Tepat di depan toko kue, Prim duduk di kursi besi hitam sembari melihat jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir 20 menit Prim menunggu. Beberapakali kedua matanya menatap jarum jam yang kini sudah menunjukkan angka 20.30. ponsel gadis itu berbunyi, dirinya mendapatkan pesan bahwa Gibran menyuruhnya pulang. Namun Prim mengelak ia tidak menerima alasan apapun dari Gibran sampai akhirnya Gibran merasa tidak tega dengan gadis itu sehingga Gibran pergi menemui Prim.
Sedangkan Prim yang menunggu sendiri sedari tadi tiba tiba merasakan rasa sakit di kepalanya, ia menaruh kedua tangannya di atas kepala.
"Sakit ya Tuhan."
"Kenapa sih sakit gini terus."
Di saat merasakan rasa sakit, sebuah nama yang tak asing menghiasi layar ponsel Prim, tertera disana nama Alga yang kini menghubungi Prim.
"Ngapain sih Kak Alga telpon, Prim nggak suka."
Prim masih menikmati rasa sakit nya yang semakin menjadi jadi, tak lama kemudian Prim mendengar suara Gibran, ia mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk kesakitan.
"Prim."
"Gibran."
"Lo kenapa?"
"Kepala Prim sakit."
"Lo harus pulang Prim."
"Nggak, Prim nggak mau pulang sebelum beli susu kotak, makan eskrim, main time zone, makan mie ayam sama Gibran."
"Sejak kapan sih lo keras kepala gini?"
"Sejak deket sama Gibran."jawab Prim yang kini rasa sakitnya memudar.
"Yuk pulang."
"Kepala Prim udah nggak sakit lagi kok. Oh iya ini beruang kutubnya."
"Ada ada aja sih."
"Yaudah Ayo."
"Kemana?"
"Hmmm ikut aja." ucap Prim seketika menarik paksa pergelangan tangan Gibran.
Mau tidak mau Gibran menuruti keinginan Prim, gadis itu tak kehabisan cara untuk membuat Gibran luluh. layaknya sebuah es batu yang sudah mencair.
"Gibran harus seneng ya."
"HAAA?"
"Gibran harus ngerasa seneng malam ini."
"Mau ngapain? Jangan yang aneh aneh."
Prim merupakan gadis yang sangat ceria, entah sudah berapakali ia tersenyum kemudian tertawa. Seolah olah gadis itu tidak memiliki rasa sedih di dalam hidupnya. Prim senang melakukan hal hal yang membuatnya bahagia. hanya bersama Gibran Prim bebas menjadi siapapun, bahkan bersikap manja kepada Gibran pun Prim tidak merasa malu.
"Gibran tangkap bolanya huuuuu."
"Heh lo gila ya, ngajak gue ke tempat gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN UNTUK PRIMILLY
RomanceMencintai manusia paling cuek bukanlah keinginan Prim, tapi di cintai oleh Gibran adalah impiannya. "Senyumnya jangan sering di lihatin ke orang orang Gibran, buat Prim aja." "Kenapa?" "Senyum Gibran bikin mereka lupa diri. padahal kan Gibran udah...