Sejak saat itu, Almirah memutuskan untuk mengenal Liora lebih jauh dan menjadi teman dekat. Almirah juga tidak ingin menjadi lemah saat dia sedang diganggu, dia ingin menjadi orang yang kuat seperti Liora.
***
Semenjak kejadian hari itu, Almirah menjadi pribadi yang dingin dan juga sulit didekati oleh orang lain. Tak seperti Almirah yang biasanya. Para pembully itu pun sudah tidak menganggu Almirah lagi.Kini Almirah dan Liora menjadi seorang sahabat. Mereka duduk bersantai di kafetaria sambil menunggu bel masuk. Mereka sedang menunggu seseorang. Dan orang tersebut adalah Natasha, kawan lama Liora.
Liora yang mendengar suara langkah kaki Natasha pun langsung menoleh dan memperkenalkan diri kepada Almirah "Al dia sahabat lamaku, Natasha."
Almirah yang mendengar itu langsung mengulurkan tangannya dan memberikan senyum kepada Natasha. Begitu pula sebaliknya.
Kemudian, datang seorang laki-laki yang sedang menuju ke tempat meja tersebut. Pria itu adalah Raymond. Raymond langsung menarik Liora untuk segera ikut dengannya.
Liora berdiri dengan terburu-buru dan mengikuti langkah kaki kakaknya. Kedua sahabatnya pun ikut berlari menyusul mereka. Mereka sampai di belakang sekolah.
"Kau... Kau tidak membunuh anak yang bernama Serena kan." Tanya Raymond sambil mengatur nafas. Liora yang mendengar itu kaget, rupanya gosip cepat beredar ke sekolahnya itu.
Dia menatap kakaknya "Tidak, aku sudah mengatur emosiku waktu itu. Kakak tenang saja."
Raymond bernafas lega "Syukurlah, jika sampai hal itu terjadi, apa yang akan aku katakan pada Daddy."Liora langsung meremas tangan kakaknya "Jangan! Jangan bicarakan pada Daddy. Biarkan aku saja yang berbicara."
"Yasudah."Kedua sahabatnya tidak mengerti, kenapa mereka sangat takut menghadapi ayahnya? Natasha dan Almirah penasaran dan ingin mengetahui masalah yang sebenarnya.
"Anu, tapi kenapa kau menutupi dari ayahmu? Bukankah menolong seorang korban bully sangat wajar?" Ucap Natasha.
Liora dan Raymond menoleh ke arah Natasha. Kemudian mereka kembali menatap dan saling mengangguk.
Liora pun akhirnya bercerita "Kalian mau dengar ceritanya?"
Kedua sahabatnya mengangguk cepat.Flashback
Dahulu kala, Liora yang masih kecil dan belum tahu apa apa menganggap bahwa seseorang marah menjadi wajar jika ada yang membuatnya marah. Tapi Liora tidak tahu, karena saat itu dia akan di cap sebagai pembunuh.
Liora yang kecil sering di-bully karena tidak punya ibu. Dia sering menangis karena teman teman mengejeknya. Dia bertanya kepada ayahnya "Dad, mengapa Liora tidak punya ibu?"
Ednan yang mendengar itu tersenyum hangat dan memeluk Liora "Kau memang tidak punya. Tapi hati ibumu selalu berada di hatimu dan selalu menyertai mu. Jangan dengarkan kata kata mereka ya Lio sayang..." Ucap Ednan menenangkan putrinya.
Liora yang mendengar itu langsung tenang dan pergi bermain dengan bonekanya.
Hari pun berganti, Liora memasuki kelas dan seperti biasa dia diejek karena tidak punya ibu. Bermacam macam hinaan yang diterimanya. Liora mencoba untuk tidak menggubris perkataan itu seperti kata ayahnya.
Jam istirahat pun tiba, Liora membawa bekal makanan ke luar kelas dan mulai makan di taman. Kemudian dia kembali untuk memasukkan bekal yang sudah habis.
Saat Liora mengambil sebuah barang peninggalan ibunya, Liora tidak melihat sama sekali liontin itu. Liora juga sudah memasukkannya ke dalam tas. Kenapa bisa tidak ada.
Liora mencari kesana kemari, dan akhirnya menemukan bahwa liontin tersebut sedang dibuat mainan oleh teman sekelasnya. Liora yang melihat itu langsung marah dan menghampirinya.
Dari sinilah, hari kejadian dimana Liora hampir dicap sebagai seorang pembunuh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Vienna Academy : The Princess Return
FantasíaWarning cerita ini ada di webnovel juga. Tapi dengan judul berbeda. Kisah perjalanan seorang anak vampir campuran dan darah monster. Ayah keturunan darah monster, ibu keturunan vampir campuran.