata lelaki itu.

"Mau pulang?"

"Tanggung, Prim mau belanja dulu."

"Keras kepala."

"Maafin Prim Gibran." jawab Prim dengan mata lelahnya.

"Lo naik ke troli ini cepet, biar gue dorong lo."

"Emang boleh?"

"Jangan banyak tanya."

Akhirnya Prim duduk di atas troli besi itu, sehingga kedua remaja itu menjadi pusat perhatian orang orang sekitar yang tengah berbelanja. Prim terlihat biasa saja ketika beberapa pasang mata memandangnya, justru ia terlihat anteng sembari meminum susu yang belum di bayar.

Prim mendongak ke arah Gibran, lalu menyebut nama lelaki itu sehingga Gibran menurunkan punggungnya dan mendekatkan telinga nya dengan bibir gadis itu.

Prim mendongak ke arah Gibran, lalu menyebut nama lelaki itu sehingga Gibran menurunkan punggungnya dan mendekatkan telinga nya dengan bibir gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap aja lagi pakai seragam putih abu.)

"Gibran malu nggak?" bisik Prim.

"Sedikit." jawab Gibran kembali menyempurnakan tubuhnya.

"Maaf yah."

"Masih lama?"

"Satu lagi, Prim mau eskrim."

"Astaga." katanya sembari menghembuskan nafasnya.

Prim membawa 10 eskrim strawberry dan memasukkannya ke dalam troli, hal itu membuat Gibran menggelengkan kepalanya. Ia mengedikkan bahunya saat Prim menoleh pada Gibran.

"Buat stock di kulkas Gibraaaannn."

"Iya tau."

Prim berlari kecil menghampiri sepeda Gibran setelah usai berbelanja, Gibran tetap terlihat santai membuat Prim berkali kali memanggil namanya agar cepat pulang untuk mengantarkannya.
.
.
.
.
.
.
.

HAIII GIMANA NIH DI BAB INI? DI VOTE DAN KOMEN YAA. MAKASIH:)

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang