1. Target baru

377 61 105
                                    

Sudah selayaknya penguntit handal, Tania berjalan dengan penuh kehati-hatian. Berusaha agar tak menciptakan suara sedikitpun, bahkan rela menahan napas. Tania dengan cepat bersembunyi di balik pilar besar begitu Revan berhenti, sepertinya menyadari ada yang mengikuti.

"Loh? Kok ilang? Dia manusia kan?" monolog Tania begitu keluar dari persembunyiannya.

Tiba-tiba saja Revan sudah menghilang, padahal baru beberapa detik tak ia perhatikan. Tania melihat sekeliling, ia memicingkan mata mencari keberadaan pemuda itu namun tetap saja tak menemukan. Ia hilang begitu saja seperti hantu.

"Ih, jadi nger- ... AAA!" teriak Tania spontan begitu berbalik. Ia bahkan hampir menampar wajah Revan jika saja tidak di tahan oleh pemuda itu.

"Ngapain?" tanya Revan datar sambil menurunkan tangan Tania yang barusan dia cekal.

Tania tak menjawab pertanyaan Revan, ia justru mengelus pergelangan tangan. Kasar amat tu tangan, kuli apa yak?

Revan mengerutkan dahi, merasa bingung dengan gadis di depannya ini. Diam-diam mengikutinya namun tak merespon apa-apa begitu di tanya. Gadis Aneh!

"Gue Tania Algandra, nama lo?" Tania mengulurkan tangan, mendongak menatap Revan dengan senyum termanis yang dia punya.

Helaan napas terdengar dari mulut pemuda itu, ia kemudian menepi dan memilih tak menghiraukan Tania. Sudah kesekian kalinya Revan mengalami hal seperti ini, ia sudah lelah. Revan tak suka di usik, ia tak akan membiarkan orang-orang seperti Tania masuk ke dalam hidupnya.

"Njir ... baru kali ini gue diacuhin sama cowok," ucap Tania tercengang. Ia menatap punggung Revan yang perlahan menjauh kemudian menyusul dengan berlari kecil. Ia tak habis pikir mengapa Revan mengabaikannya, padahal Tania cantik dan begitu di sukai pemuda lain.

"Nama lo Revan kan?" tanya Tania namun tetap saja terabaikan. Revan terus saja berjalan tanpa menghiraukan gadis di sampingnya.

"Gue itu cewek tercantik di sekolah ini, lo harusnya seneng diajak kenalan sama gue." Sambil bersedekap dada, Tania berdiri di depan Revan sehingga langkah pemuda itu tertahan. Ia tersenyum bangga, lalu mengibaskan rambut ke belakang dengan anggun.

Revan menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum miring. Ia menunduk, tampak seperti akan mencium pipi Tania. "Sampah," bisiknya.

Tania yang tadi tersenyum karena mengira Revan menyukainya, seketika tertohok mendengar bisikan pemuda itu. Ku ajak kau melayang tinggi, dan ku hempaskan ke bumi. Begitulah lirik lagu populer Baby Doll milik Utopia yang sangat mewakili kejadian di antara Revan dan Tania saat ini.

Tania masih saja terdiam dengan tatapan kosong, tak menyadari jika Revan sudah berlalu begitu jauh. Ini bukan pertama kalinya ada yang mengatakan kata-kata sepahit itu untuk Tania, tapi mengapa rasanya tetap saja menyakitkan.

"Jahat banget sih jadi cowok. Liat aja, gue bakal bikin lo jatuh dalam pesona seorang Tania Algandra," kesal Tania. Baru kali ini ia menerima penolakan dari pemuda, biasanya mereka yang akan datang sendiri kepada Tania dan memohon untuk menjadi pacar gadis itu. Sekarang, dirinya justru ditolak mentah-mentah oleh Revan bahkan diejek terang-terangan, benar-benar menurunkan harga diri gadis cantik itu.

***

"HAHAHAHA." Tawa menggelegar mengisi kantin kelas 12 SMA Angkasa, pelakunya tak lain adalah Indri dan Sasha. Sebagian penghuni kantin menatap aneh ke arah keduanya, beberapa tak peduli karena tahu seberapa berisik mereka.

Tania baru saja menceritakan kejadian yang ia alami bersama Revan tadi, itu lah yang menciptakan gelak tawa kedua sahabatnya. Sudah bukan rahasia lagi jika Tania selalu punya cara untuk menaklukkan hati seorang pemuda, bahkan dalam waktu singkat. Ia bahkan mendapat julukan Venus-Dewi Cinta dan Kecantikan, namun Revan yang dengan santai mengabaikan Tania menampik hal tersebut.

Inesperado (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang