18. Riko

144 40 25
                                    

"AAAAA ... I'M CRAZY RIGHT NOW!" Tania memekik sedari tadi, tak memperdulikan tatapan aneh yang orang-orang layangkan padanya. Indri dan Sasha hanya bisa pasrah menjadi korban kekerasan Tania, gadis itu memekik girang sembari mengguncang-guncangkan tubuh kedua sahabatnya hingga membuat mereka pusing.

"TAN WOI! LO GILA GAK USAH NGAJAK-NGAJAK!" teriak Indri karena sudah tak tahan dengan kelakuan Tania, bukannya marah gadis itu justru tertawa lalu memeluk kedua sahabatnya.

"Pelan-pelan, Tan. Gue kecekek woi!" ucap Sasha sembari memukul lengan Tania yang membelit lehernya.

Tania melepas pelukannya beralih memutari meja panjang yang mereka tempati lalu duduk di depan Indri dan Sasha, wajahnya begitu berseri hari ini hingga membuat siapa saja yang melihat berpikir jika Tania baru saja memenangkan lotre. TAPI INI LEBIH LUAR BIASA DARIPADA SEBUAH LOTRE! Tania bersumpah akan mencatat tanggal hari ini pada note atau memo dan menempelnya di dinding kamar agar selalu ia ingat.

"Mending lo istighfar deh, Tan. Ngeri gue lama-lama liat lo yang gak berhenti senyum dari tadi," ujar Indri bergidik.

"Tau lo, gak kering itu gusi?" timpal Sasha.

Tania menggeleng, masih tersenyum sumringah. Telunjuknya terangkat di depan bibir, mengisyaratkan kedua sahabat agar diam. "Jangan rusak kebahagiaan gue yang berharga!"

Kedua gadis itu memutar bola mata malas, untung saja orang di depannya ini adalah Tania, jika bukan pasti sudah Indri dan Sasha jambak agar secepatnya sadar.

"Revan ngelakuin apa sih sampe bikin lo seseneng ini?" tanya Indri penasaran. Ia belum pernah melihat Tania sebahagia ini sebelumnya, berjam-jam Tania tersenyum hingga membuat Indri meringis. Apa rahang Tania tidak kaku karena tersenyum terlalu lama?

Tania menggigit bibir bawahnya dengan pipi yang tiba-tiba merona, lalu menutup wajah dengan kedua tangan sembari menahan teriakan. Dia benar-benar gila sekarang, Perlakuan yang sangat sederhana dari Revan tampaknya memberi pengaruh besar untuk hati dan pikiran Tania.

"Astaga, Tan. Gue guyur juga nih pake es teh." Sasha mendelik kesal pada Tania dengan tangan kanan mengangkat sebuah gelas, ia benar-benar dongkol dengan kelakuan somplak Tania saat ini.

Tania mendongak, cengengesan menatap kedua sahabatnya. "Nanti lo berdua juga bakalan tau," ujar Tania membuat Indri dan Sasha yang sudah penasaran setengah mampus mendengus sebal. Keduanya bersorak, melempar Tania dengan bungkus makanan ringan dan juga tisu bekas.

***

Tania berjalan menyusuri lorong apartemen sambil bersenandung ria, rambutnya yang panjang bergoyang ke kiri dan kanan. Gadis yang biasanya tak peduli dengan para penghuni lain di tempat itu kini justru dengan semangat menyapa hingga memunculkan banyak pertanyaan dibenak para tetangganya.

Tania memasuki unit apartemen miliknya, namun seorang pemuda yang berdiri di ruang tamu sembari berkacak pinggang membuat gadis itu reflek berteriak dan melempar tasnya ke arah pemuda tersebut.

"WOI TAN! BERISIK!" teriak pemuda itu sambil melempar Tania dengan bantalan sofa.

"Anjir lo! ngagetin gue aja," kesal Tania. Kaki jenjang itu melangkah menuju Riko, lalu dengan kasar menarik kuping laki-laki berumur 29 tahun tersebut. Meski sudah mau menginjak kepala 3 tapi wajah Riko masih terlihat seperti anak SMA, sifat ramah dan menyenangkan laki-laki itu juga memberikan nilai tambah untuknya.

"Sakit, Tan. Lepas! Baru nyampe udah melakukan kekerasan aja lo." Riko mengaduh dengan sebelah tangan menyekal lengan Tania, sebelahnya lagi memukul pelan tangan gadis itu. Tania mendelik, melepaskan jewerannya lalu mendaratkan bokong di sofa. Rusak sudah kesenangan Tania karena kedatangan pemuda receh ini.

Inesperado (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang