35. Kiss me

154 18 7
                                    

Bab ini tidak diperuntukan untuk kalian yang dibawah usia legal🔞⚠️

Tania menggeliat, matanya mulai terbuka setelah bau harum masakan memasuki indra penciumannya. Bisa gadis itu yakini jika itu adalah masakan Revan. Gadis itu segera bangkit, bergegas mencuci muka lalu menuju dapur.

Tania mengintip dari balik tembok, tersenyum melihat tubuh tegap Revan yang kini asik membolak-balikkan masakan. Ia berjinjit mendekati Revan, lalu dengan sekali gerakan memeluk pemuda itu dari belakang. Revan sedikit berjengkit kaget, namun dengan cepat kembali bersikap biasa saja.

“Masak apa? gue bantuin ya,” ujar Tania sembari melepas rengkuhannya.

“Potong kangkung sama bawang aja,” balas Revan yang masih sibuk menggoreng ayam.

Tania mengangguk, segera melaksanakan apa yang Revan suruh. Ia memang tidak bisa memasak, jadilah hanya mengambil peran untuk potong-memotong. Gadis itu sudah berusaha belajar, namun selalu saja gagal. Untungnya Tania punya Revan yang selalu mau memasak untuknya setiap pemuda itu datang ke sini, dia juga tak pernah mempermasalahkan hal itu.

Tania meringis merasakan perih di matanya ketika mengupas barang, mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Ia lalu memotong bawang tersebut dengan hati-hati. “Aih ... perih banget.”

Tania mengucek matanya, yang justru semakin membuat mata gadis itu perih dan memerah. Revan yang baru saja menyelesaikan aktivitas menggorengnya segera menghampiri gadis itu, menarik tangan Tania. “Jangan dikucek,” larang pemuda itu.

Revan menarik Tania menjauh dari dapur, di tiupnya mata gadis itu agar rasa perihnya ilang. Tiba-tiba pemuda itu menaruh tangannya di atas mata gadis itu, membuat Tania menutup matanya. “Masih perih?”

“Sedikit,” balas Tania. Revan tersenyum, entah mengapa pikiran gila muncul di benaknya. Ia mendekatkan wajah ke gadis di depannya dengan tangan yang masih menutupi mata Tania, lalu mencium gadis itu tepat di bibirnya.

Tania membeku di tempat begitu merasakan benda kenyal yang sedikit basah itu menempel di bibirnya. Ia benar-benar tak tahu harus bagaimana, ini kali pertama Revan menciumnya dan langsung di bibir gadis itu.

Revan melepas pangutannya beserta tangan yang tadi menutup mata gadis itu, ia terkekeh melihat Tania yang menatapnya tak percaya. First kiss Tania, diambil begitu saja oleh pemuda yang ia cap kanebo kering di depannya ini. Jelas saja Tania kaget bukan main.

“Kenapa? Biasanya suka nyosor duluan.” Revan menaikkan sebelah alisnya menggoda, jarak wajah keduanya masih sangat dekat.

Tania menutup pipinya yang mulai memanas, demi apapun ia yakin jika pipinya sudah semerah tomat sekarang. Ini berbeda, jelas sangat-sangat berbeda! Tania memang agresif, tapi ia tak berani menyentuh bibir Revan. Sementara sekarang, pemuda itu justru dengan santai mencium bibirnya lalu menunjukkan ekspresi jahil dengan sebuah senyum miring. Tania hampir gila karena, gadis itu berteriak senang lalu berlari kembali ke kamarnya.

“BUNDA! ANAKNYA NAKAL,” teriak Tania yang ditujukan untuk Keyra – Ibunda Revan,  padahal dengan jelas wanita itu tidak ada disana.

Revan tertawa puas melihat respon Tania yang seperti ini, sangat menggemaskan pikirnya. Ia mengigit bibir bawahnya sembari tersenyum. “Manis,” ucapnya kemudian melangkah kembali ke dapur.

Sementara itu Tania menaiki kasurnya, meloncat-loncat kegirangan. Ia benar-benar dibuat gila oleh pemuda yang menyandang status kekasihnya itu. Tania membuka mulut, berteriak tanpa suara.

Gadis itu kemudian buru-buru turun dari kasur, meraih ponselnya di atas nakas dan menghubungi kedua sahabatnya.

“Woi woi woi, anjing! gila, gue gila!” histeris Tania begitu panggilan grup tersebut diangkat oleh kedua sahabatnya.

Inesperado (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang